Disowani Semua Capres 2024, Sepenting Apa Restu Sultan HB X?

Konten Media Partner
25 Januari 2024 10:52 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, saat memberikan sapa aruh di hadapan 7.000-an lurah dan pamong di Monumen Jogja Kembali (Monjali), Sabtu (28/10). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, saat memberikan sapa aruh di hadapan 7.000-an lurah dan pamong di Monumen Jogja Kembali (Monjali), Sabtu (28/10). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Semua calon presiden (capres) pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 telah datang ke Yogya dan sowan kepada Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur DIY sekaligus Raja Kasultanan Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Ganjar Pranowo menjadi capres pertama yang sowan ke Sultan pada 27 Desember 2023 silam. Ia datang sekitar pukul 16.00 WIB dan mengobrol dengan Sultan hingga menjelang maghrib.
Capres kedua yang sowan ke Sultan adalah Prabowo Subianto. Ia datang bersama wakilnya, Gibran Rakabuming Raka, pada Senin (22/1) siang. Sedangkan Anies Baswedan jadi capres terakhir yang sowan ke Sultan pada Rabu (24/1).
Ketiga capres tersebut diterima Sultan di Gedhong Wilis, Kompleks Kepatihan Yogyakarta yang menjadi kantor Sultan sebagai gubernur.
Apa sebenarnya yang membuat semua capres sowan ke Sultan? Padahal, secara elektoral suara yang diperebutkan di DIY pada pemilu kali ini hanya 2,8 juta suara atau hanya 1,3 persen dari total suara nasional.
ADVERTISEMENT
Dianggap Sesepuh
Sri Sultan HB X (kiri) dan Ganjar Pranowo (kanan) usai bertemu di Gedhong Wilis, Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Rabu (27/12). Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Bagi Ganjar, capres pertama yang sowan ke Sultan, menganggap Sultan sebagai seorang sesepuh. Karena itu, penting baginya untuk meminta doa restu kepada Sultan.
“Selalu kita ketemu dengan sesepuh (pasti) minta doa restu to. Pokoke untuk keselamatan apapun, ya pencalonan (presiden) ya bangsa ini, banyak," ujar Ganjar.
Dengan Sultan, Ganjar mengaku mengobrol banyak hal tentang isu internasional, ekonomi, hingga pertahanan.
“Jadi Indonesia mesti menempatkan posisinya mengikuti dinamika internasional, tapi tidak lupa dengan kepentingan nasional. Ya aspeknya banyak lah, poligri (politik luar negeri), ekonominya ada, pertahanannya ada, komplit,” ujarnya.
Gubernur DIY menyalami Prabowo-Gibran di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Senin (22/1). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Prabowo, capres kedua yang menemui Sultan mengaku tujuannya sowan adalah untuk meminta izin masuk ke DIY, wilayah kekuasaan Sultan. Hal itu menurut Prabowo merupakan adat dan adab seseorang yang akan masuk ke wilayah orang lain. Apalagi, Sultan menurut dia adalah sosok yang paling dituakan di DIY.
ADVERTISEMENT
“Kami hanya ingin sowan (bertamu), melaporkan, minta izin masuk ke daerah. Jadi sesuai budaya kita, kalau masuk suatu tempat, datang, sowan yang paling tua, jadi kita mohon izin saja,” kata Prabowo.
Dalam pertemuan itu, Prabowo mengaku mendapat banyak masukan dan pandangan dari Sultan terkait beberapa permasalahan, terutama terkait masa depan bangsa seperti teknologi.
“Sultan memberi banyak wejangan (nasihat), yang kami terima, kami juga minta pandangan beliau tentang beberapa hal lain,” ujarnya.
Sultan HB X dan Anies Baswedan setelah bertemu di Gedhong Wilis Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Rabu (24/1). Foto Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Anies, capres terakhir yang menemui Sultan menganggap Jogja melting pot dalam menjaga kebhinekaan yang ada di Indonesia. Meski wilayahnya kecil, tapi Jogja sudah seperti miniatur Indonesia.
Karena itu, baginya penting untuk sowan ke Sultan sebagai pemimpin tertinggi di DIY sekaligus sebagai orang yang dituakan.
ADVERTISEMENT
“Kami sendiri merasakan betul bahwa Jogja sebagai melting pot dalam menjaga kebhinekaan, kira-kira (Jogja) seperti gado-gadonya Indonesia,” kata Anies.
Simbol Masyarakat Jawa
Pengamat Politik UGM, Wawan Mas'udi. Foto: FISIPOL UGM
Agustus 2023 silam, Pandangan Jogja telah membuat liputan mengenai tradisi setiap capres selalu sowan ke Sultan HB X di setiap pemilu.
Dalam hasil liputan tersebut, pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM) yang kini menjabat sebagai Dekan FISIPOL UGM, Wawan Mas’udi, mengatakan bahwa para capres yang mendatangi Sultan setiap pemilu bukan sedang menghadap seorang gubernur semata.
Para kandidat sedang menemui sosok figur yang menjadi simbol masyarakat Jawa. Pasalnya, Sultan dan Keraton Yogya merupakan simbol dari budaya Jawa yang masih eksis sampai sekarang.
Di sisi lain, masyarakat Jawa merupakan penyumbang suara terbesar dalam setiap pemilu.
ADVERTISEMENT
“Beliau selalu dipandang sebagai the guardian of the culture, sebagai penjaga kebudayaan dan kebijakan Jawa. Jadi beliau ini bukan hanya sebagai individu semata-mata raja, tetapi simbolisasi beliau sebagai center dari masyarakat Jawa,” kata Wawan Mas’udi.
Memang jika dihitung secara elektoral, sumbangan suara DIY sangat kecil. Tapi yang perlu diingat, Sultan adalah sosok raja yang sangat dihormati terutama oleh masyarakat Jawa.
Jika yang dihitung hanya masyarakat Jawa yang tinggal di DIY saja jumlahnya memang kecil. Tapi jika digabung dengan jumlah suara di Jawa Tengah dan Jawa Timur, jumlahnya lebih dari 30 persen. Ini belum termasuk suara masyarakat Jawa yang ada di provinsi lain, atau bahkan luar Pulau Jawa.