Belum 3 Bulan, Kasus Leptospirosis di Gunungkidul Nyaris Salip Kasus Selama 2022

Konten Media Partner
15 Maret 2023 14:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tikus di lahan pertanian. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tikus di lahan pertanian. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Kasus leptospirosis mengalami lonjakan pada awal tahun 2023. Sejak Januari sampai pertengahan Maret 2023, Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul mencatat telah terjadi kasus leptospirosis sebanyak 29 kasus dengan dua pasien meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Jumlah ini nyaris menyamai kasus leptospirosis di Gunungkidul yang terjadi selama 2022 kemarin, yakni sebanyak 31 kasus dengan korban meninggal dunia sebanyak empat orang.
“Jumlahnya hampir menyamai kasus leptospirosis selama tahun 2022 kemarin, sehingga dibutuhkan upaya penanganan yang maksimal,” kata Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty, Rabu (15/3).
Dewi menjelaskan bahwa lonjakan kasus leptospirosis terbanyak terjadi pada bulan Maret. Meski baru berjalan setengah bulan, namun kasus leptospirosis di Gunungkidul selama bulan Maret ini hampir mencapai 25 kasus.
“Jadi sebagian besar kasus ditemukan pada bulan Maret ini,” ujarnya.
Dia juga mengatakan bahwa sebagian besar penyebaran kasus leptospirosis terjadi di zona utara Gunungkidul, mulai dari Kapanewon Nglipar, Patuk, hingga Gedangsari. Di Nglipar dan Gedangsari itu juga dua pasien leptospirosis meninggal dunia.
Ilustrasi tikus. Foto: Pixabay
Tingginya penyebaran leptospirosis di wilayah itu, Dinkes Gunungkidul menurutnya memberikan perhatian lebih kepada tiga kapanewon tersebut. Dewi juga mengatakan bahwa dia telah menginstruksikan satuan tugas (satgas) one health di tingkat kapanewon untuk bergerak cepat melakukan pencegahan maupun penanganan guna menekan laju penyebaran.
ADVERTISEMENT
Dia juga meminta kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan pada potensi penularan yang banyak disebabkan karena paparan air kencing tikus ini. Misalnya saat sedang beraktivitas di sawah atau ladang, dia mengimbau supaya masyarakat mengenakan pelindung diri seperti sepatu boot mengingat kawasan tersebut cukup riskan terjadi penyebaran leptospirosis.
“Upaya pencegahan dilakukan dengan terus menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Selain itu, pada saat beraktivitas di sawah atau ladang diminta memakai alat pelindung diri,” kata Dewi Irawaty.