Berbagi Bibit Sayuran, Cara Warga Desa Gilangharjo di Bantul Lawan Corona

Konten dari Pengguna
8 April 2020 13:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Warga desa Lumbung Kampung Mataraman, Bantul, sedang menyiapkan bibit sayuran untuk dibagi-bagikan kepada warga kampung sekitar.
zoom-in-whitePerbesar
Warga desa Lumbung Kampung Mataraman, Bantul, sedang menyiapkan bibit sayuran untuk dibagi-bagikan kepada warga kampung sekitar.
ADVERTISEMENT
Sejumlah warga di Lumbung Kampung Mataraman, Desa Gilangharjo, Pandak, Bantul, sedang sibuk bersama bibit-bibit tanaman di tengah pandemi corona. Ada yang sedang menyemai benih, menyiapkan media tanam, memberi pupuk, ada juga yang sedang menyirami tanaman-tanaman mereka.
ADVERTISEMENT
Di tengah pandemi ini, masyarakat lebih giat bercocok tanam ketimbang biasanya, tak hanya untuk sendiri tapi juga untuk berbagi. Mas Lurah Joyo Supriyanto, Pamong Desa Gilangharjo yang merupakan penggagas Lumbung Kampung Mataraman mengatakan gerakan ini merupakan upaya untuk mewujudkan kawasan mandiri pangan unggulan,
“Lumbung menginspirasi untuk berbagi bibit sayuran. Kita buat bibit sayuran, kita bagi kepada masyarakat sekitar,” ujar Joyo Supriyanto ketika dihubungi, Rabu (7/4).
Ada berbagai jenis sayuran yang ditanam dan benihnya banyak disemai di Lumbung Kampung Mataraman, di antaranya kailan, bayam, kangkung, selada, dan sebagainya. Joyo mengatakan, pandemi COVID-19 telah membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya bercocok tanam. Masyarakat semakin merasakan manfaat lumbung ini, terutama ketika bahan makanan semakin sulit didapatkan dan perekonomian keluarga kian mengkhawatirkan.
ADVERTISEMENT
Tapi semua tidak semudah seperti yang terlihat sekarang. Satu dekade sudah Joyo Supriyanto menggagas Lumbung Kampung Mataraman, namun baru ketika ada geger virus corona ini masyarakat mulai aktif menyambut gayung ajakan Lumbung Kampung Mataraman.
“Awalnya diketawain, ngapain bagi-bagi bibit sayuran. Ya begitulah dinamikanya, butuh kesabaran dan proses untuk paham apa yang menjadi visi misi lumbung,” lanjutnya.

Tetap Produktif Meski di Rumah

Ribuan bibit sayuran siap dibagikan ke warga kampung di Bantul.
Imbauan pemerintah untuk mengurangi aktivitas di luar rumah penting untuk dijalankan sebaik mungkin. Itu adalah upaya untuk menekan persebaran virus yang lebih luas. Meski berada di rumah, bukan berarti kita hanya bisa rebahan. Joyo Supriyanto mengatakan, bagaimanapun hidup harus tetap berlangsung.
“Meski kita tinggal di rumah, harus tetap berubah, berbenah, berbuah, dan jadi berkah dalam berbagai macam bentuk yang produktif dan kreatif,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Karena itu, dia mencoba mengajak masyarakat untuk membuat gerakan menanam sayur-sayuran di lahan pekarangan yang bisa cepat dipanen. Gerakan itu bisa menjadi salah satu alternatif cara dalam menyediakan kebutuhan pangan, sehingga tidak harus beli.
“Dengan demikian bisa mengurangi biaya belanja keluarga saat situasi yang berat ini,” lanjutnya.
Awalnya, semua kebutuhan untuk program ini hanya mengandalkan gotong royong, donasi berupa uang, pupuk, tenaga, waktu, pikiran, dan sebagainya dilakukan secara swadaya. Namun belakangan, terutama ketika pandemi semakin terasa dampaknya, masyarakat yang membantu sudah semakin banyak. Pemerintah desa juga sudah mulai bergerak memberikan bantuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan lumbung.

Mandiri Dapur dan Saling Berbagi

Warga mempersiapkan media tanam.
Sayur-sayuran cepat panen merupakan gerakan jangka pendek. Ke depan, masyarakat diharapkan mengembangkan jenis tanaman pangan lain sebagai kebiasaan yang baik dalam upaya mencapai mandiri pangan. Joyo Supriyanto juga mengajak supaya masyarakat menanam apa yang dia makan dan memakan apa yang dia tanam.
ADVERTISEMENT
“Serta optimalisasi lahan pekarangan sekitar. Di sekitar kita bisa menanam polo gumandul, polo kasimpar, polo kapendem, polo wijo dan polo kitri,” ujar Joyo.
Saat ini, untuk memberi contoh kepada masyarakat, Lumbung Kampung Mataram juga sudah menanam padi lokal, di antaranya menthik susu, menthik wangi, pandan wangi, beras merah, dan hitam. Di pekarangan juga sudah mulai menanam jeruk nipis, jeruk lemon, sirsak, serta anggur.
Tak hanya untuk mencukupi dapur sendiri, masyarakat juga diajak untuk peduli satu sama lain dengan berbagi hasil panen, baik dari sawah, kebun, atau pekarangan. Hal itu merupakan bentuk nyata bela rasa antarsesama masyarakat.
“Atau sederhananya kita bisa memulai dengan berbagi beras jimpitan untuk dikumpulkan bersama dan nantinya dibagikan kepada sedulur (saudara) kita yang membutuhkan,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Di situasi yang sulit ini, ketika wabah memporakporandakan ekonomi masyarakat, kebersamaan dan saling menguatkan satu sama lain adalah hal yang sangat penting. Lumbung Kampung Mataraman bersama pemerintah desa setempat juga mulai mengidentifikasi masyarakat yang berpenghasilan rendah maupun terhenti aktivitasnya dalam mencari nafkah karena pandemi.
Misalnya penderita sakit yang terisolasi, buruh, tukang bangunan, tukang becak, penjaja makanan keliling, pedagang kaki lima, asisten rumah tangga, penjaga toko, karyawan perusahaan, pramuniaga, salesman, ojek, dan sebagainya.
“Jadi di situasi sulit begini kita harus lebih peka dengan sekitar. Tanpa saling membantu dan menguatkan, sulit kita bisa selamat dari wabah ini,” tegas Joyo Supriyanto. (Widi Erha Pradana / YK-1)