Borobudur-Prambanan-Keraton, Segitiga Emas Pariwisata Pertama di Yogya

Konten Media Partner
31 Juli 2022 21:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Candi Borobudur. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Candi Borobudur. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Sebagai kota wisata, saat ini ada ratusan atau bahkan ribuan destinasi wisata yang dimiliki Yogyakarta. Mulai dari wisata alam, budaya dan tradisi, wisata sejarah, wisata kuliner, hingga wisata edukasi.
ADVERTISEMENT
Tapi, sebelum destinasi wisata di Yogya sebanyak sekarang, tahukah kamu mana tempat pertama yang menjadi destinasi wisata di Yogyakarta?
Kurator sekaligus sejarawan di Museum Sonobudoyo Yogyakarta, Siti Mahmudah Nur Fauziah, mengatakan bahwa titik awal berkembangnya pariwisata di Yogyakarta sebenarnya sudah dimulai sejak akhir abad ke-19.
Pada masa itu, di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya mulai banyak ditemukan situs-situs purbakala, terutama bangunan candi. Situs-situs purbakala ini ternyata menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, terutama wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Yogyakarta.
“Jadi dulu wisata yang menonjol di Yogya ini lebih ke hal-hal yang berbau budaya, dibandingkan dengan wisata-wisata alam,” kata Uzi, sapaan Siti Mahmudah Nur Fauziah, kepada Pandangan Jogja @Kumparan, pekan kemarin.
Candi Prambanan. Foto: Pixabay
Sekitar akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20, di Yogyakarta dikenal adanya segitiga emas pariwisata, yang merupakan tiga destinasi pariwisata andalan di Yogya. Segitiga emas itu terdiri atas Candi Borobudur, Keraton, dan Candi Prambanan, meskipun secara administratif Candi Borobudur sebenarnya masuk ke wilayah Magelang, Jawa Tengah, bukan Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
“Tapi dari dulu Borobudur sering dimasukkan ke dalam informasi untuk promosi-promosi terkait wisata di Yogya,” ujarnya.
Pada akhir abad ke-19, Candi Borobudur, Keraton, dan Prambanan juga sudah masuk ke dalam buku panduan pariwisata. Namun, saat itu Keraton Yogyakarta masih belum dibuka untuk umum, tidak sembarang orang bisa masuk ke dalamnya. Hanya para tamu khusus atau penting seperti pejabat yang diperbolehkan masuk pada masa itu.
“Baru di masa HB VII (1900an) masyarakat umum diperbolehkan untuk masuk ke Keraton,” ujarnya.
Keraton Yogyakarta. Foto: Pixabay
Tamansari juga menjadi salah satu destinasi di Yogya yang dimasukkan ke dalam buku panduan pariwisata pada masa awal perkembangan pariwisata di Yogyakarta. Namun, baru setelah abad ke-20 Taman Sari dipromosikan dan dibuka untuk masyarakat umum.
ADVERTISEMENT
“Jadi paket-paket wisata yang ditawarkan agen-agen wisata itu umumnya mencantumkan Keraton, Prambanan, Borobudur, Tamansari, sebagai objek-objek wisata yang disarankan untuk dikunjungi ketika berada di Yogyakarta,” kata Uzi.
Pada 1936, Yogyakarta juga memiliki sebuah perhimpunan wisata bernama Djokdja Vooruit, sebuah perhimpunan yang diharapkan dapat memajukan pariwisata Yogyakarta pada masa itu. Perhimpunan ini membuat rencana perjalanan untuk objek-objek wisata dan membuat reklame untuk menarik minat para wisatawan.
Sejak saat itulah destinasi wisata di Jogja semakin banyak, tidak hanya Keraton, Prambanan, dan Tamansari saja. Sebab, Djokdja Vooruit banyak mempromosikan tempat-tempat wisata lain di Yogya selain tiga destinasi tersebut.
“Karena di Yogya pun memang banyak tempat-tempat wisata menarik lainnya,” kata Siti Mahmudah Nur Fauziah.
ADVERTISEMENT