Konten Media Partner

Cerita Anak Palestina di Yogya: Makanan di Indonesia Enak, Tak Seperti di Gaza

12 September 2024 19:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masa dan adiknya saat berada di Masjid Jogokariyan Jogja, Kamis (12/9). Foto: Resti Damayanti/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Masa dan adiknya saat berada di Masjid Jogokariyan Jogja, Kamis (12/9). Foto: Resti Damayanti/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Enam pengungsi dari Gaza, Palestina, berkunjung ke Masjid Jogokariyan Yogyakarta, Kamis (12/9). Mereka didampingi oleh sejumlah relawan dan perwakilan yayasan yang berpusat di Yordania.
ADVERTISEMENT
Dari enam pengungsi, ada tiga orang yang masih anak-anak, salah satunya adalah Masa yang usianya masih 10 tahun. Rumah keluarganya di Gaza telah hancur akibat serangan bom dari tentara Israel.
Saat tiba di Indonesia lima hari yang lalu, ia mengaku sangat senang. Sebab, orang-orang Indonesia menurutnya menyambut mereka dengan sangat ramah. Selain itu, makanan di Indonesia kata dia juga enak-enak, tidak seperti makanan di Gaza.
“Orangnya ramah-ramah, untuk makanannya juga enak-enak, tidak seperti di tempat tinggal saya di Gaza,” kata Masa kepada Pandangan Jogja, diterjemahkan oleh salah satu relawan, Kamis (12/9).
“Ketika seseorang melihat saya, mereka tersenyum ke saya. Saya bahagia di Indonesia,” tambahnya.
Masa saat berada di Masjid Jogokariyan Jogja, Kamis (12/9). Foto: Resti Damayanti/Pandangan Jogja
Masa juga mengaku lebih ceria ketika bertemu orang-orang di Indonesia. Saat ditanya cita-cita, ia mengatakan ingin menjadi seorang guru olahraga.
ADVERTISEMENT
"Saat sudah besar aku ingin menjadi guru olahraga,” ujarnya.
Ia merupakan salah satu anak yang kini mengungsi di Yordania. Bersama ibu, ayah, nenek, dan kedua adiknya.
Ibu Masa, Hanady, mengatakan bahwa Masa sempat mengalami trauma akibat peperangan yang tak kunjung berakhir. Bahkan setelah pindah ke Yordania, ia masih sering termenung saat berada di sekolah.
“Di sekolah, guru-guru melaporkan bahwa anak-anak sering termenung, diam, dan tidak bermain dengan teman-temannya karena terus dihantui rasa takut,” kata Hanady.
“Saat mendengar pesawat, selalu mengira bahwa itu adalah pesawat milik zionis Israel,” tambahnya.
Masa, bersama seorang relawan, Fatah. Foto: Resti Damayanti/Pandangan Jogja
Kedatangan warga Gaza ini merupakan kunjungan balasan, di mana sebelumnya relawan kemanusiaan Masjid Jogokariyan telah berangkat ke Palestina dua bulan lalu.
Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan, Muhammad Jazir, mengatakan dalam memberangkatkan dua relawan itu, pihaknya memakai biaya dari kas masjid, tanpa mengurangi angka donasi yang terkumpul sepeser pun.
ADVERTISEMENT
“Total bantuan sekitar Rp 4,2 miliar baru dari 7 Oktober 2023 ketika peristiwa perang, sudah 4 tahapan (bantuan dikirim),” kata Jazir.