Cuti Bersama Natal Dihapus, Umat Nasrani Lebih Khidmat Beribadah
ADVERTISEMENT
Pemerintah memutuskan untuk menghapus cuti bersama Natal 2021. Kebijakan tersebut dinilai dapat menjadikan ibadah umat nasrani justru akan lebih khidmat dalam memperingati hari raya Natal.
ADVERTISEMENT
Kepala Program Studi Magister Filsafat Keilahian Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, Pendeta Paulus Sugeng Widjaja, mengatakan bahwa esensi dari perayaan Natal bukanlah liburan dan pesta pora. Esensi Natal yang sesungguhnya menurut dia adalah solidaritas, seperti yang dilakukan Allah yang bersedia mengosongkan diri dan menjelma menjadi manusia karena melihat penderitaan manusia kala itu.
“Jadi pesan utama Natal itu solidaritas kepada kaum papa dan menderita, bukan masalah liburan atau berpesta pora,” kata Paulus Sugeng Widjaja, saat dihubungi, Kamis (28/10).
Di masa pandemi seperti sekarang, pesan solidaritas dalam memperingati Natal semakin dibutuhkan. Solidaritas itu misalnya diwujudkan dalam kepedulian terhadap para korban pandemi seperti mereka yang kehilangan pekerjaan, kesulitan ekonomi, atau kepada para tenaga kesehatan yang sedang berjuang di garda terdepan penanganan pandemi ini.
ADVERTISEMENT
Jika memaksakan untuk tetap berlibur, itu justru menunjukkan tidak adanya solidaritas kepada orang lain, misalnya kepada tenaga kesehatan. Sebab, saat ini berlibur justru bisa membuat kasus COVID-19 kembali melonjak dan membahayakan orang lain. Di sisi lain, ketika kita berlibur ada para tenaga kesehatan yang bukan hanya tidak bisa berlibur, mereka bahkan harus mempertaruhkan nyawa di garis depan penanganan pandemi ini.
“Ironis kalau di tengah kondisi seperti ini kita malah berpesta pora, justru kita harus menunjukkan solidaritas pada teman-teman ini,” ujarnya.
Menurut dia, seringkali orang-orang salah kaprah dalam memaknai Natal, bahkan umat Kristiani sekalipun. Natal seringkali digambarkan dengan pohon Natal yang gemerlapan dan banyak kado. Padahal, simbol Natal yang sesungguhnya adalah palungan, yakni tempat makan hewan ternak di dalam kandang yang kotor, namun di sanalah Yesus Kristus lahir. Sementara pohon Natal tidak pernah disebutkan di dalam kitab suci.
ADVERTISEMENT
“Tempat Yesus lahir kan di palungan di dalam kandang hewan yang kotor, menjijikan, tapi justru itu simbolnya, bukan pohon Natal yang gemerlapan dan banyak kado,” kata Pendeta Paulus Sugeng Widjaja.
Hal serupa juga disampaikan oleh Dosen Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta yang juga Ketua Yayasan Dinamika Edukasi Dasar (DED), Romo Mulyatno. Menurutnya, penghapusan cuti bersama Natal juga akan menambah kekhidmatan umat Kristen dan Katolik dalam beribadah pada hari Natal nanti. Sebab, Natal mestinya memang dimaknai sebagai bentuk kepedulian dan setia kawan kepada sesama manusia.
Kepedulian, rasa setia kawan, dan saling menjaga itu salah satunya diwujudkan dalam bentuk menahan diri untuk tidak berlibur. Sebab, bagaimanapun momentum liburan yang menyebabkan perjumpaan massal masih sangat berisiko untuk meningkatkan lagi kasus COVID-19 sehingga membahayakan banyak orang, terutama mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan.
ADVERTISEMENT
“Justru ini kan momentum untuk bersetia kawan, kalau disiplin, tidak cuti di tempatnya masing-masing, itu kan kita peduli dengan keselamatan orang lain, memikirkan orang yang mungkin rentan,” kata Romo Mulyatno saat dihubungi kemarin.
Ditiadakannya cuti bersama Natal, juga akan memberikan ketenangan kepada banyak orang. Dengan dihapusnya cuti bersama, kekhawatiran atau kecemasan banyak orang akan meningkatnya kembali kasus COVID-19 akan sedikit tereduksi.
Secara teknis, penghapusan cuti bersama juga sama sekali tidak mengurangi kekhidmatan dan kekhusyukan umat dalam beribadah. Sebab, ibadah Natal dilaksanakan pada tanggal 24 malam dan tanggal 25, sehingga jika tanggal 24 tidak ada cuti bersama tidak akan mengganggu jalannya ibadah Natal.
Hal ini juga tentu sudah diantisipasi oleh tiap paroki dalam menyelenggarakan ibadah bersama di gereja. Apalagi, umat Kristen dan Katolik menurutnya sudah terbiasa dan beradaptasi bagaimana menjalankan ibadah di tengah pandemi setelah hampir dua tahun ini menghadapi wabah. Karena itu, penghapusan cuti bersama Natal menurutnya tidak akan berpengaruh terhadap pelaksanaan ibadah Natal oleh umat Kristen dan Katolik.
ADVERTISEMENT
“Libur atau tidak libur Natal itu tetap jalan, karena Natal adalah perayaan iman akan kepedulian Allah dan mengajarkan kepada kita dalam situasi apapun untuk tetap peduli dan setia kawan,” kata Romo Mulyatno.