Cegah Masuknya Lumpy Skin Disease, Lalu-lintas Ternak di Jogja Harus Makin Ketat

Konten Media Partner
10 Maret 2022 19:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sapi yang kena Lumpy Skin Disease (LSD) di Riau. Foto: Info Publik
zoom-in-whitePerbesar
Sapi yang kena Lumpy Skin Disease (LSD) di Riau. Foto: Info Publik
ADVERTISEMENT
Seluruh wilayah di Indonesia, termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tengah waspada terhadap penyebaran penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) yang menyerang hewan ternak terutama sapi dan kerbau. Meski saat ini baru ditemukan di Provinsi Riau, tapi tidak menutup kemungkinan penyakit itu akan menyebar ke wilayah lain di Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Kemungkinan (menyebar ke seluruh Indonesia) pasti ada, termasuk ke Jogja,” kata Kepala Seksi Informasi Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates, Basuki Rochmat, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (10/3).
Yang bisa dilakukan saat ini menurutnya adalah memperkecil potensi persebaran itu. Salah satu yang paling penting adalah memperketat lalu-lintas perdagangan hewan ternak, terutama sapi dan kerbau di wilayah Yogyakarta.
“Jadi semua ternak yang masuk ke Jogja, harus dipastikan sehat,” lanjutnya.
BBVet Wates menurut Basuki juga telah mendorong dinas terkait, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota untuk melakukan pengetatan serta sosialisasi terkait penyakit LSD dan cara pencegahannya. Sebab, posisi Yogyakarta yang berada di tengah Pulau Jawa menjadi jalur lalu-lintas perdagangan ternak yang penting terutama dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Posisi itu tentu membuat lalu-lintas perdagangan ternak di Jogja cukup tinggi.
ADVERTISEMENT
“Selain itu, pemilik ternak juga harus memberikan vaksinasi kepada ternak miliknya,” ujarnya.
Dia juga mengimbau kepada setiap peternak untuk memahami gejala dari penyakit ini, sehingga bisa melakukan deteksi dini jika ada ternaknya yang terinfeksi LSD. Dengan begitu, jika ditemukan kasus LSD bisa langsung ditangani sebelum menyebar semakin luas.
“Jika ditemukan gejala LSD, langsung laporkan ke Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) di tiap kecamatan,” kata Basuki.
Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Nuryani Zainuddin, juga mengaku telah mengeluarkan surat edaran kepada para pemangku kepentingan di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap persebaran LSD, bahkan sebelum ditemukan kasus pertama di Riau pekan kemarin.
Upaya peningkatan kewaspadaan tersebut menurutnya juga telah berhasil karena dapat mendeteksi kasus LSD yang terjadi di Riau secara cepat. Meski begitu, sejumlah upaya menurutnya harus segera dijalankan di tiap daerah untuk mencegah terjadinya persebaran LSD yang makin luas.
ADVERTISEMENT
“Strategi utama adalah vaksinasi, namun ini harus didukung dengan deteksi dini dan penelusuran kasus, pengendalian lalu lintas, pengendalian vektor, serta komunikasi, informasi, dan edukasi,” kata Nuryani Zainuddin seperti dikutip dari laman resmi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Minggu (6/3).
Lebih lanjut, Nuryani mengatakan bahwa penanganan dan pencegahan LSD ini akan memberikan tantangan tersendiri. Sebab, selain disebabkan oleh lalu-lintas hewan ternak yang tertular serta produk daging yang mengandung virus, LSD juga dapat ditularkan melalui perantara seperti gigitan serangga yang menjadi vektornya. Meski begitu, dia optimis pemerintah dapat menangani masalah ini sebelum menyebar semakin luas ke seluruh wilayah di Indonesia.
“Kita telah siapkan sumber daya yang cukup untuk penanganan LSD ini,” tegasnya.
ADVERTISEMENT