Konten Media Partner

Direktur Jogja Art+Book: Ini Upaya Merajut Pelaku Literasi jadi Ekosistem Utuh

17 Mei 2023 19:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penampilan Kukuh Prasetya Kudamai dalam penutupan Jogja Art+Book Festival 2023, Selasa (16/5). Foto: Arif UT
zoom-in-whitePerbesar
Penampilan Kukuh Prasetya Kudamai dalam penutupan Jogja Art+Book Festival 2023, Selasa (16/5). Foto: Arif UT
ADVERTISEMENT
Jogja Art+Book Festival 2023 yang dibuka sejak 2 Mei kemarin, resmi ditutup pada Selasa (16/5) malam. Meski baru pertama digelar, festival ini telah menggandeng sekitar 100 penerbit buku indie di Yogya dan 60-an seniman. Selama 15 hari, berbagai acara digelar mulai dari bazar buku, diskusi, bedah buku, musikalisasi puisi, pentas musik, orasi budaya, sampai pameran seni rupa karya para perupa Yogya.
ADVERTISEMENT
Direktur Jogja Art+Book Festival 2023, Dodo Hartoko, mengatakan bahwa praktik kolaborasi pelaku literasi dan pelaku seni seperti ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru.
“Hanya saja orang tidak pernah melihat saja,” kata Dodo Hartoko saat diwawancarai di acara penutupan Jogja Art+Book Festival 2023 di The Ratan, Bantul, Selasa (16/5).
Seorang pengunjung di pameran seni rupa dalam Jogja Art+Book Festival 2023, Selasa (16/5). Foto: Arif UT
Menurutnya, benang merah dari festival ini adalah literasi. Meski begitu, Jogja Art+Book Festival ini tidak dikonsep sebagai sebuah acara literasi yang terlampau serius seperti yang terjadi selama ini. Dodo ingin, meski mengusung isu literasi, namun event ini bisa tampil dengan wajah yang hangat dan menyenangkan sehingga bisa menjangkau audiens yang lebih luas.
“Karena itu kami juga menggandeng teman-teman seniman dan musisi untuk terlibat dalam festival ini,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Literasi menurut dia memang tidak hanya terbatas pada buku, diskusi, dan literatur saja. Berbagai bentuk kesenian seperti seni rupa dan musik, menurut dia juga bagian dari praktik-praktik literasi dalam bentuk yang berbeda. Banyak musisi-musisi yang menulis lagu bukan sekadar sebagai media hiburan saja, tapi juga sebagai media literasi.
Festival ini menurutnya ingin menyatukan para pelaku literasi itu dalam satu aktivitas kebudayaan bersama. Selama ini, Yogya memang memiliki pelaku-pelaku literasi yang sangat banyak, yang mungkin tidak dimiliki oleh kota manapun di Indonesia. Namun, para pelaku literasi tersebut menurutnya masih berjalan secara sporadis, belum terjalin menjadi satu ekosistem yang utuh.
“Tugas saya hanya menyulam saja. Menyulam komponen-komponen yang sebenarnya sudah kuat itu menjadi suatu ekosistem yang utuh dan saling berkaitan,” ujarnya.
Direktur Jogja Art+Book Festival 2023, Dodo Hartoko. Foto: Arif UT
Dia berharap, festival ini juga sekaligus bisa menjadi pertanyaan ulang tentang mau dibawa kemana modal literasi yang dimiliki oleh Yogya. Sebab, meski menyandang gelar Kota Pendidikan, Kota Budaya, dan Kota Seniman, Yogya menurutnya belum memiliki festival literasi yang tidak hanya sebatas gimmick.
ADVERTISEMENT
“Kita ini merayakan dalam pengertian yang lebih kritis, membicarakan ulang, menanyakan ulang. Saya kira sebuah festival itu semangatnya harus sampai ke sana,” kata Dodo Hartoko.
Kepala Seksi Perencanaan Bidang Perencanaan, Monitoring, dan Evaluasi Dinas Kebudayaan DIY, Dwi Wardhani Naraswari, mengatakan bahwa yang paling asyik dari Festival Art+Book di Yogya tahun ini adalah semua stakeholder literatur di Yogya bisa berkumpul dalam satu ruang yang sama.
“Semua pegiat literasi dan seni bertemu dalam sebuah peristiwa kebudayaan bukan cuma peristiwa perdagangan, ini serunya. Angka penjualan buku bagus sekali dan diskusi dengan topik irisan seni dan buku juga jalan seru sekali, jadi ya ini serasa jadi event yang lengkap,” paparnya.
Bazar buku dalam acara Jogja Art+Book Festival 2023. Foto: Dok. Pemda DIY
Selain penjualan buku, event festival selama 15 hari ini juga menghadirkan 12 kali bedah buku, seminar, music poetry, orasi budaya Seno Gumira Ajidarma, dan pameran seni rupa karya-karya perupa Yogya. Penerbit yang ikut dalam pameran Art+Book adalah penerbit-penerbit indie Yogya yang selama pandemi mengalami pukulan berat sehingga event ini menurut Dwi Wardhani menjadi salah satu event yang sangat diharapkan penerbit-penerbit Yogya.
ADVERTISEMENT
“Bahkan dari luar kota juga pada ngeluh kok enggak diajak. Kata kuncinya di event ini teman-teman sastra, film, fotografi, seni rupa, pertunjukan, karawitan, bertemu dalam gelaran yang sama. Literatur mengunci semua dalam satu ruang bersama,” pungkas Dwi Wardhani.