Konten Media Partner

Foya-foya Listrik Warga Kedungrong, Kulon Progo, Berkat Listrik Mikro Hidro

21 Februari 2021 15:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kistiyah, warga Kulon Progo sehari-hari mengoperasikan mesin jahitnya dengan listrik mikro hidro. Foto: Widi Erha Pradana.
zoom-in-whitePerbesar
Kistiyah, warga Kulon Progo sehari-hari mengoperasikan mesin jahitnya dengan listrik mikro hidro. Foto: Widi Erha Pradana.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, tak ada lagi warga Dusun Kedungrong, Desa Purwoharjo, Samigaluh, Kulon Progo yang rumahnya gelap karena belum punya listrik. Selain punya listrik dari PLN, mereka juga punya sumber listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang sudah dibangun sejak 2012 silam.
ADVERTISEMENT
Punya dua sumber listrik membuat mereka nyaris tak mengalami mati lampu lagi, bahkan di saat musim penghujan seperti sekarang. Ketika listrik dari PLN padam, mereka tinggal pakai listrik PLTMH, pun sebaliknya ketika listrik PLTMH padam mereka beralih menggunakan listrik PLN. Saat ini, listrik PLTMH sudah dinikmati oleh hampir seluruh warga Kedungrong yang berjumlah sekitar 50 keluarga.
Awalnya, hanya sedikit warga Kedungrong yang menggunakan listrik PLTMH karena masih takut. Beberapa yang berlangganan juga hanya menggunakannya sebagai sumber penerangan saja. Tapi lama-lama, setelah listrik yang mereka buat terbukti aman, kini sebagian besar kebutuhan listrik warga Dusun Kedungrong justru lebih banyak pakai listrik PLTMH.
“Karena juga jauh lebih murah, satu selapan (35 hari) itu cuma bayar Rp 12 ribu. Selain murah juga handal,” kata Rejo Handoyo, 50 tahun, pengelola PLTMH Kedungrong ketika ditemui, Rabu (3/2).
ADVERTISEMENT
Biaya 12 ribu tiap 35 hari berlaku untuk semua pengguna listrik PLTMH, tanpa terkecuali. Meski sangat murah, tapi tenaga listrik PLTMH cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Rejo Handoyo bahkan bisa ‘foya-foya’ listrik setelah ada listrik dari PLTMH. Dia adalah salah satu warga di Kedungrong yang kini semua kebutuhan listriknya dipenuhi oleh PLTMH.
“Saya pakai TV, speaker aktif, kulkas, pompa air, sama mesin las masih kuat,” ujarnya.
Hal sama dirasakan oleh Kistiyah, 47 tahun, warga Kedungrong pengguna listrik PLTMH. Setelah menggunakan listrik PLTMH, dia bisa menghemat pengeluaran listrik, dari yang semula sampai Rp 170 ribu tiap bulan, kini hanya Rp 140 ribu tapi masih dibagi dua karena dipakai berdua.
Padahal, beban yang dia gunakan semakin banyak. Setelah ada listrik PLTMH, dia berani membeli mesin jahit dan mesin obras listrik. Suaminya bahkan memiliki kompresor untuk keperluan bengkel yang bebannya cukup besar.
ADVERTISEMENT
“Setelah ada PLTMH baru berani beli mesin jahit, soalnya sudah ndak mikirin lagi biaya listrik,” kata Kistiyah.
Sampah Bikin Masalah
Rejo Handoyo sedang menuangkan oli untuk perawatan mesin PLTMH Kedungrong. Foto: Widi Erha Pradana.
Masalah utama yang dihadapi dalam pengelolaan PLTMH di Kedungrong adalah sampah. Sampah yang terbawa arus air akan menyangkut di kincir sehingga melambatkan putarannya. Sampah-sampah ini terbawa dari sungai Progo yang kemudian masuk ke saluran irigasi yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menggerakan kincir.
Jika itu dibiarkan, maka sampah yang menyangkut di kincir akan semakin banyak, dan putaran kincir semakin lambat. Akibatnya bukan hanya menurunkan arus dan tegangan yang dihasilkan, tapi bisa juga merusak mesin.
“Itu tidak bisa lepas sendiri, jadi harus diambilin sampah-sampahnya, dibersihkan supaya putarannya normal lagi,” ujar Rejo Handoyo.
ADVERTISEMENT
Proses pembersihan ini dilakukan setiap sore, sekitar pukul 4 sampai pukul 5. Selama proses pembersihan kincir dari sampah, mesin harus dimatikan, sehingga secara otomatis listrik juga akan padam.
“Paling banyak sampah plastik. Ada juga pembalut wanita, sama pampers untuk orang tua, itu pasti setiap sore ada minimal empat,” ujarnya.
Jika musim kemarau, sebenarnya kincir cukup dibersihkan dua kali sehari. Tapi pada musim penghujan seperti sekarang, jumlah sampah yang terbawa oleh arus air semakin banyak sehingga kincir harus dibersihkan setiap hari.
Selain sampah, menurutnya belum pernah terjadi masalah serius sejak PLTMH pertama dibangun pada 2012 silam. Yang biasanya menjadi masalah lain adalah mengeringnya debit air di saluran irigasi karena sedang dikuras di wilayah atasnya.
ADVERTISEMENT
Tahun kemarin, PLTMH juga sempat tidak bisa dioperasikan selama tiga bulan karena sedang ada pembangunan tebing irigasi sehingga saluran air harus dikeringkan.
“Biasanya setiap tanggal 1 itu, di atas dikuras, sampahnya dibuang, jadi alirannya kan di sini berhenti. Tapi selain itu jarang sekali ada masalah,” kata Rejo Handoyo.
Ingin Listrik PLTMH Dipakai untuk Usaha
Warga Kedungrong menggunakan listrik mikro hidro untuk berproduksi. Foto: Widi Erha Pradana.
Sebenarnya listrik yang dihasilkan PLTMH sangat cukup jika digunakan oleh semua masyarakat Dusun Kedungrong secara penuh. Bahkan, penggunaan listrik PLTMH oleh warga saat ini masih jauh di bawah kapasitas pembangkit.
"Cukup sekali, makanya kita dorong terus warga itu agar terus mengoptimalkan penggunaan listrik mikro hidro ini,” ujar Rejo Handoyo.
Apalagi PLTMH di Kedungrong tidak menggunakan sistem penyimpanan, sehingga sisa listrik yang tidak dipakai dibuang ke ballast. Rejo berpikir, jika sisa listrik yang tidak terpakai itu dimanfaatkan untuk usaha, maka perekonomian warga di Kedungrong akan semakin baik.
ADVERTISEMENT
Misalnya salah satu yang jadi impiannya adalah membuat mesin pengering gabah dengan mengganti elemen ballast yang menyerupai elemen pemanas menjadi alat pengering padi. Dengan adanya alat pengering itu, maka warga Kedungrong yang mayoritas berprofesi sebagai petani tak perlu pusing lagi mengeringkan gabahnya karena cuaca yang tidak menentu.
“Kalau punya duit, sudah saya bikin mas. Tapi mimpi kan boleh tho mas?” ujarnya sembari menghembuskan asap dari kreteknya.
Dia juga berharap warga Kedungrong punya inisiatif untuk menggunakan listrik dari PLTMH untuk melakukan usaha. Sejauh ini, memang sudah ada beberapa warga yang memanfaatkan listrik PLTMH untuk membuka usaha seperti bengkel, produksi kue, membuat kerajinan vas bunga, produksi es batu, serta menjahit. Namun jumlahnya masih sangat sedikit.
ADVERTISEMENT
Jika nantinya yang membuka usaha menggunakan listrik PLTMH ini semakin banyak, harapannya perekonomian warga dusun semakin maju. Selain itu, warga atau anak-anak muda dusun juga tidak perlu lagi merantau untuk mencari pekerjaan.
“Kalau sudah saya bantu untuk merawat mikro hidro ini, warga yang lain mbok bikin usaha. Saya lebih senang kalau warga itu menggunakan listrik mikro hidro ini untuk usaha sehingga manfaatnya bisa semakin besar,” kata Rejo Handoyo. (Widi Erha Pradana / YK-1)