Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten Media Partner
Buku Iqro yang Kita Pakai Ngaji Ternyata Kisah Awalnya dari Bawah Pohon Jambu
29 Maret 2024 17:24 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Buku Iqro yang kini jadi buku utama untuk belajar membaca Al-Quran di Indonesia ternyata kisahnya bermula dari bawah pohon jambu di Kotagede, Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Penulis Iqro, KH As’ad Humam yang fotonya terpampang di sampul belakang Iqro menyusun metode belajar membaca Al-Quran tersebut di bawah pohon jambu di pekarangan rumahnya.
Putri ketiga KH As’ad Humam, Erweesbe Maimanati, mengatakan bahwa ayahnya memang tidak suka bekerja dalam situasi yang formal. Karena itu, alih-alih menyusun Buku Iqro di meja kerja, ia justru melakukannya di bawah pohon jambu.
“Bapak saya itu bukan seorang yang formal mengerjakan di depan meja, tetapi biasanya beliau kerjakan pagi-pagi di bawah pohon jambu di halaman rumah kami. Jadi di sana corat-coret sambil berjemur. Sepraktis itu lah, santai-santai gitu,” kata Erwee saat ditemui Pandangan Jogja, Jumat (29/3).
Selain itu, KH As’ad Humam juga memiliki keterbatasan gerak karena pernah dari jatuh dari pohon yang membuatnya sulit untuk duduk. Karena itu, di bawah pohon jambu itu pun dia menyusun metode Iqro sambil berdiri.
ADVERTISEMENT
Di bawah pohon jambu itu dulu ada dinding setengah tinggi yang difungsikan sebagai alas menulis oleh K.H As’ad Humam.
Di bawah pohon jambu itu pula, buku Iqro yang ia kembangkan kerap kali dievaluasi dan direvisi untuk mencapai metode yang paling optimal untuk belajar Al-Quran.
“Iqro itu tidak sekali jadi, ada revisi-revisi yang sampai 20 kali. Namanya dulu bukan Iqro, tapi Belajar Membaca Al Quran. Iqro ini dibikin bertahap mulai dari jilid I, terus kami evaluasi. Evaluasinya juga bukan seperti rapat, ya sudah di bawah pohon jambu atau pas duduk di ruang tamu,” ujarnya.
Bagi Erwee, pohon jambu ini menjadi pohon yang penting karena menjadi saksi bagaimana Buku Iqro disusun dan dikembangkan hingga membuat jutaan anak di Indonesia bisa membaca Al-Quran.
ADVERTISEMENT
Sayangnya saat ini pohon tersebut sudah tidak ada. Erwee juga tak ingat kapan dan kenapa pohon tersebut hilang.
“Terus mau diganti juga susah cari bibitnya, karena jambunya itu jenis jambu sukun, kan susah itu carinya,” ujar Erwee.