Belajar dari IPB, UGM Siapkan Antisipasi agar Mahasiswa Tak Jadi Korban Pinjol

Konten Media Partner
21 November 2022 19:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni UGM, Arie Sujito. Foto: Widi RH Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni UGM, Arie Sujito. Foto: Widi RH Pradana
ADVERTISEMENT
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni Universitas Gadjah Mada (UGM), Arie Sujito, mengatakan bahwa maraknya mahasiswa yang terjerat pinjaman online (pinjol) tengah menjadi pembahasan serius di internal pengurus kampus.
ADVERTISEMENT
Kasus ratusan mahasiswa Universitas IPB yang menjadi korban pinjol menurut dia perlu menjadi perhatian serius bagi perguruan tinggi di Indonesia. Saat ini, UGM menurut dia juga sedang menyiapkan langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi mahasiswanya terjerat pinjol.
“Tadi baru kami bahas upaya-upaya antisipasinya, karena masalah ini perlu dapat perhatian serius,” kata Arie Sujito, Senin (21/11).
Menurutnya, salah satu faktor yang membuat banyak mahasiswa menjadi korban pinjol adalah rendahnya literasi mereka tentang risiko pinjol. Hal itu dimanfaatkan oleh para penyedia jasa pinjol dengan iming-iming kemudahan mendapatkan pinjaman dan gimmick bunga murah melalui gempuran iklan di semua media sosial.
Karena itu, UGM menurutnya mencoba mengantisipasi potensi mahasiswanya terjerat pinjol melalui cara-cara edukasi.
“Melalui fakultas, UGM akan memberikan edukasi dan upaya peningkatan literasi kepada mahasiswa untuk bisa terhindar dari jeratan pinjol,” ujarnya.
Ilustrasi mahasiswa UGM. Foto: Dok. UGM
Selain melalui pengurus fakultas, UGM menurut dia juga akan mengerahkan organisasi-organisasi mahasiswa untuk melakukan kampanye dan edukasi mengenai risiko pinjol.
ADVERTISEMENT
“Misalnya lewat diskusi atau kampanye di media sosial, atau minimal tekankan ke anggota mereka masing-masing,” lanjutnya.
Menurut Arie, banyaknya mahasiswa yang terlilit pinjol sebenarnya bukan karena masalah kebutuhan yang semakin tinggi. Hal itu lebih banyak disebabkan karena tuntutan gaya hidup yang makin hedon dan konsumtif. Di sisi lain, mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai risiko meminjam uang dari platform pinjol.
Sebagai institusi pendidikan, kampus menurutnya memiliki kewenangan yang terbatas. Karena itu, dia berharap pemerintah melalui instansi terkait bisa membangun sistem dan pengawasan yang ketat kepada perusahaan-perusahaan pinjol untuk mencegah semakin banyak mahasiswa yang menjadi korban.
“Harus ada solusi strategis, apakah itu melalui OJK atau yang lain. Pemerintah tidak bisa menganggap ini remeh, takutnya ini juga menimpa kepada perguruan tinggi yang lain,” tegasnya.
ADVERTISEMENT