Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Ganyong, Makanan Kesukaan Obama yang Kian Dilupakan
11 Oktober 2021 18:20 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Dalam kunjungannya ke Indonesia pada 2017, mantan presiden AS Barack Obama dibuat terkesan dengan salah satu kuliner lokal yang dia cicipi, yakni minyong. Minyong adalah mie yang berbahan baku tepung ganyong, sejenis umbi-umbian dengan kandungan karbohidrat yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Rasanya yang gurih dan teksturnya yang lebih kenyal memberikan sensasi berbeda dibandingkan dengan mie-mie pada umumnya.
“Beliau sangat terkesan, katanya nanti kalau suatu saat ke Indonesia lagi, beliau akan selalu makan minyong lagi,” kata Ketua Ikatan Sarjana Wanita Indonesia (ISWI), Retno Sri Endah Lestari dalam webinar yang diadakan Dirjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, pekan lalu.
Namun di Indonesia, mie berbahan baku ganyong ini justru tidak populer. Bahkan, saat ini sudah semakin jarang orang tahu umbi-umbian bernama ganyong. Ketimbang ganyong, mie-mie berbahan baku terigu justru bisa kita temui di mana-mana.
Karena jarang peminat inilah yang membuat para petani lebih memilih komoditas lain untuk ditanam, ketimbang ganyong. Akibatnya, kini ganyong makin sulit ditemui, bahkan kelestariannya semakin terancam.
ADVERTISEMENT
“Sekarang anak muda siapa sih yang tahu ganyong? Di Indonesia memang kurang populer di Indonesia,” ujarnya.
Peneliti di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian yang banyak meneliti soal ganyong untuk pati dan mie, Nur Richana, mengatakan bahwa sebenarnya ganyong telah dikenal sejak 2500 tahun sebelum Masehi oleh manusia. Dalam catatan sejarah, ganyong pertama kali dikenal di daerah Amerika Selatan. Bahkan pada 1900-an, ganyong telah dikembangkan secara besar-besaran di Australia untuk penglahan pati yang disebut Queensland arrowroot.
Ganyong mulai masuk ke Indonesia, terutama di daerah Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali pada 1905. Meski begitu, ganyong masih belum cukup populer. Tanaman ini justru mulai populer dan dipromosikan sekitar 1998 sebagai salah satu komoditas bahan pangan ketika Indonesia mengalami resesi.
ADVERTISEMENT
“Jadi sebenarnya bukan tanaman yang baru banget,” kata Nur Richana.
Namun seiring berjalannya waktu, ketika perekonomian mulai membaik, gangyong justru kembali ditinggalkan, hingga beras jadi satu-satunya makanan pokok di Indonesia. Padahal, di Indonesia tanaman ini dapat tumbuh dengan mudah, dengan catatan mendapatkan pasokan air yang cukup. Meskipun ada jenis ganyong putih yang lebih tahan terhadap kekeringan.
“Kalau mau dikembangkan lagi, sebenarnya bukan hal yang sulit,” ujarnya.
Apalagi, ganyong termasuk tanaman dengan sedikit penyakit dan hama, sehingga meminimalisir terjadinya gagal panen. Sejauh ini hanya ada beberapa jenis penyakit yang mungkin menyerang tanaman ganyong, di antarannya Fusarium, Puccinia, serta Rhizoctonia Sp. Sedangkan untuk hama, kemungkin yang akan jadi musuh tanaman ganyong adalah belalang dan kumbang yang dapat memakan daun serta cacing yang dapat menyerang umbinya.
ADVERTISEMENT
“Tapi secara umum tanaman ini relatif sedikit hama dan penyakitnya,” lanjutnya.
Selain dapat jadi sumber karbohidrat alternatif, ganyong ternyata juga memiliki kandungan nutrisi dan berbagai khasiat untuk kesehatan. Selain karbohidrat, ganyong juga memiliki kandungan berupa kalsium, fosfor, protein, serta vitamin B1. Ganyong bahkan biasa dijadikan sebagai obat penurun panas, hepatitis, serta antidiare. Bagi kamu yang sedang diet, ganyong juga bisa jadi sumber karbohidrat pengganti nasi.
Seperti tepung terigu, tepung ganyong juga dapat diolah jadi berbagai jenis makanan. Selain dijadikan mie dan bihun, tepung ganyong juga bisa jadi bahan pembuatan aneka macam biskuit, kue, bolu, brownies, dodol, bahkan sekadar direbus saja ganyong sudah enak dimakan tanpa tambahan apapun karena sudah memiliki rasa yang sedikit manis.
ADVERTISEMENT
“Karena ketidaktahuan itu, ganyon kini semakin ditinggalkan, petani juga mikir-mikir kalau mau nanam karena pasarnya juga belum jelas,” kata Nur Richana.