Konten Media Partner

Banyak Wisatawan Nakal, Alasan Tugu Pal Putih Yogya Masih Dipagar sampai Kini

19 Juli 2023 18:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tugu Pal Putih Yogya yang dikelilingi oleh pagar besi portabel pada malam hari. Foto: visitingjogja.jogjaprov.go.id
zoom-in-whitePerbesar
Tugu Pal Putih Yogya yang dikelilingi oleh pagar besi portabel pada malam hari. Foto: visitingjogja.jogjaprov.go.id
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, Tugu Golong-gilig atau Tugu Pal Putih yang jadi ikon Kota Yogyakarta masih dipagari menggunakan pagar besi portabel berwarna oranye. Pemasangan pagar portabel ini sudah berlangsung sejak lama, sekitar akhir 2020 silam.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Laksmi Pratiwi, mengatakan bahwa pemasangan pagar ini bukan tanpa alasan. Dia mengatakan bahwa pagar tersebut memang mengganggu estetika Tugu Golong-gilig sebagai bangunan cagar budaya sekaligus ikon Kota Yogya.
Namun, pemasangan pagar itu menurutnya masih harus dilakukan untuk melindungi bangunan tersebut dari perilaku wisatawan dan masyarakat yang kurang bertanggung jawab.
“Biar kalau foto tidak kemudian masuk, terus menginjak sehingga merusak bangunan Tugu dan sekitarnya,” kata Dian Laksmi Pratiwi di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Selasa (18/7).
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Laksmi Pratiwi. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Sebelum dipasangi pagar, Dinas Kebudayaan menurutnya mencatat cukup banyak kejadian wisatawan yang masuk ke area Tugu terlalu dekat, bahkan sampai menginjak bangunan Tugu sehingga meninggalkan bekas tapak alas kaki di bangunannya yang bercat putih.
ADVERTISEMENT
“Dua kali kasus mobil njlungup (jatuh masuk) di dalam situ,” ujarnya.
Meski begitu, Dian mengatakan bahwa pagar yang kini mengelilingi Tugu Yogya tersebut hanya bersifat sementara yang menjadi bagian dari edukasi kepada masyarakat dan wisatawan.
“Karena memang merusak estetika, jadi pagar ini hanya sementara. Karena kami juga masih merasa belum terlalu yakin masyarakat apalagi wisatawan bisa respek dengan pelestarian cagar budaya tersebut,” kata Dian Laksmi Pratiwi.