Gaji Pekerja Startup di Yogya: Terkecil Rp 2,25 Juta, Tertinggi Rp 16 Juta

Konten Media Partner
28 Oktober 2022 18:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Chief Operating Officer Hacklab Rocks, Saga Iqranegara. Foto: Widi Erha Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Chief Operating Officer Hacklab Rocks, Saga Iqranegara. Foto: Widi Erha Pradana
ADVERTISEMENT
Hacklab Rocks, sebuah perusahaan di bidang manajemen talenta Indonesia di bidang teknologi, baru saja meluncurkan laporan kajian Jogja Tech Salary Guide 2022. Kajian itu bertujuan untuk melihat gambaran umum besaran gaji dan benefit yang diberikan oleh perusahaan teknologi di Yogya kepada karyawannya.
ADVERTISEMENT
Chief Operating Officer Hacklab Rocks, Saga Iqranegara, mengatakan bahwa kajian itu dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan analisis data terhadap 17 perusahaan teknologi digital yang sudah memiliki pengaruh cukup besar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Selain perusahaan, Hacklab juga melakukan survei kepada 1.182 talenta atau karyawan startup dengan variasi posisi atau jabatan mencapai 150 lebih.
“Dari 150 lebih posisi itu, range gajinya cukup beragam,” kata Saga Iqranegara, saat jumpa pers di Yogyakarta, Jumat (28/10).
Kendati demikian, Saga mengatakan bahwa dari hasil survei menunjukkan bahwa tidak ada talenta di perusahaan teknologi yang digaji di bawah upah minimum kota/kabupaten (UMK). Semua talenta menurut dia mendapatkan gaji di atas UMK.
Bahkan, sebagian besar talenta di perusahaan teknologi mendapatkan gaji sama atau di atas Rp 3 juta. Hanya beberapa posisi saja yang mendapatkan gaji di bawah Rp 3 juta.
ADVERTISEMENT
“Misalnya junior SEO Specialist, ada yang digaji Rp 2,25 juta, atau Marketing Communication, ada yang mendapat gaji Rp 2,875 juta,” ujarnya.
Meski begitu, di perusahaan lain, dengan posisi yang sama ada juga junior SEO Specialist yang mendapat gaji hingga Rp 4,25 juta, dan Marketing Communication dengan gaji mencapai Rp 3,625 juta.
Sementara untuk range gaji tertinggi, beberapa posisi menurut dia sudah bisa mendapat gaji hingga belasan juta. Misalnya senior system analyst, ada yang mendapat gaji hingga Rp 12,5 juta perbulan.
“Kemudian ada juga yang di posisi business development yang sudah mendapatkan gaji hingga Rp 16 juta per bulan,” kata dia.
Hal itu menurut Saga menunjukkan bahwa startup-startup di Yogya sudah cukup memperhatikan kesejahteraan pekerja atau talentanya. Meski jika dibandingkan dengan kota-kota besar lain seperti Jakarta atau Bandung masih relatif lebih rendah, namun jika dibandingkan dengan industri lain di Yogyakarta, penggajian pekerja di perusahaan teknologi relatif lebih baik.
ADVERTISEMENT
“Karena kalau di industri lain itu bahkan masih ada yang gajinya di bawah UMK, sedangkan kalau di industri digital berdasarkan survei kemarin semuanya di atas UMK. Secara rata-rata gaji memang industri digital ada di atas industri lain,” ujarnya.
Ketua Tim Peneliti Jogja Tech Salary Guide 2022, Rezki Wulan Ramadhanty. Foto: Widi Erha Pradana
Sementara itu, Ketua Tim Peneliti Jogja Tech Salary Guide 2022, Rezki Wulan Ramadhanty, mengatakan bahwa selain tingkat gaji yang cukup baik, perusahaan-perusahaan digital di Yogya juga memberikan benefit lain di luar gaji. Misalnya, 100 persen perusahaan yang disurvei telah memberikan benefit berupa cuti melahirkan dan skema asuransi kesehatan berupa BPJS.
Selain itu, 93,3 persen perusahaan memberikan benefit berupa peningkatan skill melalui berbagai jenis pelatihan. Lebih lanjut, 86,7 perusahaan juga memberikan benefit berupa cuti hamil, kegiatan atau acara sosial, serta peluang pengembangan karier.
ADVERTISEMENT
“Dan ada 73,3 persen perusahaan yang memberikan fleksibilitas waktu kerja, karena selama pandemi ini kan tren WFH atau WFA cukup tinggi,” kata Rezki.
Selain untuk mengetahui rerata gaji dan benefit yang didapatkan para talenta di perusahaan teknologi di Yogya, Jogja Tech Salary Guide 2022 menurut dia juga bertujuan untuk melihat bagaimana tren perusahaan dalam memperlakukan talentanya, terutama berkaitan dengan adanya perubahan kultur dan kebiasaan yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19.
“Harapannya kajian ini juga bisa menjadi acuan perusahaan-perusahaan digital di Yogya, tidak hanya dalam penggajian tapi juga dalam pengembangan talenta yang mereka miliki,” ujarnya.