Cerdiknya China Manfaatkan Usia Uzur Biden di Balik Perdamaian Saudi-Iran

Konten Media Partner
20 Maret 2023 13:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota Biro Politik pada Komite Sentral Partai Komunis China Wang Yi (tengah),  bersama Direktur Komisi Hubungan Luar Negeri Iran Ali Shamkhani dan Penasihat Keamanan Nasional Arab Saudi Musaad bin Mohammed Al Aiban foto bersama.  Foto: China Daily/ via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Anggota Biro Politik pada Komite Sentral Partai Komunis China Wang Yi (tengah), bersama Direktur Komisi Hubungan Luar Negeri Iran Ali Shamkhani dan Penasihat Keamanan Nasional Arab Saudi Musaad bin Mohammed Al Aiban foto bersama. Foto: China Daily/ via REUTERS
ADVERTISEMENT
Setelah sekian lama berkonflik, Arab Saudi dan Iran akhirnya sepakat untuk berdamai dan memulihkan hubungan diplomatik keduanya. Kesepakatan itu dilakukan di Beijing, China, pada Jumat (10/3), yang ditengahi oleh diplomat Wang Yi, diplomat paling senior di China.
ADVERTISEMENT
Pengamat Timur Tengah dari Jurusan Hubungan Internasional UGM, Siti Mutiah Setiawati, mengatakan bahwa berhasilnya perundingan antara Saudi dan Iran tidak lepas dari kecerdikan China dalam memanfaatkan situasi.
China, menurut Siti memanfaatkan situasi Amerika Serikat yang saat ini dipimpin oleh Joe Biden yang kondisinya tidak sekuat presiden-presiden Amerika sebelumnya. Amerika sendiri selama ini memiliki pengaruh besar dalam memelihara konflik yang terjadi di Timur Tengah, termasuk antara Saudi dengan Iran.
“China mengambil momentum yang tepat saat Amerika Serikat di bawah Joe Biden. Joe Biden itu bukan pemimpin yang kuat seperti presiden-presiden Amerika Serikat sebelumnya, mengingat usia Bidan yang sudah uzur,” kata Siti Mutiah saat dihubungi, akhir pekan lalu.
Pakar Politik Timur Tengah UGM, Siti Mutiah Setiawati. Foto: Dok Humas UGM
Saat ini, Joe Biden memang sudah menginjak usia 80 tahun. Hal itu menurut Siti Mutiah menjadi salah satu penyebab mengapa kekuatan Biden tidak sebesar presiden-presiden Amerika sebelumnya. Kecenderungan ini menurutnya juga dapat dilihat dari sikap Amerika dalam perang antara Rusia dan Ukraina.
ADVERTISEMENT
“Rusia yang terus meningkatkan serangannya ke Ukraina seperti yakin bahwa Amerika tidak bakal masuk terlibat dalam peperangan ini,” ujarnya.
Meski demikian, Amerika menurut Siti masih akan tetap menganggap Timur Tengah sebagai kawasan yang penting demi menjaga keberlangsungan impor dan eksplorasi minyak yang melimpah di kawasan tersebut, terutama di kawasan teluk. Intervensi Amerika di Timur Tengah juga menjadi penting untuk menjaga eksistensi Israel yang merupakan sekutunya.
Amerika menurut Siti juga akan terus berusaha menempatkan kekuatannya di Timur Tengah untuk mencegah gerakan politik Islam berkuasa di wilayah tersebut karena dianggap akan mengganggu kepentingan Amerika terkait minyak dan eksistensi Israel demi menjaga keseimbangan kekuatan.
“Amerika tidak segera memberi reaksi atas perundingan damai ini karena faktor kepemimpinan Presiden AS yang memang bergaya late response,” kata Siti Mutiah.
ADVERTISEMENT