Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten Media Partner
Eko Prawoto, Sosok Manusia Utuh dan Arsitek yang Tak Tergantikan
14 September 2023 20:18 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Arsitek sekaligus seniman Yogyakarta, Eko Prawoto, meninggal dunia pada Rabu (13/9) pukul 19.15 WIB di RSUP Dr Sardjito. Kiprahnya sebagai seorang arsitek kontemporer sangat dihormati di dunia arsitektur Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Dalam konteks arsitektur Indonesia itu mungkin tidak ada duanya. Saya melihat belum ada yang seperti Pak Eko Prawoto,” kata arsitek ugahari Yogya yang juga kolega Eko Prawoto, Yoshi Fajar Kresno Murti, Kamis (14/9).
Yoshi dan Eko Prawoto juga memiliki guru yang sama, yakni Romo YB Mangunwijaya atau Romo Mangun. Dalam karya-karyanya, keduanya banyak mengolah material kayu dan bambu sebagai elemen utamanya.
Jika secara umum arsitek di Indonesia lebih banyak bermain dengan imajinasinya dalam membuat karya, Eko Prawoto justru menjelajahi dan menyelami kenyataan-kenyataan yang ada di tengah masyarakat untuk menemukan apa yang disebut sebagai arsitektur Indonesia.
“Itulah yang membuat Pak Eko Prawoto belum tergantikan. Dalam konteks ini, Pak Eko menyelami realitas di pasar dan kampung kota,” ujarnya.
Arsitek dan juga pendiri Studio Akanoma, Yu Sing, melihat sosok Eko Prawoto sebagai arsitek yang selalu bisa membuat karya-karya yang harmonis dengan lingkungan sekitarnya. Bukan hanya selaras dengan alam, tapi juga dengan kondisi sosial masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
“Dan itu yang saya kira sulit tergantikan,” kata Yu Sing.
Yu Sing yang kerap mengikuti diskusi-diskusi yang diisi oleh Eko Prawoto juga melihat bahwa apa yang dia sampaikan selalu penuh arti, bukan hanya kalimat-kalimat kosong, terutama dalam konteks arsitektur.
“Pesan-pesannya sangat kuat, dan sebetulnya sampai hari ini masih belum ada yang bisa meneruskan dan menggantikan seperti apa yang Pak Eko selama ini sampaikan,” lanjutnya.
Pelajaran penting yang ia ambil sebagai seorang arsitek dari Eko Prawoto adalah, bagaimana arsitektur itu sebenarnya tidak berdiri sendiri. Sebuah karya arsitektur jangan sampai menjadikan lingkungan di sekitarnya sebagai objek, tapi juga sama-sama sebagai subjek.
Hal ini menjadi peringatan kepada para arsitek, bahwa setiap karya arsitektur mesti harmonis dengan semua yang ada di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
“Dan untuk bisa melakukan itu, Pak Eko mengajarkan kita untuk tidak hanya menjadi arsitek, tapi juga menjadi manusia yang seutuhnya sebagai bagian dari ekosistem untuk senantiasa harmonis dengan lingkungan sekitar,” ujar Yu Sing.
Arsitek lain yang merupakan murid Eko Prawoto, Novi Kristinawati, masih sangat emosional atas berpulangnya Sang Guru. Ia adalah salah satu orang yang banyak menemani Eko Prawoto di hari-hari terakhirnya di rumah sakit.
“Pesan beliau terakhir kali begini, ‘ini masuk periode sunyi, berjalan menyusuri profesi masuk ke jalan sepi, mencari diri sendiri, tanpa tepuk tangan dari luar’,” kata Novi mengulang pesan terakhir Eko Prawoto kepada dirinya.
Eko Prawoto memberikan pelajaran kepada arsitek muda sepertinya untuk tidak melepaskan arsitektur dari kehidupan manusia. Arsitektur bukan hanya persoalan pencapaian estetik, tapi bagaimana ia bisa hadir dan dirasakan oleh semua orang.
ADVERTISEMENT
“Arsitektur adalah ruang, dia harus bisa dirasakan dan dialami oleh siapapun, bukan sebagai produk yang berdiri sendiri atau entitas lepas yang tidak ada kaitannya dengan apapun,” ujarnya.
Dan pencapaian tertinggi Eko Prawoto menurut dia justru bukan berupa karya-karya arsitektur yang megah sebagai monumen untuk dirinya sendiri. Arsitektur justru hanya menjadi semacam media bagi dia untuk menjadi manusia yang utuh. Proses menjadi manusia yang utuh inilah yang paling sulit ditiru oleh arsitek-arsitek lain hari ini.
“Tidak semua bisa mencapai itu, menjadi manusia yang utuh, karena dia harus mengorbankan banyak sekali hal, dia harus meletakkan ego, dan itu adalah jalan yang sangat sunyi seperti yang dijalani Pak Eko selama ini,” kata Novi Kristinawati.
Eko Prawoto lahir di Purworejo, Jawa Tengah, pada 1958. Selain sebagai arsitek dan seniman, ia juga seorang pengajar di Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Eko Prawoto menyelesaikan studi sarjana arsitekturnya di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 1982, dan gelar masternya didapatkan dari Berlage Institute Amsterdam, Belanda, pada 1993.
Pada tahun 2000, ia mendirikan studio desain bernama Eko Prawoto Architecture Workshop di Bener, Tegalrejo, Kota Yogyakarta.
Rabu, 13 September 2023, Eko Prawoto dikabarkan meninggal dunia di RSUP Dr Sardjito pada pukul 19.15 WIB. Ia berpulang di usianya yang ke-65. Jenazahnya disemayamkan di Rumah Duka PUKJ Yogyakarta dan akan di kremasi di TPU Madurejo, Prambanan, pada Jumat (15/9).