Konten Media Partner

Di Gunungkidul, Orang Tak Kenal pun Tetap Diundang untuk Kondangan

28 September 2023 19:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi resepsi pernikahan di Gunungkidul. Foto: Dwi Paemos/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi resepsi pernikahan di Gunungkidul. Foto: Dwi Paemos/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Mengundang orang untuk menghadiri acara pesta pernikahan adalah hal yang wajar di tengah masyarakat Indonesia. Namun, bagaimana jika undangan untuk kondangan itu juga datang dari seseorang yang sebenarnya tidak terlalu dikenal?
ADVERTISEMENT
Fenomena itu sangat umum ditemui di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Seringkali, seseorang menerima undangan untuk kondangan dari seseorang yang sebenarnya tidak terlalu ia kenal, bahkan sama sekali tidak kenal.
Hal tersebut disampaikan oleh salah seorang warga Genjahan, Ponjong, Gunungkidul, Fadli, 28 tahun. Biasanya, dilakukan oleh warga yang usianya sudah cukup tua. Fadli menyebutnya, main tembak.
“Kalau dia sudah tua, biasanya undangan hajatan entah orang nikah atau sunatan, biasanya main tembak, bukan berdasarkan kenalan,” kata Fadli, Rabu (27/9).
“Biasanya ada model-model yang dia itu nembak satu RT atau satu dusun, itu dimintai list namanya, terus dikasih undangan,” lanjutnya.
Dengan begitu, seringkali orang yang diundang sebenarnya tidak terlalu kenal atau bahkan sama sekali tidak kenal dengan pemilik hajat.
ADVERTISEMENT
Warga di Gunungkidul mengantre saat kondangan atau jagong di acara hajatan. Foto: Dwi Paemos/Pandangan Jogja
Namun, jika usia orang yang punya hajat relatif masih muda, misal di usia 30-an tahun, biasanya dia akan lebih selektif dalam mengirimkan undangan. Misalnya, mereka hanya akan mengirimkan undangan kepada orang-orang yang dikenal saja seperti teman sekolah atau teman kerja.
Karena itu, masyarakat yang relatif masih muda biasanya juga hanya akan menerima undangan dari orang-orang yang memang dia kenal saja.
“Itu tergantung seberapa luas sirkel pertemanannya, semakin luas sirkel pertemanan, kemungkinan juga semakin banyak undangan hajatan yang bakal diterima,” ujarnya.
Hal sama juga disampaikan oleh Retnoningsih, 44 tahun, warga Siraman, Wonosari. Dia juga mengaku sering mendapat undangan kondangan dari orang-orang yang tidak dia kenal, terutama jika orang tersebut bekerja sebagai pegawai di sebuah instansi pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Tidak jarang, undangan itu bahkan datang dari luar kecamatan atau kabupaten, tidak hanya dari satu dusun atau desa saja.
“Misal kita pengurus kabupaten, ada orang di Nglipar atau Ngawen ya tetap dapat undangan kita. Walaupun sebenarnya tidak terlalu kenal, sudah biasa itu,” kata Retnoningsih.