Banyak Tanaman Khas Rusak dan Langka, Keraton Yogya Mulai Lakukan Budi Daya

Konten Media Partner
9 Maret 2023 18:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah pohon yang ditanam di kawasan Keraton Yogyakarta. Foto: Widi RH Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pohon yang ditanam di kawasan Keraton Yogyakarta. Foto: Widi RH Pradana
ADVERTISEMENT
Keraton Yogyakarta tengah memulai untuk membudidayakan tanaman-tanaman khas yang ditanam di sepanjang Sumbu Filosofi, termasuk di kawasan Keraton. Hal itu dilakukan setelah diketahui bahwa di sepanjang Sumbu Filosofi ternyata banyak pohon-pohon khas yang sudah diganti dengan pohon jenis lain.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan oleh Penghageng Tepas Tandha Yekti Keraton Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu. Dia juga mengatakan bahwa banyak pohon-pohon khas Keraton dan Sumbu Filosofi yang kondisinya sudah rusak.
“Di sepanjang Sumbu Filosofi, pohonnya rata-rata yang dari sisi selatan itu sudah berganti. Terus banyak juga yang rusak,” kata GKR Hayu dalam konferensi pers pembukaan International Symposium and Exhibition on Javanese Culture 2023 di Royal Ambarrukmo, Kamis (9/3).
Dari kiri, KPH Notonegoro; GKR Hayu; dan GKR Bendara, dalam konferensi pers pembukaan Simposium Internasional Budaya Jawa 2023. Foto: Widi RH Pradana
Melihat situasi itu, Keraton Yogya menurut dia sudah mengupayakan untuk melakukan budi daya tanaman-tanaman khas tersebut. Saat ini, Keraton menurut dia bahkan sudah menyiapkan Tanah Kasultanan yang disiapkan khusus untuk menanam jenis-jenis pohon yang akan digunakan di dalam Keraton dan sepanjang Sumbu Filosofi.
ADVERTISEMENT
“Ada Sultan Ground yang memang untuk pembudidayaan pohon-pohon yang akan digunakan di dalam Keraton,” kata dia.
Tempat budi daya khusus menurutnya diperlukan karena jika ada tanaman atau pohon tertentu di Keraton atau Sumbu Filosofi yang rusak, tak bisa asal diganti misal dari bibit yang dibeli di toko tanaman. Untuk menjaga keaslian tanaman khas Keraton dan Sumbu Filosofi, tanaman baru yang ditanam di kawasan tersebut menurut dia juga harus berasal dari tanaman asli yang sudah ada sebelumnya.
“Misalnya kalau ada beringin yang ambruk itu tidak bisa sembarang diganti, harus berasal dari putranya (bibitnya) yang di Alun-Alun Utara. Jadi pohon tersebut enggak sembarangan ambil,” ujar GKR Hayu.
Beberapa pohon yang ditanam di dalam Keraton Yogyakarta. Foto: Widi RH Pradana
Selain itu, beberapa pohon yang ditanam di dalam Keraton yang usianya sudah tua ternyata kondisinya sekarang mulai langka. Karena itu GKR Hayu mengatakan pohon-pohon tersebut penting untuk mulai dibudidayakan.
ADVERTISEMENT
Hal sama disampaikan oleh Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Nityabudaya Keraton Yogyakarta, GKR Bendara. Selain melakukan pelestarian tanaman-tanaman khas Sumbu Filosofi, Keraton Yogya menurutnya juga akan melakukan peremajaan tanah di kawasan Keraton.
“Karena Keraton itu tanahnya juga sudah perlu peremajaan kembali, dan juga permukaan atasnya juga pasir dan bebatuan sehingga cukup panas. Ini sedang akan kita kondisikan lagi,” kata GKR Bendara.
Keraton menurutnya tidak hanya akan merestorasi bangunan-bangunan cagar budaya yang ada di sepanjang Sumbu Filosofi saja, tapi juga akan akan melakukan restorasi vegetasi yang ada.
Salah satu koleksi yang ditampilkan dalam pameran Narawandira, pameran tentang vegetasi di dalam Keraton Yogyakarta. Foto: Widi RH Pradana
Sementara itu, Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Kridho Mardowo, KPH Notonegoro, mengatakan bahwa proses restorasi tanaman khas yang berada di luar kawasan Keraton masih harus berkoordinasi dengan instansi terkait.
ADVERTISEMENT
Yang tidak kalah penting menurut dia adalah edukasi kepada masyarakat tentang pohon-pohon khas di sepanjang Sumbu Filosofi, mulai dari sisi historis, filosofis, hal lain terkait pohon tersebut.
“Kita kan penginnya direstorasi sebarangnya, senilainya, sejarahnya, filosofinya, publiknya juga paham dan bangga. Jadi kalau ada temannya datang dari Jakarta, dia bisa cerita tentang pohon itu,” kata KPH Notonegoro.