BKSDA DIY Cari Macan Tutul di Gunungkidul

Konten Media Partner
29 Agustus 2021 14:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Di Gunungkidul, macan tutul beradaptasi dengan bersembunyi dalam gua-gua dan di bawah singkapan batu berlorong untuk menghindari panasnya udara daerah pegunungan kapur pada siang hari.
Ilustrasi macan tutul jawa. Foto: Pixabay
Akhir Juli 2019, warga Gunungkidul dibuat geger dengan menyebarnya berita tentang keberadaan macan tutul jawa (Panthera pardus melas) yang berkeliaran di sekitar pemukiman penduduk di Sumberwungu, Tepus. Bahkan ada warga yang mengaku pernah melihat harimau jawa atau Panthera tigris sondaica.
ADVERTISEMENT
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA DIY, Untung Suripto, mengatakan bahwa selama ini memang banyak klaim-klaim masyarakat di Gunungkidul yang mengaku melihat macan tutul jawa atau bahkan harimau jawa. Tapi sampai sini, semuanya hanya sekadar klaim, tanpa ada bukti otentik berupa foto atau video.
“Kalau harimau jawa itu enggak mungkin, hampir mustahil karena sudah dinyatakan punah sejak 1980-an,” ujar Untung Suripto, akhir pekan ini.
Namun jika yang diklaim oleh warga adalah macan tutul, menurutnya masih ada kemungkinan bahwa hal itu memang benar terjadi. Pasalnya, dari sejumlah penelitian memang menunjukkan bahwa wilayah selatan DIY, khususnya di daerah pegunungan karst merupakan salah satu habitat macan tutul di Jawa.
Selain klaim-klaim dari masyarakat, keberadaan macan tutul juga diperkuat oleh sejumlah tanda. Tanda-tanda tersebut seperti jejak kaki yang menyerupai kaki macan tutul serta bekas cakaran pada batang pohon yang identik dengan cakaran dari macan tutul.
ADVERTISEMENT
“Kami sudah kirimkan bekas cakaran itu dan memang dikonfirmasi kalau itu berasal dari macan tutul,” ujarnya.
Selain di Gunungkidul, kemunculan macan tutul juga pernah dilaporkan terjadi di daerah Imogiri, Bantul. Dalam dua tahun terakhir, BKSDA DIY menurutnya juga telah melakukan monitoring keberadaan macan tutul di daerah selatan DIY. Tahun 2020, BKSDA juga telah memasang kamera trap di sejumlah titik berdasarkan referensi dari tim ahli seperti tokoh masyarakat setempat yang merupakan pegiat konservasi macan tutul dan para peneliti dari UGM.
“Tapi dari sekitar 10 kamera yang dipasang, itu tidak terekam adanya kemunculan macan tutul,” ujarnya.
Tahun ini, sebenarnya BKSDA DIY juga berencana untuk melakukan monitoring keberadaan macan tutul menggunakan kamera trap lagi. Namun karena adanya penghematan anggaran yang sebagian dialihkan untuk penanganan pandemi, rencana itu mesti ditunda dulu.
ADVERTISEMENT
“Mungkin baru bisa dilanjutkan setelah situasinya normal lagi,” kata Untung Suripto.
Adaptasi Macan Tutul di Gunungkidul
Ilustrasi macan tutul jawa. Foto: Pixabay
Penelitian yang dilakukan oleh Theodorus Damar Baskara dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) tentang Identifikasi Jenis Hewan Mangsa Panthera Melalui Analisis Feses di Gunungkidul, menyebutkan bahwa tidak menutup kemungkinan wilayah berkapur seperti sepanjang tepi pantai di Gunungkidul, Pacitan, dan Leuweung Sancang juga menjadi habitat macan tutul jawa.
Macan tutul yang ada di Gunungkidul menurutnya telah beradaptasi dengan cara bersembunyi di dalam gua-gua dan di bawah singkapan batu berlorong yang memungkinkan dia untuk menghindari panasnya udara daerah pegunungan kapur pada siang hari.
“Di daerah Girisubo dan Rongkop terdapat gua tempat persembunyian macan tutul. Macan tutul beradaptasi dengan baik untuk hidup berdekatan dengan perkampungan penduduk,” tulis Theodorus dalam penelitiannya.
ADVERTISEMENT
Ketersediaan hewan mangsa di Gunungkidul untuk macan tutul memang relatif kecil. Namun ada beberapa jenis hewan yang kemungkinan menjadi makanan macan tutul di Gunungkidul, seperti burung darat, tikus, landak, reptil, serta mamalia kecil. Di beberapa tempat juga masih ditemui babi hutan, kijang, dan monyet ekor panjang yang juga bisa jadi sumber makanan macan tutul.
Bahkan, di daerah Girisubo, Theodorus menuliskan bahwa macan tutul kerap memakan mayat manusia ketika musim kemarau. Banyak kuburan yang ditemukan terbongkar dan di dalamnya sudah tidak ada mayatnya lagi. Kemungkinan mayat tersebut dibawa oleh macan tutul ke sebuah gua yang berada di bukit Songgong.
“Selain memangsa mayat, macan tutul di Gunungkidul juga memangsa ternak milik penduduk, tetapi pemangsaan ternak tersebut hanya apabila orang yang bersangkutan telah mengganggu hewan tersebut,” tulis Theodorus.
ADVERTISEMENT