Konten Media Partner

Cegah Darurat Sampah, Solo Mengubah 545 ton Sampah Sehari Jadi Listrik

4 Agustus 2023 15:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Timbulan sampah di TPA Putri Cempo, Mojosongo, Solo, pada Kamis (3/8). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Timbulan sampah di TPA Putri Cempo, Mojosongo, Solo, pada Kamis (3/8). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta menargetkan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Putri Cempo di Mojosongo dapat beroperasi pada Oktober tahun ini. Selain akan menghasilkan listrik dengan kapasitas 5 Megawatt per hari, PLTSa ini diharapkan juga dapat menghabiskan timbulan sampah yang kini menggunung di TPA Putri Cempo dengan ketinggian lebih dari 20 meter.
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta, Arthaty Mulatsih, mengatakan bahwa kebutuhan PLTSa Putri Cempo ini kian mendesak bagi Solo yang kini produksi sampah hariannya mencapai 400 ton lebih.
Sejak 2010 kapasitas penampungan TPA Putri Cempo sebenarnya sudah overload. Sehingga perlu solusi PLTSa yang akan menjadikan sampah sebagai bahan bakar energi listrik.
“Kalau tanpa PLTSa, tahun depan mungkin Solo akan (darurat sampah) seperti Jogja,” kata Arthaty Mulatsih saat ditemui tim Pandangan Jogja di kantornya pada Kamis (3/8).
Bangunan PLTSa Putri Cempo di Mojosongo, Solo, pada Kamis (3/8). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
PLTSa Putri Cempo yang sedang dibangun ini nantinya juga bukan hanya digunakan untuk mengolah sampah-sampah baru yang diproduksi oleh warga Kota Solo namun juga sampah-sampah lama yang telah menggunung di TPA Putri Cempo.
ADVERTISEMENT
Jadi, sampah yang diolah menjadi listrik setiap hari nantinya adalah campuran sampah baru dan sampah lama. Dengan begitu, seiring berjalannya waktu diharapkan timbulan sampah di TPA Putri Cempo bisa habis.
“Dengan kapasitas produksi 545 ton sampah sehari, targetnya timbulan sampah di TPA Putri Cempo akan habis dalam waktu 5 sampai 7 tahun. Karena sebagian besar kan sudah jadi tanah, jadi kemungkinan hanya sekitar satu per tiganya saja yang masih bisa diolah,” ujarnya.
Alat berat sedang beroperasi di bawah tumpukan sampah yang telah menggunung di TPA Putri Cempo, Mojosongo, Solo, pada Kamis (3/8). Foto: Widi RH Pradana
Serupa, Kepala UPTD Pengelolaan TPA Sampah Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta, Edy Suparmanto, mengatakan, produksi sampah di Kota Solo dari waktu ke waktu mengalami peningkatan seiring dengan berkembangnya sektor pariwisata di kota tersebut.
“Mungkin usia TPA Putri Cempo hanya tinggal beberapa tahun saja kalau hanya pakai metode open dumping saja. Kalau tren (produksi sampah) naik terus, di sini tidak ada pengolahan, ya paling kurang dari 5 tahun nanti enggak bisa difungsikan lagi,” kata Edy Suparmanto.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, kalau sampah ditumpuk saja pakai open dumping dan PLTSa belum berjalan, maka sangat mungkin Solo akan mengalami situasi darurat sampah seperti Yogya.
“Sangat sangat mungkin nasibnya akan sama seperti Jogja. Karena itu PLTSa ini harus segera beroperasi sebagai solusi paripurna yang kita harapkan,” ujarnya.