Di Balik Layar Perdagangan Melon: dari Klaten Dibilang Lebih Enak

Konten Media Partner
13 Juni 2021 19:02 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Boging (berdiri) bersama 2 temannya sedang memilah melon. Foto: Widi Erha Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Boging (berdiri) bersama 2 temannya sedang memilah melon. Foto: Widi Erha Pradana
ADVERTISEMENT
Boging, 28 tahun, dan dua temannya sedang sibuk memilih dan menyusun melon-melon di kios los di Pasar Induk Buah dan Sayur Gemah Ripah Gamping, Sleman. Boging dan seorang temannya bertugas memilah dan melempar melon satu per satu. Di seberang, dengan jarak sekitar tiga meter, seorang teman yang lain bertugas menangkap dan menyusun melon satu per satu di dalam keranjang.
ADVERTISEMENT
Semua terjadi begitu cepat, padahal satu buah melon rata-rata beratnya mencapai 3 kilogram. Tapi di tangan ketiga kuli tata (sebutan untuk pekerja yang bertugas menyusun dan menata buah), melon-melon itu tampak sangat ringan seperti bola voli.
“Beginilah melon di balik layar,” kata Boging setengah bercanda sembari terus melempar melon ke arah temannya, Sabtu (12/6).
Melon-melon yang ada di los itu berasal dari beberapa tempat, ada yang dari Ngawi, Jawa Timur, ada juga yang berasal dari DIY, tepatnya dari Bantul dan Kulon Progo. Soal kualitas dan rasa, sebenarnya tak ada perbedaan yang berarti, baik melon dari Jawa Timur maupun dari DIY. Semuanya tergantung pada proses petani merawat tanaman-tanaman melonnya.
“Tergantung barangnya, biasanya petani kan beda-beda cara tanam dan perawatannya,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Hanya saja, melon dari Bantul maupun Kulon Progo tidak bisa selalu diandalkan karena suplay yang masih terbatas. Berbeda dengan melon-melon dari Jawa Timur-an yang stoknya selalu tersedia dan hampir tak mengenal musim. Itu mengapa, melon-melon dari Jawa Timur lebih banyak dijual di Pasar Buah Gamping, Sleman ketimbang melon-melon dari provinsi setempat.
Permintaan melon dari berbagai daerah selama musim kemarau, cukup besar, baik dari DIY sendiri, Jawa Tengah, maupun Jawa Barat. Di musim-musim sekarang, satu truk melon seberat 6 sampai 7 ton untuk satu kios agen, bisa habis dalam waktu sehari semalam.
“Kalau pas musim hujan satu truk bisa dua sampai tiga hari baru habis,” ujarnya.
Melon dari Klaten Juara
Heri Fiatul Cholis. Foto: Widi Erha Pradana
Selain Boging, di los lain ada Heri Fiatul Cholis, 40 tahun, yang siang kemarin sedang sibuk menyusun melon dan melayani pelanggannya. Di tempatnya, dia menjual melon dari Ngawi dan Klaten, terkadang dia juga menjual melon dari petani Bantul dan Kulon Progo.
ADVERTISEMENT
“Kalau dari Jogja ndak bisa diandalkan, stoknya ndak pasti ada,” ujar Fiat.
Dari beberapa jenis melon, melon dari Klaten adalah yang menurutnya paling bagus kualitasnya. Misalnya untuk bentuk dan ukuran, melon dari Klaten memiliki ukuran dan bentuk yang seragam, sehingga lebih banyak diminati pembeli. Melon dari Klaten juga punya aroma yang lebih harum dan rasa lebih manis ketimbang jenis melon dari daerah lain.
“Lebih tahan lama juga, bisa lebih awet dua sampai tiga hari dibanding yang lain,” lanjutnya.
Dengan kualitas yang lebih baik ini, harga jual melon asal Klaten juga bisa lebih tinggi dibandingkan yang lain. Jika melon jenis lain saat ini harga perkilonya hanya Rp 6 ribu, melon dari Klaten harganya saat ini bisa mencapai Rp 8 ribu.
ADVERTISEMENT
“Kalau melon lokal (dari DIY) mungkin karena di dekat laut, jadinya rasanya kurang manis, saya juga kurang paham,” kata Fiat.
Memilih Melon Terbaik
Ilustrasi melon. Foto: Artem Beliaikin dari Pexels
Banyak cara menikmati melon, bisa dibuat jus, es buah, manisan, bahkan dimakan langsung pun melon sudah enak dan segar karena banyak mengandung air. Tapi tidak sedikit juga melon yang hambar, biasanya melon yang hambar ini karena belum masak sempurna.
Melon dengan kualitas terbaik, sebenarnya bisa dilihat dari luarnya saja, tanpa kita harus membuka dulu dan mencicipinya. Fiat, yang sudah belasan tahun berkecimpung di dunia permelonan, mengatakan bahwa melon yang bagus itu pasti punya lapisan jaring-jaring pada kulitnya. Istilah yang sering dipakai para penjual melon adalah “ngenet”.
Jaring-jaring ini cukup tebal dan menonjol dengan warna hijau keputihan yang menyelimuti seluruh bagian melon.
ADVERTISEMENT
“Terus warna kulitnya itu enggak hijau semua, tapi agak kekuningan,” ujarnya.
Buah melon yang sudah masak akan memiliki bobot yang lebih berat ketimbang yang belum, sebab melon yang sudah masak mengandung lebih banyak air. Jika dipegang, tekstur luarnya terasa lebih padat namun tidak keras, kulitnya juga seperti memiliki beludru yang terasa lembut jika dipegang.
Melon yang sudah masak jika dicium juga memiliki aroma yang wangi. Berbeda dengan melon yang belum masak, yang tidak memiliki aroma harum khas buah melon. Semakin harum buah melon, maka semakin manis rasanya.
“Terakhir ditepuk pakai telapak tangan, kalau yang masaknya pas itu suaranya nyaring,” kata Fiat.