Konten Media Partner

Bisa Katrol Turis 5 Kali Lipat, Warisan Dunia UNESCO Juga Bisa Hambat Inovasi

20 September 2023 19:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keraton Yogyakarta, salah satu bagian utama dari Sumbu Filosofi Yogyakarta. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Keraton Yogyakarta, salah satu bagian utama dari Sumbu Filosofi Yogyakarta. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Status warisan budaya dunia dari UNESCO yang baru saja diraih Sumbu Filosofi Yogyakarta memiliki dua sisi. Predikat baru itu akan mempromosikan Sumbu Filosofi Yogya kepada wisatawan di seluruh dunia, tapi di sisi lain juga dapat menghambat inovasi dan pengembangan di kawasan tersebut.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan oleh Pakar Manajemen Pariwisata dari Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, Ike Janita Dewi.
Memang, predikat warisan budaya dunia UNESCO ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, terutama wisatawan mancanegara (wisman). Sebab, daftar warisan dunia UNESCO sudah menjadi panduan bagi mereka untuk berkunjung ke suatu destinasi.
“Karena bagi wisman, status UNESCO world heritage itu sangat penting,” kata Ike Janita Dewi saat dihubungi pada Rabu (20/9).
Bangunan George Town's, salah satu warisan budaya dunia di Penang, Malaysia. Foto: George Town's World Heritage Incorporated
Sebagai contoh adalah warisan budaya dunia George Town’s yang ada di Penang, Malaysia. Pemerintah Malaysia mengklaim, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke George Town’s meningkat sampai lima kali lipat setelah ditetapkan menjadi world heritage city.
“Jorge Town’s itu mengklaim wisman naik lima kali lipat,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Tapi di sisi lain, setelah ditetapkan sebagai warisan dunia mereka mengaku semakin sulit untuk melakukan pengembangan dan inovasi di destinasi tersebut. Sebab, ketika suatu destinasi telah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO, maka setiap pengembangan yang dilakukan di dalamnya juga harus mengikuti aturan UNESCO sesuai dengan impact assessment heritage (IAH).
Candi Borobudur, salah satu warisan budaya dunia dari Indonesia. Foto: Pixabay
Hal itu juga yang terjadi pada Candi Borobudur, yang juga telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO sejak 1991.
“Tapi Borobudur, sulit sekali (menarik wisman dan melakukan inovasi), karena banyak sekali aturan. Borobudur itu kan mau menarik wisatawan sekian, mau bangun ini dan itu juga tidak mudah ternyata, karena ada aturan UNESCO yang sangat ketat,” kata Ike.
Karena itu, setelah ditetapkan sebagai warisan dunia, Pemerintah DIY mesti berpikir keras bagaimana menyediakan produk dan layanan berstandar internasional, tanpa melenceng dari aturan-aturan UNESCO.
ADVERTISEMENT
Sebab yang akan berbicara kepada wisatawan dan membuat mereka ikut mempromosikan Sumbu Filosofi Yogya kepada orang-orang terdekatnya adalah kualitas produk dan layanan tersebut.
“Sehingga tantangan kita setelah dari aspek promosi itu menjadi sangat bagus, maka tantangan kita adalah menyediakan produk dan layanan yang berkualitas dengan standar internasional,” lanjutnya.
Bird-eye-view Sumbu Filosofi Yogya dari atas Plengkung Nirbaya. Foto: Deny S. Afriyanto/Management Unit for the Cosmological Axis of Yogyakarta
Yang harus paling segera dilakukan Pemerintah DIY saat ini adalah mensosialisasikan perencanaan manajemen Sumbu Filosofi setelah jadi warisan dunia kepada masyarakat. Sebagai tuan rumah, sangat penting bagi warga Yogya untuk mengetahui visi bersama dari ditetapkannya Sumbu Filosofi sebagai warisan dunia, apa yang harus mereka lakukan setelah ini, serta apa saja tahapan-tahapannya.
“Kalau enggak, yang terjadi adalah ekspektasi seperti tiba-tiba mendapat durian runtuh, atau ada kekhawatiran akan berlangsung pada penggusuran, kan tidak seperti itu. Jadi management plan-nya itu harus sudah disampaikan kepada masyarakat supaya tidak jadi spekulasi yang liar,” kata Ike Janita Dewi.
ADVERTISEMENT