Bulan Depan, 120 Ton Sampah Kota Yogya Diolah Jadi Bahan Bakar Industri Semen

Konten Media Partner
25 Maret 2024 20:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tumpukan sampah di tepi jalanan Yogya. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tumpukan sampah di tepi jalanan Yogya. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebanyak 100 ton sampah di Kota Yogyakarta akan diolah menjadi Refused Derived Fuel (RDF) atau bahan bakar alternatif pengganti batubara untuk industri semen.
ADVERTISEMENT
Untuk mengolah 100 ton sampah itu, Pemkot Yogya telah menyepakati kerja sama dengan PT Solusi Bangun Indonesia (SBI), sebuah perusahaan semen dari Cilacap, Jawa Tengah, pada Senin (25/3).
Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo, mengatakan bahwa sampah yang akan diolah jadi RDF adalah sampah-sampah di TPS 3R Nitikan, Karangmiri, dan Kranon. Dari tiga lokasi itu, kapasitas sampah yang bisa diolah sebesar 120 sampai 140 ton per hari.
Dari jumlah sampah tersebut bisa dihasilkan RDF sekitar 60 sampai 70 ton per hari yang kemudian dikirim ke PT SBI di Cilacap, Jawa Tengah.
“Ketiga lokasi itu ditargetkan beroperasi pada pertengahan atau akhir April,” kata Singgih Raharjo, Senin (25/3).
Penandatanganan kerja sama antara Pemkot Yogyakarta dengan PT SBI untuk pemanfaatan sampah di Kota Yogyakarta menjadi RDF. Foto: Pemkot Yogyakarta
Sementara itu, sisa sampah yang belum diolah menjadi RDF akan ditangani melalui Gerakan Zero Sampah Anorganik dan Gerakan Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori ala Jogja atau Mbah Dirjo yang sudah dijalankan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Pemkot Yogya juga telah berencana untuk membangun satu lagi fasilitas pengolah sampah di area TPA Regional Piyungan. Namun rencana itu mendapat penolakan warga setempat sehingga harus ditunda.
Direktur Utama PT SBI Lilik Unggul Raharjo, mengatakan bahwa pabriknya di Cilacap dapat menerima 250 ton RDF setiap hari. Untuk saat ini, mereka baru menerima 100 ton per hari, 80 ton dari Cilacap dan 20 ton dari Banyumas.
“Sehingga kami masih bisa menerima RDF 150 ton lagi per hari,” kata Lilik.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa saat ini pemakaian RDF dapat memangkas kebutuhan batubara di pabriknya sebesar 14 persen. Apabila kapasitas 250 ton per hari terpenuhi, maka kebutuhan batubara bisa dipangkas hingga 25 persen.
ADVERTISEMENT