Konten Media Partner

Cuma 2 Pekan, Puluhan Patung Lucu Hiasi Malioboro, Boleh Dipeluk dan Dicium

19 Oktober 2023 18:49 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Patung manusia warna-warni yang dipasang di Malioboro dalam event Jogja Street Sculpture Project #5 2023. Foto: WIdi RH Pradana/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Patung manusia warna-warni yang dipasang di Malioboro dalam event Jogja Street Sculpture Project #5 2023. Foto: WIdi RH Pradana/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Dalam dua pekan ke depan, ada yang berbeda dengan Malioboro dari biasanya. Di sejumlah titik di sepanjang Jalan Malioboro, telah dipasang puluhan patung yang dibuat oleh para seniman dari berbagai daerah di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ada banyak karya-karya yang lucu dan menggemaskan. Seperti patung anak ayam warna-warni, tapi ukuranya jumbo, bahkan lebih besar dari manusia biasa.
Atau patung orang warna-warni yang duduk di bangku-bangku Malioboro. Patung ini terbuat dari kain tahan air yang di dalamnya diisi menggunakan bola plastik sehingga empuk seperti bantal.
Patung-patung ini adalah bagian dari pameran dua tahunan #5 2023, pameran patung outdoor terbesar di Indonesia. Total, ada 30 patung yang dipasang di sejumlah titik sepanjang Jalan Malioboro, yang dibuat oleh 22 seniman peserta, lima kelompok seniman, dan tiga seniman undangan seperti Putu Sutawijaya, Nasirun, hingga Ugo Untoro.
Salah satu karya patung di Malioboro yang menjadi bagian dari JSSP #5 2023. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Menariknya, karya-karya patung yang dipamerkan itu boleh dipegang atau dipeluk oleh pengunjung, bahkan jika mau boleh juga menciumnya. Berbeda dengan pameran seni pada umumnya yang sangat ketat, bahkan untuk menyentuh saja pengunjung tidak diperbolehkan.
ADVERTISEMENT
“Misalnya ada karya patung orang warna-warni sedang duduk di kursi Malioboro, itu pengunjung boleh foto bareng, boleh dipegang, dipeluk, atau mau cium juga boleh. Asalkan tidak sampai merusak karya,” kata kurator JSSP #5 2023, Rain Rasidi, saat ditemui pada Rabu (18/10).
Hal itu menurut Rain sudah menjadi konsekuensi. Jika sebuah karya seni dipamerkan di ruang publik, seperti area pedestrian Malioboro, maka harus siap juga untuk dipegang-pegang oleh pengunjung, tak bisa dipasang tulisan ‘Dilarang Menyentuh Karya’.
Termasuk, karya yang dipamerkan juga harus siap kepanasan dan kehujanan.
“Apabila karya itu rusak karena kehujanan atau kepanasan, artinya yang salah senimannya karena tidak menggunakan bahan yang sesuai dengan lingkungannya,” lanjutnya.
Tak Cuma Pindahkan Patung dari Studio ke Jalan
Kurator JSSP #5 2023, Rain Rasidi. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Pameran patung JSSP #5 ini telah dibuka pada 16 Oktober kemarin, dan akan berjalan sekitar dua pekan hingga 28 Oktober mendatang. Adapun tema yang diusung adalah ‘Ruwat Gatra Rasa’. Dalam Bahasa Jawa, ruwat merupakan gabungan dari kata luru dan rawat, artinya mencari dan merawat.
ADVERTISEMENT
Sementara gatra bermakna sebagai lingkungan atau ruang, dan rasa merujuk pada rasa yang dimiliki oleh seniman.
“Jadi istilah ruwat itu bisa menjadi semangat kita dalam mencari hal yang baru, memaknai perubahan, tapi tetap menjaga yang ada,” jelas Rain.
Salah satu patung yang dipasang di Malioboro dalam event JSSP #5 2023. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Membuat pameran di ruang publik, tidak sesederhana membawa patung dari dalam studio ke pinggir jalan. Dalam menentukan sebuah karya, seniman mesti bisa melihat bagaimana kondisi ruang yang ada, kemudian dia respons dengan karya yang tepat dan relevan dengan ruang tersebut.
Jika gagal memahami ruang yang ada, maka seniman hanya akan membuat karya yang bagus, namun saat dipasang di ruang publik akan menjadi karya yang asing dan tidak harmonis dengan lingkungan di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Di Malioboro misalnya, salah satu yang banyak dikeluhkan oleh seniman adalah ramainya ornamen-ornamen yang ada di sepanjang pedestrian. Ada kursi, batu bulat, tempat sampah, dan sebagainya. Namun itulah yang menjadi tantangan bagi seniman dalam pameran kali ini.
Salah satu patung yang dipasang di Malioboro dalam event JSSP #5 2023. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Kondisi itu salah satunya direspons oleh seniman asal Bandung, Hilman Syafriadi, dengan karya patung manusia warna-warni yang sedang duduk di kursi saling bersebelahan. Namun patung-patung tersebut sibuk dengan gawainya masing-masing, tidak saling berinteraksi.
Karya itu menggambarkan tentang keterasingan manusia di keramaian, seperti yang dialami banyak orang saat ini.
“Seperti pesan Almarhum Pak Eko Prawoto yang juga menjadi kurator dalam pameran ini, bahwa seni itu sebenarnya bagian dari kehidupan. Sehingga karya di ruang publik tidak boleh semena-mena terhadap apa yang sudah ada, dia harus menjadi bagian dari yang ada,” kata Rain Rasidi.
ADVERTISEMENT
Peradaban Yogya
Paniradya Pati Kaistimewan DIY, Aris Eko Nugroho. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Terpisah, Paniradya Pati Paniradya Pati (pemimpin lembaga keistimewaan DIY, Paniradya Kaistimewan), Aris Eko Nugroho, mengatakan pameran dua tahunan Jogja Street Sculpture Project (JSSP) #5 2023, yang merupakan pameran patung outdoor terbesar di Indonesia, adalah salah satu bentuk dukungan Dana Keistimewaan (Danais) untuk dunia kreatif di Yogyakarta.
Aris menekankan bahwa Yogyakarta ingin membangun peradaban, sesuatu yang lebih besar dari budaya. Sementara ekonomi adalah salah satu dampak ikutan di luar dampak-dampak lain dari sesuatu yang didorong bersama antara pemerintah dan masyarakat menjadi sebuah entitas peradaban.
“Pameran patung ini misalnya, sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu oleh seniman patung. Ini kerjasama Disbud DIY dengan asosiasi pematung. Paniradya memfasilitasi dengan dukungan pendanaan sebesar Rp 580-an jutaan. Dan ini tentu akan berdampak juga pada wisata di Malioboro dan Yogya secara umum.”
ADVERTISEMENT
“Apalagi, pada 18 September kemarin Sumbu Filosofi telah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO, sehingga ini bisa dilihat sebagai salah satu kegiatan paska penetapan juga,” jelas Aris.
Salah satu patung yang dipasang di Malioboro dalam event JSSP #5 2023. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Ada begitu banyak acara, komunitas, inovasi, di bidang budaya yang difasilitasi oleh pendanaan Danais. Sayangnya, menurut Aris, banyak yang menuntut dampak cepat dari dukungan kepada budaya oleh Danais itu menjadi angka-angka penurunan kemiskinan di DIY.
“Padahal yang namanya menumbuhkan peradaban yang di dalamnya ada kesejahteraan bersama seluruh lapisan masyarakat itu kan tidak bisa instan. Masak pameran patung, biennale seni rupa, dituntut langsung mengurangi kemiskinan? Ini yang kadang-kadang kita minta bantuan teman-teman, termasuk media, untuk mendudukkan diskusi dengan tepat,” papar Aris.
Untuk diketahui pada pertengahan Oktober ini, Aris menerangkan setidaknya ada 3 even seni budaya penting yang disuport oleh Danais. Selain JSSP, ada pameran komik, dan Jogja Biennale.
ADVERTISEMENT
“Biennale malah dukungan kita lebih dari Rp 1 miliar,” kata Aris.