Dokter Spesialis RS Sardjito: Jumlah Penderita Diabetes di Yogya Mirip Gunung Es

Konten Media Partner
2 September 2021 20:51 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
“Penderita diabetes di Yogya itu jauh lebih tinggi dari data, seperti fenomena gunung es,” kata Dokter Spesialis Diabetes di RSUP Dr. Sardjito, Raden Bowo Pramono.
Ilustrasi diabetes. Foto: Pixabay
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menempati peringkat ketiga provinsi dengan prevalensi diabetes mellitus tertinggi di Indonesia yakni sebesar 3,1 persen berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018). Prevalensi ini sama dengan Kalimantan Timur yang berada di peringkat kedua, sedangkan peringkat pertama ada DKI Jakarta dengan prevalensi 3,4 persen. Artinya, jika saat ini jumlah penduduk DIY ada 3,668 juta jiwa (September 2020), ada sekitar 114.359 penderita diabetes mellitus di DIY.
ADVERTISEMENT
Namun, data ini menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam Endokrin Metabolik Diabetes Senior di RSUP Dr. Sardjito, Raden Bowo Pramono, belum mewakili seluruh penderita diabetes yang ada di DIY. Menurutnya, jumlah penderita diabetes yang sebenarnya jauh lebih besar daripada data yang dilaporkan.
“Diabetes di Yogya itu jauh lebih tinggi dari data, seperti fenomena gunung es,” kata Bowo Pramono, Rabu (25/8).
Menurut dia, jumlah penderita diabetes mellitus yang mengetahui kalau dia terkena diabetes tak sampai setengah dari seluruh penderita diabetes. Tak sampai di situ, yang mengetahui dirinya diabetes pun tidak semuanya berobat, sedangkan yang berobat tidak semuanya berhasil.
“Yang bagus sedikit sekali, kira-kira sekitar 10 sampai 20 persen saja dari seluruh penderita diabetes,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Tingginya angka diabetes di DIY menurutnya tidak lepas dari tingginya angka harapan hidup masyarakat DIY. Pada 2020, angka harapan hidup DIY mencapai 74,99 tahun dan merupakan yang tertinggi di Indonesia.
Tingginya angka harapan hidup ini berimplikasi pada banyaknya lansia atau orang-orang tua yang ada di DIY. Per September 2020, jumlah lansia di DIY mencapai 15,75 persen dari total penduduk. Artinya ada sekitar 578 ribu penduduk lansia di DIY. Di saat yang bersamaan, orang-orang tua ini memiliki risiko diabetes mellitus yang lebih tinggi ketimbang penduduk dengan usia lebih mudah.
“Karena selain kegemukan atau obesitas, umur juga jadi penyebab utama diabetes mellitus,” ujarnya.
Hal ini karena organ tubuh ada lansia tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup. Organ tubuh pada lansia juga tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga mengakibatkan komplikasi lebih berisiko muncul ketimbang kelompok usia lain. Banyaknya jumlah lansia inilah yang kemudian membuat prevalensi diabetes di DIY juga tinggi.
ADVERTISEMENT
Kendala Pelaporan Data
Raden Bowo Pramono. Foto: Widi Erha Pradana
Kota Yogyakarta memiliki prevalensi diabetes mellitus yang tertinggi di DIY dengan persentase penderita diabetes mellitus di atas 15 tahun mencapai 4,79 persen. Lagi-lagi, Bowo Pramono mengatakan bahwa data ini juga bisa sangat mungkin berbeda dengan realita yang sebenarnya. Bukan tidak mungkin, kabupaten lain juga punya prevalensi yang sama tingginya, atau bahkan lebih tinggi dari Kota Yogyakarta.
Tingginya prevalensi diabetes mellitus di Kota Yogyakarta menurutnya tidak lepas dari akses Kota Yogyakarta yang jauh lebih mudah dijangkau dibandingkan yang lain. Kota Yogyakarta juga lebih sempit dibandingkan dengan kabupaten lain, hal ini membuat satu rumah dengan rumah lainnya berdekatan.
“Sehingga kader-kader yang mengumpulkan data lebih rajin, pengumpulannya lebih gampang sehingga data yang bisa dikumpulkan juga lebih banyak,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Lain halnya dengan kabupaten lain yang lebih luas dengan kondisi geografis bervariasi, ada pegunungan, bukit, hingga pantai seperti di Bantul, Kulon Progo, apalagi Gunungkidul. Rumah satu penduduk dengan penduduk lainnya saling berjauhan, bahkan tak jarang dipisahkan hutan dan bukit dengan akses yang tak gampang. Hal inilah yang menurutnya membuat pengumpulan data di kabupaten lain kurang optimal sehingga prevalensinya terlihat lebih rendah ketimbang Kota Yogyakarta.
“Kalau semua didata sangat mungkin sama dengan Kota, atau bahkan lebih tinggi,” kata Bowo Pramono.
Usia Penderita Diabetes Semakin Muda
Ilustrasi cek kadar gula pada anak-anak. Foto: Istimewa
Umumnya, diabetes mellitus memang menyerang orang-orang tua. Tapi saat ini, anak-anak muda juga tidak terbebas dari penyakit ini. Saat ini, diabetes juga sudah mulai banyak menyerang anak-anak muda. Menurut Bowo Pramono, umur kejadian penyakit diabetes saat ini memang sudah lebih muda.
ADVERTISEMENT
“Kalau dulu 40 tahun ke atas, kalau sekarang 25 tahun sudah banyak yang kena,” ujarnya.
Hal ini menurutnya disebabkan karena pola hidup anak-anak muda sekarang yang tidak sehat. Anak muda sekarang menurutnya sangat kurang berolahraga dan melakukan aktivitas di luar ruangan. Apalagi di era digital seperti sekarang, baik mahasiswa maupun anak muda yang sudah bekerja banyak yang menghabiskan waktunya di depan komputer atau laptop sepanjang hari. Hal ini menyebabkan makanan yang dia makan tidak dapat dicerna dengan baik dan proses metabolisme tubuh menjadi terganggu.
“Gaya hidup yang makan tidur makan tidur tapi olahraga jarang itu juga bikin obesitas yang memicu diabetes,” ujarnya.
Endang Yuniarti. Foto: Widi Erha Pradana
Hal serupa disampaikan oleh Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang juga edukator diabetes mellitus nasional, Endang Yuniarti. Menurut dia, gaya hidup tidak sehat juga jadi penyebab utama anak-anak muda banyak yang terkena diabetes. Selain kurang olahraga, tren anak-anak muda sekarang adalah suka nongkrong di kafe.
ADVERTISEMENT
“Terus pesan minum yang manis-manis, apalagi sekarang kan lagi musim thai tea, boba, itu gulanya kan tinggi sekali. Belum lagi kalau yang suka minum-minum soda, soft drink,” kata Endang Yuniarti.
Kepada pasien yang sudah telanjur terkena diabetes, dia menekankan supaya rutin berobat dan kontrol supaya tidak makin parah dan mencegah komplikasi. Sebab, jika dibiarkan diabetes bisa merambat ke mana-mana, mulai dari serangan jantung, gangguan fungsi ginjal, amputasi kaki, stroke, dan sebagainya.
Sementara bagi yang belum terkena diabetes, terutama yang punya risiko diabetes misal obesitas atau memiliki orangtua yang menderita diabetes, pola hidupnya mesti dijaga betul terutama soal makanan, minuman, dan olahraga secara rutin.
“Masyarakat juga perlu tahu satu yang sangat penting, bahwa diabetes sampai sekarang tidak bisa sembuh. Jadi kalau ada orang yang jual obat bilang bisa menyembuhkan, jangan percaya, lebih baik berobat ke rumah sakit atau puskesmas saja,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
DES: “Penderita diabetes di Yogya itu jauh lebih tinggi dari data, seperti fenomena gunung es,” kata Dokter Spesialis Diabetes di RSUP Dr. Sardjito, Raden Bowo Pramono. #publisherstory