Film Indonesia Dinilai Makin Beragam, Bahkan Tema LGBT Sudah Bisa Diterima

Konten Media Partner
2 Desember 2022 17:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sutradara indonesia, TImo Tjahjanto. Foto: Arif UT
zoom-in-whitePerbesar
Sutradara indonesia, TImo Tjahjanto. Foto: Arif UT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sutradara Timo Tjahjanto mengaku sangat optimis dengan masa depan industri film di Indonesia. Menurut dia, dalam satu dekade terakhir, dunia perfilman Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal itu dia lihat dari semakin beragamnya genre film yang ada di Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Gua sekarang sebenarnya sangat optimistik kalau Industri film Indonesia memiliki masa depan yang cerah,” kata Timo Tjahjanto saat ditemui di gelaran Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2022 di Empire XXI, Kamis (1/12).
Menurut sutradara film ‘Sebelum Iblis Menjemput’ itu, saat ini semakin banyak filmmaker-filmmaker muda yang semakin berani untuk bereksperimen dengan film-filmnya. Keberanian itu yang menurut Timo tidak dimiliki oleh para filmmaker di angkatannya.
Industri film Indonesia menurut dia juga semakin inklusif. Sumber-sumber pendanaan saat ini semakin beragam dan lebih terbuka dengan genre-genre film yang berbeda dari mainstream.
“Misalnya gua sebenarnya suka film-film tipe Autobiography atau Like and Share, cuma dulu gua enggak pernah punya kesempatan untuk bikin film kayak gitu,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
“Karena pertama enggak ada yang mau memodalkan, dan lu harus indie banget sampai indienya itu indie menderita,” lanjutnya.
Pengunjung JAFF 2022 sedang sedang memakai payung di tengah hujan. Foto: Arif UT
Dari segi pasar, saat ini penikmat film di Indonesia menurut Timo juga semakin terbuka dengan genre-genre film baru. Hal itu menunjukkan bahwa penikmat film di Indonesia juga sudah mulai tumbuh, sekaligus memberikan angin segar bagi para filmmaker untuk terus bereksperimen dan melakukan inovasi di dalam film-film yang mereka buat.
“Seperti film Autobiography yang mengusung tema LGBT, kemudian Like and Share yang temanya juga sangat tabu untuk dibicarakan, tapi sekarang sudah bisa diterima, jadi udah sangat inklusif,” kata dia.
Supaya industri film Indonesia terus tumbuh, menurut dia para stakeholder perfilman baik itu sutradara maupun produser mesti makin berani untuk bereksperimen dan memperkaya keragaman genre film yang dibuat. Genre-genre film yang dibuat mestinya tidak musiman, misalnya jika sedang ramai film horror maka semua bikin horror, jika sedang ramai film romance maka semua bikin romance.
ADVERTISEMENT
Timo mencontohkan industri film di Korea, dimana para pembuat film dan produser berani membuat film-film yang sangat ambisius dan keluar dari jalur-jalur mainstream yang sudah mapan. Hal itulah yang perlahan membuat penikmat film di sana menjadi tumbuh dan memiliki selera yang lebih berkualitas.
“Seperti Korea, penonton seleranya naik gara-gara dihajar terus dengan perfilman yang ambisius, dengan film yang beda, lama-lama penonton demand-nya kan juga naik,” kata Timo Tjahjanto.