Konten Media Partner

Dinkes DIY Catat 104 Kasus Leptospirosis sejak Januari, 10 Orang Meninggal

24 Agustus 2024 11:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tikus di tempat kumuh, salah satu penyebab leptospirosis. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tikus di tempat kumuh, salah satu penyebab leptospirosis. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dinas Kesehatan (Dinkes) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mencatat 104 kasus leptospirosis di DIY sejak Januari hingga Juli 2024, dan sebanyak 10 orang dinyatakan meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DIY, Setyo Harini, mengungkapkan bahwa Bantul menjadi daerah dengan jumlah kasus leptospirosis terbanyak, yakni 42 kasus dengan 3 kematian.
Lalu disusul oleh Sleman dengan 22 kasus dan 4 kematian; Kulon Progo 19 kasus dan 2 kematian; Gunungkidul dengan 16 kasus; dan terakhir Kota Yogya dengan 5 kasus dan 1 kematian.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DIY, Setyo Harini. Foto: Resti Damayanti/Pandangan Jogja
Untuk mencegah kasus yang semakin banyak, Setyo Harini meminta kepada warga untuk waspada dengan menjaga lingkungan agar tidak mengundang keberadaan tikus. Sebab, sumber utama penyakit ini adalah kencing tikus.
“Penyebabnya karena bakteri Leptospira yang ada pada kencing tikus atau mamalia. Utama adalah tikus,” ujarnya saat dihubungi Pandangan Jogja, Jumat (23/8).
Tak hanya melalui kencing tikus dan mamalia, leptospirosis kata Rini ini juga ditularkan melalui darah tikus yang masuk ke dalam tubuh manusia. Penularan secara tidak langsungnya berasal dari genangan air, sungai, danau, dan sawah.
ADVERTISEMENT
“Pencegahannya menggunakan alat pelindung diri dan segera menutup luka di kulit karena penularan biasanya lewat luka. Kencing atau darah tikus masuk melalui luka yang terbuka," ujarnya.
Kantor Dinas Kesehatan DIY. Foto: Resti Damayanti/Pandangan Jogja
Adapun gejala leptospirosis yakni demam mendadak, lemah, mata merah, kekuningan pada kulit, sakit kepala, dan nyeri otot betis.
Sementara rata-rata masa inkubasi leptospirosis selama 7 hingga 10 hari. Jika sudah merasakan gejala tersebut, penderita diimbau untuk segera dilakukan pengobatan.
“Harus dengan dokter baik ringan atau berat karena perlu antibiotik,” ujar Setyo Harini.
Sebagai informasi, pada 2023, Dinkes DIY mencatat kasus leptospirosis di DIY mencapai 377 kasus. Sementara jumlah kematian akibat penyakit ini sebanyak 32 orang.