Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Cempedak, Buah Hutan yang Sekilas Mirip Nangka Rasa Mirip Durian
email: [email protected]
4 Maret 2020 12:03 WIB
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Stok buah cempedak baru saja datang di rumah Helmiati, tak jauh dari Terminal Condongcatur, Sleman, Yogyakarta. Helmi tak sengaja menemukan kontak distributor cempedak di Facebook, tanpa pikir panjang dia langsung menghubunginya untuk ikut menjadi penjual cempedak.
ADVERTISEMENT
“Kurang tahu ya bagaimana sampai ke sini (Jogja), tahunya ini dari Kalimantan,” ujar Helmiati, pekan lalu.
Baru kali ini perempuan asli Bengkulu yang sudah bertahun-tahun menetap di Jogja itu menjual cempedak. Padahal, ketika masih kecil dia sangat akrab dengan buah yang bentuknya mirip dengan nangka itu.
“Dulu banyak di tempat saya (Bengkulu). Kan enak, selain karena saya juga suka, sekalian nostalgia, soalnya udah lama banget enggak makan cempedak,” lanjutnya.
Memang tak mudah menemukan cempedak di Jogja. Buah yang tak kalah lezat dibanding nangka ataupun durian ini memang kurang popular. Padahal sebenarnya buah ini juga buah endemik Indonesia dan tersebar di banyak pulau di Indonesia.
Pakar Manajemen Produksi Tanaman UGM, Dody Kastono, mengatakan buah cempedak memang banyak tersebar di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, sampai Papua. Ada beberapa pendapat terkait asli buah ini, ada yang mengatakan cempedak merupakan buah endemik Indonesia, namun ada juga yang mengatakan kalau cempedak berasal dari Semenanjung Malaka seperti Burma atau Thailand.
ADVERTISEMENT
“Jawa memang ada, tapi tidak sebanyak di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, atau Papua,” kata Dody Kastono.
Satu Keluarga dengan Nangka
Jika dilihat sekilas, bentuk cempedak memang sangat mirip dengan nangka. Dody mengatakan, cempedak memang masih satu family dengan nangka, yakni Moraceae. Namun jika dilihat lebih lanjut, bentuk cempedak lebih gilig atau oval memanjang, sementara bentuk nangka lebih variatif, ada yang bulat, lonjong, bahkan ada yang tidak beraturan.
Ukuran buah juga berbeda, umumnya buah cempedak hanya berukuran dua sampai tiga kilogram, jauh lebih kecil ketimbang buah nangka yang bisa mencapai 20 sampai 25 kilogram per buah.
Kulit kedua buah ini juga memiliki perbedaan, kulit cempedak memiliki duri yang cenderung tumpul, bahkan kadang duri itu tidak muncul dan hanya berupa titik saja. Sementara buah nangka memiliki duri yang cukup tajam. Jika sudah masak, cempedak akan jauh lebih empuk jika dipegang dibandingkan dengan nangka.
ADVERTISEMENT
“Jadi sebenarnya beda sekali antara cempedak dan nangka,” ujar Dody.
Itu baru dari bentuknya saja, secara aroma dan rasa, kedua buah tersebut juga memiliki perbedaan. Jika bentuk cempedak mirip dengan nangka, rasa dan aroma cempedak justru agak mirip dengan durian. Cempedak memiliki aroma yang lebih kuat ketimbang nangka, jika sudah masak aromanya bahkan sudah bisa tercium tanpa harus dibuka lebih dulu.
“Tekstur buahnya juga lebih lembut daripada nangka ya, jadi agak mirip dengan durian,” lanjutnya.
Perkawinan antara nangka dan cempedak juga sudah mulai banyak dilakukan. Perkawinan dua jenis buah ini menghasilkan buah dengan karakteristik baru, yakni nangkadak dengan ukuran yang bisa lebih besar ketimbang cempedak namun tidak sebesar nangka, sehingga cocok untuk satu keluarga kecil.
ADVERTISEMENT
Aroma nangkadak juga lebih harum dan tidak terlalu menyengat, sehingga cocok untuk orang yang tidak suka dengan buah-buah dengan aroma menyangat.
“Rasanya manis dan agak berserat, kalau cempedak kan teksturnya lebih lembut seperti durian. Jadi ini gabungan antara cempedak dan nangka,” ujar Dody.
Memilih Buah Cempedak Terbaik
Dody juga berbagi tips bagaimana memilih buah cempedak dengan kualitas terbaik. Yang harus diperhatikan pertama adalah bentuk dan ukurannya. Buah cempedak yang sudah masak dan memiliki kualitas baik akan memiliki bentuk gilig dan ukuran yang maksimal, beratnya antara dua sampai tiga kilogram.
“Terus warnanya, kalau sudah masak itu kulitnya jadi hijau kekuningan,” ujarnya.
Ketika sudah masak, duri-duri tumpul yang dimiliki cempedak akan semakin renggang satu sama lain. Secara aroma, cempedak yang sudah masak akan memiliki aroma yang menyengat, meski dia belum dibuka.
ADVERTISEMENT
“Nanti kalau dibuka kan sudah masak, bisa dimakan langsung bisa juga digoreng, maknyus itu rasanya,” lanjutnya.
Buah Hutan yang Menguntungkan
Meski di kampung halamannya dulu banyak buah cempedak, namun kata Helmiati, tidak ada warga yang membudidayakannya. Pada dasarnya, cempedak adalah buah hutan, bukan buah budidaya seperti kebanyakan buah lainnya.
“Ini (cempedak) kan buah hutan mas. Yang saya jual ini kemungkinan juga dari hutan,” ujar Helmi.
Senada, Dody pun mengatakan demikian. Meski begitu, bukan berarti buah cempedak bukan berarti tidak bisa dibudidayakan. Di sejumlah tempat, sekarang juga sudah mulai dikembangkan budidaya cempedak, meski skalanya belum besar.
Padahal cempedak menurut Dody memiliki potensi yang sangat besar jika mampu dimanfaatkan secara optimal. Pada dasarnya buah cempedak tidak mengenal musim, dia selalu berbuah setiap saat, hanya saja memang ada masa puncak panen buah cempedak.
ADVERTISEMENT
“Biasanya pada musim kemarau puncaknya,” ujar Dody.
Selain tak mengenal musim, dalam satu pohon cempedak bisa menghasilkan hingga ratusan buah. Tak seperti nangka atau durian yang buahnya hanya ada di titik-titik tertentu di batangnya, buah cempedak akan muncul hampir di seluruh titik batang: Dari permukaan tanah sampai atas, dari batang utama sampai cabang-cabangnya.
“Hampir tidak ada celah antara satu buah dengan buah lainnya, rapat sekali, itu menariknya buah cempedak,” lanjutnya.
Dari segi harga, cempedak juga cukup menjanjikan. Di kios milik Helmi, cempedak dijual Rp 25 ribu per kilogram. Berbagai hal itu membuat cempedak sebenarnya sangat potensial untuk dibudidayakan, terlebih perawatan pohon cempedak bisa dibilang cukup mudah. Masa berbuahnya juga cukup cepat, dalam usia dua atau tiga tahun biasanya pohon cempedak sudah mulai berbuah.
ADVERTISEMENT
Cempedak juga bisa dijadikan bermacam olahan, seperti cempedak goreng dan asinan, tidak hanya dikonsumsi langsung saja. Bahkan kulit buahnya juga biasa dijadikan asinan yang lezat.
“Saya kira sudah saatnya untuk dibangkitkan. Artinya (cempedak) diangkat menjadi sesuatu yang bisa menjadi citra bangsa Indonesia, karena ini potensinya luar biasa,” kata Dody.
Tanaman Konservasi yang Bagus
Selain sangat produktif, pohon cempedak dan keluarga nangka lainnya merupakan pohon yang sangat baik untuk melakukan konservasi air dan lahan. Pohon cempedak masih bisa hidup di lahan-lahan marjinal, bahkan dia bisa memperbaiki struktur tanah di sekitarnya.
“Karena ciri-ciri tanaman yang bergetah kan dia bisa hidup di lahan marjinal,” ujar Dody.
Besarnya manfaat dari segi ekonomi dan lingkungan, upaya budidaya buah cempedak menurut Dody perlu digenjot lagi. Sejauh ini, belum ada budidaya cempedak yang berskala industri, kebanyakan pohon-pohon cempedak hanya ditanam di pekarangan-pekarangan rumah saja.
ADVERTISEMENT
“Tinggal bagaimana kita mengupayakan untuk mengembangkan cempedak ini dalam skala yang lebih besar,” kata dia. (Widi Erha Pradana / YK-1)