Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Curhat Pedagang Teras Malioboro 2: Dulu Sehari Dapat Rp 1 Juta, Kini 2 Hari Rp 0
25 September 2023 16:33 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Yani duduk termangu di depan lapak jualannya yang hanya berukuran 1,2 meter x 1,2 meter di Teras Malioboro 2. Hari sudah semakin malam, tapi sejak siang tak ada satu pun daster yang ia jual laku.
ADVERTISEMENT
“Sudah dua hari enggak ada pelaris (pembeli). Sama sekali,” kata Yani, Kami (21/9) sekitar pukul 20.00 WIB.
Yani menjawab dengan tertawa, seperti berusaha menghibur diri. Tapi dua matanya langsung berkaca, tak bisa menipu.
“Anak saya dua, sekolah semua,” kata dia.
Malam itu, Teras Malioboro 2 memang mulai ramai. Pengunjung mulai banyak yang berdatangan, baik sendiri-sendiri maupun rombongan. Mereka bergantian berfoto di depan papan nama Teras Malioboro 2 yang sudah menyala biru. Tapi sangat sedikit pengunjung membeli dagangannya, bahkan sampai ke lapaknya saja jarang.
Letak lapaknya memang kurang strategis, di lorong paling utara dan paling belakang.
“Kalau di depan memang ramai, tapi di sini lihat saja sendiri, jalan (Malioboro) saja sampai kelihatan dari sini,” kata dia.
Padahal, harga daster yang ia jual hanya Rp 35 ribu per potong. Dari harga jual itu, dia hanya mengambil untung Rp 7 ribu, jauh lebih kecil dari ongkos bensinnya yang sehari habis sedikitnya Rp 15 ribu.
ADVERTISEMENT
“Rumah saya di Jalan Parangtritis Km 22, di Kretek. Lebih banyak nomboknya (meruginya) sekarang,” lanjutnya.
Kondisi seperti ini berlangsung sudah setahun lebih, sejak para PKL Malioboro direlokasi ke Teras Malioboro pada Februari tahun lalu. Makin hari bukanya makin membaik, dagangan Yani justru makin jarang yang laku.
Padahal saat masih berjualan di lorong depan-depan toko di sepanjang Jalan Malioboro, hasilnya cukup menggembirakan. Setiap hari paling tidak dia bisa membawa pulang uang Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu. Pada akhir pekan bahkan pendapatannya bisa mencapai Rp 1 juta dalam sehari.
“Malam Minggu kemarin saya sudah jualan dari siang, sampai malam ternyata zonk, enggak ada pelaris satupun,” kata Yani.
Kondisi serupa juga dialami oleh Suwito, pedagang baju anak-anak di Teras Malioboro 2. Seharian itu, baju anak dagangannya baru laku satu buah.
ADVERTISEMENT
“Beda jauh dari di lorong Malioboro. Di sana pendapatan sehari bisa Rp 1 juta, di sini Rp 100 ribu, Rp 50 ribu, sudah bagus banget, itu belum potongan. Sering juga seharian enggak ada pelaris,” kata Suwito.
Tentu, pendapatannya dari berdagang di Teras Malioboro 2 lebih sering kurang daripada cukup untuk kebutuhan keluarganya bersama istri dan dua anaknya yang masih sekolah semua. Jika sehari bisa menjual tiga buah baju saja, dia baru mendapat Rp 100 ribu dengan keuntungan bersihnya Rp 15 ribu.
“Makan sehari kalau enggak bawa dari rumah di Malioboro ini Rp 50 ribu habis lho, itu enggak merokok saya, belum buat bensin,” ujarnya.
Afif, penjual mainan anak-anak dan kerajinan di Teras Malioboro 2 nasibnya juga sama. Pendapatannya turun drastis setelah direlokasi dari lorong Malioboro ke Teras Malioboro 2.
ADVERTISEMENT
“Hari ini kebetulan Alhamdulillah pelaris Rp 35 ribu, dari sore sampai malam. Jauh dari yang dulu, saya turunnya itu sekitar 90 persen,” kata Afif.
Belum selesai dengan masalah anjloknya pendapatan, Afif kini makin khawatir setelah mendengar kabar akan adanya relokasi tahap 2 pada satu atau dua tahun mendatang. Para pedagang di Teras Malioboro 2, yang baru setahun lebih ini dipindah, akan dipindah lagi ke tempat yang baru, tak jauh dari Teras Malioboro 1 dan di Kampung Ketandan.
Sementara lahan yang sekarang dipakai sebagai Teras Malioboro 2, nantinya akan digunakan untuk membangun Jogja Planning Gallery (JPG).
“Makin bingung lah, di sini saja kondisinya masih kayak gini, sudah mau dipindah lagi. Kalaupun harus dipindah, pemerintah harus bisa menjamin kesejahteraan pedagang,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Ketua Koperasi Tri Dharma, koperasi yang beranggotakan para pedagang Teras Malioboro 2, Arif Usman, mengatakan bahwa penurunan omzet pedagang memang turun drastis setelah direlokasi ke Teras Malioboro 2.
“Kalau bagian depan mungkin ini laku, cuma bagian tengah ke belakang itu omzetnya menurun sampai 80 persen dibandingkan sebelum kita dipindahkan,” kata Arif Usman.
“Sekarang untuk bisa dapat uang Rp 50 ribu bersih saja susahnya minta ampun. Bahkan banyak teman-teman kita yang bagian belakang, ada yang seminggu enggak ada pelaris sama sekali,” paparnya.
Karena itu, saat ini ada banyak lapak-lapak pedagang di bagian belakang Teras Malioboro 2 yang tidak beroperasi. Sebab, saat berdagang mereka justru lebih sering merugi daripada untung.
Selain masalah omzet yang anjlok, pedagang Teras Malioboro 2 juga mengeluhkan sejumlah fasilitas yang ada. Misalnya atap yang dibuat dari asbes, sehingga membuat kondisi di dalamnya sangat panas. Dan pada saat hujan, banyak juga bagian yang bocor dan tampias.
ADVERTISEMENT
“Memang ini hanya shelter atau tempat sementara, tapi kami mohon kelayakannya juga diperhatikan,” ujar Arif Usman.