Diusulkan Jadi Bahasa Kedua ASEAN, Bahasa Indonesia Sudah Dipelajari 47 Negara

Konten Media Partner
23 Mei 2022 18:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo menerima kunjungan Perdana Menteri (PM) Malaysia Ismail Sabri, di Jakarta pada awal April lalu. PM Ismail Sabri mengemukakan keinginan kuatnya untuk menjadikan bahasa Melayu sebagai ‘bahasa resmi kedua’ ASEAN. Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo menerima kunjungan Perdana Menteri (PM) Malaysia Ismail Sabri, di Jakarta pada awal April lalu. PM Ismail Sabri mengemukakan keinginan kuatnya untuk menjadikan bahasa Melayu sebagai ‘bahasa resmi kedua’ ASEAN. Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Dosen Sastra Indonesia dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM), Sailal Arimi, mengusulkan supaya bahasa Indonesia dipromosikan sebagai bahasa kedua ASEAN. Sailal menyebutkan, ada beberapa alasan kenapa bahasa Indonesia layak menjadi bahasa kedua ASEAN setelah bahasa Inggris.
ADVERTISEMENT
Dari aspek statistik, bahasa menurut dia sudah dituturkan oleh lebih dari 300 juta orang di dunia. Penduduk Indonesia saja yang menggunakan bahasa Indonesia telah melebihi 250 juta jiwa dari penduduk Indonesia sebesar 272 juta jiwa.
Bahasa Indonesia menurut dia juga telah menjadi variasi dialektal di kawasan serantau seperti Malaysia yang berpenduduk 33 juta jiwa, Thailand Selatan, Brunei Darussalam, Singapura, Filipina Selatan, Suriname, dan berbagai diaspora Indonesia di dunia seperti di Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Korea, Timur Tengah, dan sebagainya.
Dari perspektif vitalitas, bahasa Indonesia telah menumbuhkan fungsinya sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi daerah juga telah berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi tingkat nasional, pengembangan kebudayaan nasional, transaksi dan dokumentasi niaga, serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media massa.
ADVERTISEMENT
Fakta sosiologis ini mengukuhkan eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa yang statusnya tinggi, aman, dan luas pemakaiannya. Bahkan, bahasa Indonesia menurut dia sudah dipelajari di puluhan negara di seluruh dunia.
“Saat ini saja, ada 428 lembaga penyelenggara pembelajaran BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) yang tersebar di 47 negara di dunia. Jumlah pembelajar BIPA ini terus meningkat dari tahun ke tahun,” kata Sailal Arimi seperti dikutip dari UGM.ac.id, Jumat (20/5).
Ilustrasi KBBI. Foto: Istimewa
Kekuatan bahasa Indonesia sebagai bahasa Internasional juga dikuatkan dengan aspek historis, dimana bahasa Indonesia lahir dan berkembang dari bahasa Melayu Riau yang embrionya diusulkan pada 1926 yang kemudian dikukuhkan dalam Sumpah Pemuda pada 1928. Dalam konteks ini, bahasa Indonesia sebelumnya telah menjadi bahasa penghubung antarsuku bangsa, bahasa transaksi perdagangan, dan bahasa pergaulan.
ADVERTISEMENT
“Fungsi bahasa Indonesia sejak ini berkembang luas di nusantara yang wilayahnya tidak hanya terbatas pada geopolitik Indonesia sekarang ini, tetapi mencakup semenanjung Malaya, Thailand Selatan, Brunei, dan Filipina Selatan," ujarnya.
Alasan-alasan itu membuat bahasa Indonesia sudah semestinya terus dikembangkan fungsi dan perannya sebagai bahasa nasional di Indonesia dan bahasa internasional khususnya di kawasan ASEAN.
Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia UGM yang juga Ketua Forum Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia se-Indonesia, Pujiharto, menegaskan apa yang disampaikan Sailal Arimi. Menurut dia, saat ini sudah ada 142.484 orang pemelajar BIPA yang tersebar di wilayah Amerika, Asia Tenggara, Asia Pasifik, hingga Afrika. Hal itu menunjukkan bahwa bahasa Indonesia menjadi salah satu bahasa yang diminati oleh dunia internasional.
ADVERTISEMENT
“Bahwa bahasa Indonesia itu telah menginternasional adalah fakta yang tak bisa disangkal,” kata Pujiharto.