Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Disbud DIY Dukung Kelas Seni Terbuka: Inkubasi Gagasan untuk Seniman Muda
19 November 2024 16:15 WIB
·
waktu baca 6 menitADVERTISEMENT
Kelas Seni Terbuka, sebuah program inkubasi seni tahunan untuk seniman muda di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kembali digelar untuk tahun keempat selama 12 hari yakni dari 4 hingga 16 November 2024 di Hotel Cavinton, Yogya. Untuk pertama kalinya, Program Kelas Seni Terbuka yang semula bersifat gotong royong antarseniman pada tahun ini mendapat dukungan dari Dinas Kebudayaan DIY melalui Dana Keistimewaan.
ADVERTISEMENT
Salah satu inisiator Kelas Seni Terbuka, Lashita Situmorang, mengatakan bahwa dengan konsep pembelajaran lintas disiplin yang intensif, program Kelas Seni Terbuka bertujuan untuk mengembangkan wawasan para seniman muda dengan pendekatan nonformal yang berbasis gotong royong.
“Tahun-tahun sebelumnya kami berjalan secara independen, mandiri, dan mengendalikan gotong royong dari masing-masing fasilitator gitu. Kami mengumpulkan tenaga dengan semangat untuk berbagi pengetahuan.”
“Ketika kami menawarkan gagasan ini ke Disbud DIY ternyata tertarik, itu kami senang sekali, karena artinya Dinas juga tertarik untuk bergotong royong juga, menjalankan kelas ini, dan itu menurut kami gotong royong yang oke banget. Semoga tahun depan kelas ini masih mendapat dukungan,” papar Lashita.
Menurut Lashita, berbeda dengan event seni yang melibatkan banyak seniman dan banyak penonton atau workshop singkat, Kelas Seni Terbuka selama 12 hari dan hanya dengan 10 peserta, menawarkan penjelajahan yang intensif di pemikiran dan penelitian.
ADVERTISEMENT
“Kami menyebutnya inkubasi gagasan. Tahun ini fasilitatornya saya, Karina Roosvita, dan FX Harsono,” jelas Lashita.
Lintas Disiplin dan Penelitian: Pilar Penting dalam Penciptaan Seni Kontemporer
Seni rupa kontemporer kini menuntut lebih dari sekadar keterampilan teknis. Pemahaman lintas disiplin dan pendekatan berbasis penelitian menjadi aspek penting yang mendorong kedalaman konsep dalam sebuah karya seni. Hal inilah yang diakui oleh fasilitator, sebagai fokus utama dalam program Kelas Seni Terbuka, sebuah inisiatif tahunan yang kini memasuki tahun keempatnya.
Lashita menjelaskan, Kelas Seni Terbuka dirancang untuk melengkapi wawasan para seniman muda dengan pendekatan lintas disiplin yang tidak hanya menyentuh estetika, tetapi juga isu-isu sosial, politik, lingkungan, dan gender.
"Kami ingin peserta memahami bahwa seni bukan hanya tentang bentuk, tetapi juga pemikiran yang mendalam. Penciptaan seni harus diawali dengan penelitian agar tidak hanya menyentuh permukaan," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Mentor Kelas Seni Terbuka, FX Harsono menambahkan, Salah satu keunikan program ini adalah melibatkan peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari seni rupa grafis, teater, keramik, hingga filsafat. Peserta didorong untuk keluar dari zona nyaman mereka.
"Contohnya, peserta dari jurusan keramik tidak hanya membuat karya keramik, tetapi mencoba mengeksplorasi bentuk lain seperti komik. Ini memberikan perspektif baru dan memperluas cakupan ide mereka," ujar Harsono.
Melalui pendekatan lintas disiplin, para peserta belajar menghubungkan berbagai aspek kehidupan ke dalam karya mereka. Maka, salah satu agenda di Kelas Seni Terbuka adalah kunjungan ke studio seniman terkemuka seperti Elia Nurvista, yang fokus pada isu pangan namun mengeksekusinya dengan beragam material dan Mulyana, yang mengeksplorasi banyak isu dengan fokus pada 1 material saja, yakni benang.
ADVERTISEMENT
“Pendekatan ini memberikan pemahaman kepada peserta mengenai proses kreatif para seniman profesional,” jelas Harsono.
Penelitian Sebagai Dasar Penciptaan
Harsono juga menjelaskan bahwa pendekatan berbasis penelitian menjadi elemen penting dalam program ini.
"Kami menekankan pentingnya penelitian sebagai dasar penciptaan karya. Hal ini membantu peserta tidak hanya menghasilkan karya yang kuat secara visual, tetapi juga memiliki landasan konseptual yang kokoh," ungkap Harsono.
Pendekatan ini diaplikasikan dalam proses inkubasi yang intensif, di mana peserta tidak hanya belajar melalui teori, tetapi juga praktik langsung. Mereka diajarkan untuk menggali gagasan dari isu sosial maupun pengalaman pribadi dan menyajikannya dalam karya yang komunikatif.
Salah satu peserta program Kelas Seni Terbuka, Zuraisa, mengangkat medium keramik dan menggunakan material tersebut sebagai metafora untuk menggambarkan isu-isu sosial, khususnya peran perempuan dalam budaya tertentu. Seniman ini memanfaatkan keramik karena sifat materialnya yang keras, menggambarkan keterbatasan dan pengotakan yang sering dialami oleh perempuan dalam ruang-ruang sosial dan budaya.
Dalam proses kreatifnya, Zuraisa terinspirasi oleh pengalaman pribadinya yang dibesarkan di lingkungan pesantren. Ia menyadari bahwa perempuan sering kali mendapat ruang ekspresi yang sempit, baik di ranah agama maupun sosial. Hal ini ia wujudkan melalui bentuk ubin keramik kecil, yang mencerminkan bagaimana perempuan "dikotak-kotakkan" dalam peran domestik seperti harus berada di dapur atau di rumah saja.
“Di Kelas Seni Terbuka, saya akhirnya bisa menemukan keterhubungan antara bentuk karya saya, yakni seni keramik dan benang merah dengan pengalaman pribadi saya yang dari sana lahir bentuk-bentuk visualnya. Jadi tidak asal nyomot tapi memikirkan secara mendalam keterhubungan atau benang merah antara pengalaman pribadi dan sosial, bentuk kesenian yang dipilih, dan karya yang kemudian lahir,” papar Zuraisa.
ADVERTISEMENT
Membekali Seniman untuk Tantangan Masa Depan
Menurut Harsono, tantangan seni kontemporer saat ini bukan hanya menciptakan karya yang indah, tetapi juga karya yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan besar di masyarakat.
"Seni harus menjadi medium untuk menyampaikan gagasan dan menyelesaikan persoalan, bukan hanya sebatas estetika," jelasnya.
Melalui program ini, peserta didorong untuk memahami bahwa seni tidak berdiri sendiri, melainkan terhubung dengan ilmu-ilmu lain.
"Ketika seorang seniman berbicara tentang suatu isu, mereka harus mampu mendekatinya dengan beragam perspektif, bukan hanya melalui seni itu sendiri," tegas Harsono.
Program Kelas Seni Terbuka juga menitikberatkan pada pentingnya diskusi dan kolaborasi. Dalam proses ini, para peserta belajar mempertajam gagasan mereka dengan masukan dari mentor dan rekan sejawat.
ADVERTISEMENT
"Kami berharap program ini bisa menciptakan generasi seniman yang kritis dan berwawasan luas," ujar Lashita.
Dengan fokus pada penelitian dan lintas disiplin, Kelas Seni Terbuka berusaha menjadi model pembelajaran seni yang relevan dengan perkembangan zaman. Program ini tidak hanya membantu seniman muda menciptakan karya yang berdampak, tetapi juga membangun kesadaran akan pentingnya seni sebagai alat transformasi sosial.
Penting Bagi Ekosistem Kebudayaan
Perwakilan dari Disbud DIY, Vishnu Satyagraha, mengatakan bahwa ketertarikan Disbud DIY untuk ikut terlibat dalam Kelas Seni Terbuka karena program ini memberikan perhatian yang penting pada proses kreatif para seniman muda, aspek yang sering kali terabaikan dalam ekosistem kebudayaan.
“Kami melihat bahwa dukungan ke ekosistem kebudayaan bisa melalui berbagai jalur, ada jalur regenerasinya dan ada jalur eksposisinya. Namun, sering kali proses kreatifnya kurang terperhatikan. Karenanya, Dana Keistimewaan yang disalurkan lewat Disbud DIY senang sekali bisa mendukung Kelas Seni Terbuka ini,” ujar Vishnu.
ADVERTISEMENT
Ia menekankan bahwa Kelas Seni Terbuka menjadi jembatan penting bagi seniman muda untuk mengatasi kegelisahan mereka, menjembatani ide kreatif dengan ekspresi seni yang matang sehingga Disbud DIY memandang kelas ini sebagai bagian dari kemitraan strategis dengan lembaga pelestarian budaya.
"Kegiatan ini sudah berjalan secara mandiri dan kami hadir untuk memperkuat peran pemerintah tanpa mengambil alih inisiatif dari para seniman sendiri," tambah Vishnu.
Vishnu juga mengungkapkan harapannya terhadap alumni program ini. Ia berharap mereka tetap saling terhubung dan mampu menciptakan inisiatif serupa di komunitas masing-masing.
"Kami berharap para alumni tidak hanya aktif dalam pameran dan aktivitas seni lainnya, baik di dalam maupun luar negeri, tetapi juga mampu menularkan ilmu mereka ke komunitasnya. Hal ini akan mendukung regenerasi yang lebih cepat," ujarnya.
ADVERTISEMENT