Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten Media Partner
Cerita 2 Alumni UGM Jelajahi Antartika, Teliti Batuan Berumur 3,8 Miliar Tahun
22 Januari 2025 18:27 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Dua alumni Universitas Gadjah Mada (UGM), Gerry Utama dan Nugroho Imam Setiawan, menjadi bagian dari ekspedisi internasional di Antartika. Gerry tercatat sebagai orang Indonesia dan ASEAN pertama yang berpartisipasi dalam Russian Antarctica Expedition (RAE) pada Februari hingga Juli 2024, sementara Nugroho berpartisipasi dalam Japan Antarctic Research Expedition (JARE) pada 2016–2017.
ADVERTISEMENT
“Sejak awal perkuliahan (magister di Rusia), saya sudah ditawari untuk ikut program tersebut. Hanya saja, saat mengikuti program tersebut, kami sudah harus tahu akan meneliti apa,” ujar Gerry, Rabu (22/1).
Nugroho, yang merupakan dosen Fakultas Teknik UGM, sempat mendaftar program serupa pada 2011 saat menjalani studi doktoral di Jepang. Namun, program itu batal akibat tsunami yang melanda Jepang pada Maret 2011. Ia akhirnya terpilih kembali pada 2015 setelah menyelesaikan program doktoralnya.
Ekspedisi Gerry dan Tim
Dalam ekspedisi RAE, Gerry dan timnya melakukan penelitian di Stasiun Mirny, salah satu stasiun pemantauan tertua di Antartika. Salah satu temuan utama mereka adalah fosil kayu berusia 130 juta tahun.
“Hal ini bisa membuktikan bahwa dulunya Antartika pernah ditutupi tanaman hijau seperti bagian bumi lainnya,” ujar Gerry.
ADVERTISEMENT
Namun, kondisi ekstrem di Antartika menjadi tantangan besar. Gerry menjelaskan bahwa cuaca yang tidak menentu membuat mereka harus fleksibel dengan jadwal, termasuk dalam mengatur jam mandi. Angin kencang dengan kecepatan hingga 300 km/jam sering kali memaksa tim untuk tetap berada di stasiun.
Ekspedisi Nugroho dan Tim
Dalam ekspedisi JARE, Nugroho dan timnya meneliti batuan metamorf berusia 3,8 miliar tahun, salah satu jenis batuan tertua di bumi.
“Kami berusaha menyingkap batuan metamorf, batuan tertua di bumi berusia 3,8 miliar tahun yang ada di Antartika,” kata Nugroho.
Penelitian mereka melibatkan analisis mendalam tentang komposisi, usia, dan proses pembentukan batuan tersebut. Salah satu temuan menarik adalah batuan dengan struktur sarang lebah akibat erosi angin, yang serupa dengan batuan di Sri Lanka. Hal ini mengindikasikan bahwa Antartika dan Sri Lanka dulunya merupakan bagian dari daratan yang sama.
ADVERTISEMENT
Nugroho menjelaskan bahwa dirinya menjalani serangkaian seleksi ketat, termasuk wawancara dan pemeriksaan kesehatan, sebelum bergabung dengan tim yang terdiri dari peneliti Jepang, Mongolia, dan Thailand.
“Antartika seperti mesin waktu yang menyimpan sejarah bumi di masa lalu dan dapat menjadi informasi untuk menyikapi kemungkinan-kemungkinan di masa depan,” tuturnya.