Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Debat Kedua Calon Wali Kota Yogyakarta: Soroti Ketidakmerataan Pendidikan
18 November 2024 15:54 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Debat publik kedua Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Yogyakarta telah digelar pada Sabtu (16/11) di Hotel Tara. Dihadiri sekitar 6.000 orang, baik secara langsung maupun melalui lokasi menonton bersama di 45 kelurahan, debat kali ini mengangkat tema besar “Pembangunan SDM, Ekonomi, dan Kebudayaan”. Ketiga pasangan calon memanfaatkan forum ini untuk memaparkan visi, menjawab pertanyaan-pertanyaan panelis, debat terbuka antarpaslon, serta menyampaikan pernyataan penutup.
ADVERTISEMENT
Di sesi kedua, ketiga pasangan calon wali kota dan calon wakil wali kota memberikan tanggapan atas pertanyaan panelis mengenai isu ketimpangan pendidikan, terutama dampak kebijakan zonasi dan keterbatasan akses bagi siswa difabel.
Paslon nomor urut 3, Afnan-Singgih, mendapat urutan pertama untuk menjawab pertanyaan tersebut. Afnan-Singgih menawarkan program “sister school”, di mana sekolah berkualitas akan membantu pembinaan sekolah yang kurang berkembang sehingga mengurangi disparitas kualitas antarsekolah. Afnan juga menekankan pemerataan bantuan antara sekolah negeri dan sekolah swasta.
"Bantuan seperti subsidi guru dan sarana prasarana tidak akan dibeda-bedakan antara sekolah negeri dan swasta," jelas Afnan.
Singgih menambahkan perlunya pelatihan guru dan infrastruktur yang merata untuk menjaga kualitas pendidikan.
“Yang paling penting adalah bagaimana kita mendidik anak-anak kita itu dengan pengetahuan dan budi pekerti sesuai dengan nilai-nilai keistimewaan,” katanya.
ADVERTISEMENT
Berikutnya, paslon nomor urut 1, Heroe-Pena, berfokus pada solusi mengatasi masalah blank spot zonasi dengan memindahkan sekolah ke wilayah yang kekurangan fasilitas dan menambah kelas di lokasi tersebut.
“(Wilayah-wilayah) blankspot nanti kita buat afirmasi kebijakan, memberikan kesempatan wilayah-wilayah blankspot itu secara khusus bersaing dengan wilayah blankspot saja,” kata Heroe.
Selain itu, Heroe-Pena juga menegaskan kesiapan sekolah inklusi di Yogyakarta dengan layanan khusus bagi siswa difabel.
“Saya kira sekolah-sekolah di Yogyakarta sebagian besar, terutama yang negeri, sudah inklusif semua. Dan kita juga sudah mempersiapkan layanan disabilitas untuk mempersiapkan siswa difabel masuk di sekolah umum. Kemudian, kita menyiapkan guru-gurunya, diajari untuk menghadapi mereka,” tambahnya.
Terakhir, paslon nomor urut 2, Hasto-Wawan, menawarkan pendekatan kajian ulang mengenai kebijakan zonasi, yang menurutnya membuat masyarakat merasa tidak nyaman.
ADVERTISEMENT
“Maka, seandainya pemerintah pusat mempertimbangkan ini dan menghapus zonasi, maka saya akan mendukung dan akan membuat regulasi. Seandainya belum, maka saya pun akan berusaha mengkaji, mempertimbangkan, dan saya akan diskusi dengan para stakeholder pelaku pendidikan, saya akan mencari celah hukum,” jelas Hasto.
Tak hanya itu, Hasto juga menjelaskan beasiswa bagi disabilitas tanpa terkecuali, sesuai dengan Perwal No. 39 Tahun 2024 serta pentingnya pendidikan nonformal untuk masyarakat yang terlewat usia sekolah formal.
“Dan satu lagi, banyak orang yang sudah telanjur dewasa belum punya ijazah SMP atau SMA, maka sekolah nonformal itu penting sekali, PKBM, Kejar Paket A, B, C ini penting sekali supaya mereka bisa tetap mengakses pendidikan walau usia sudah terlewatkan. Saya kira ini bagian yang sangat penting untuk meningkatkan pendidikan,” ungkapnya.
Melalui jawaban-jawaban tersebut, setiap paslon menekankan solusi untuk pemerataan dan peningkatan akses pendidikan, dengan pendekatan yang mencerminkan visi masing-masing.
ADVERTISEMENT