Garin Nugroho: Pertumbuhan Film Tari Alami Lompatan di Tengah Krisis Pandemi

Konten Media Partner
9 September 2022 16:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sutradara Garin Nugroho Riyanto, Foto: Arif UT
zoom-in-whitePerbesar
Sutradara Garin Nugroho Riyanto, Foto: Arif UT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sutradara kenamaan asal Yogyakarta, Garin Nugroho Riyanto, mengatakan bahwa pertumbuhan film tari mengalami lompatan yang cukup signifikan selama krisis pandemi COVID-19. Film-film tari semakin banyak diproduksi dan mulai mendapatkan penikmatnya. Tak hanya itu, mulai banyak juga pemutaran serta diskusi tentang film tari dalam periode dua tahun ke belakang,
ADVERTISEMENT
Bagi masyarakat awam, film tari mungkin masih terdengar asing. Film tari merupakan suatu gagasan seni yang diwujudkan ke dalam medium tubuh dan video sekaligus, jadi bukan sekadar memvideokan sebuah tarian saja.
Sebenarnya film tari bukanlah genre baru dalam dunia perfilman. Film tari juga telah memiliki sejarah panjang seiring dengan kelahiran film di dunia, namun memang kehadirannya tidak terlalu mendapatkan perhatian masyarakat dunia. Film tari berkembang dalam sepi di tengah riuhnya film-film populer yang merajai bioskop-bioskop komersil.
“Namun selama krisis pandemi ini sebenarnya perkembangan film tari di Indonesia mengalami lompatan,” kata Garin Nugroho saat ditemui di tengah acara Indonesia Bertutur 2022 di kawasan Candi Borobudur, Kamis (8/9).
Namun, karena lompatan ini terjadi di tengah situasi krisis, maka tak bisa menjamin ke depan film tari akan terus tumbuh. Momentum ini perlu dimanfaatkan supaya pertumbuhan film tari tak hanya terjadi secara musiman, tapi bisa terus berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Karena itu, perlu didata ulang pelaku-pelaku film tari serta memberikan ruang dan dukungan kepada mereka supaya bisa berkembang.
“Kalau ini tidak dilakukan, maka lompatan-lompatan yang ada tidak akan efektif untuk mendukung pertumbuhan film dance (film tari),” ujarnya.
Cuplikan film Weaving Anteh, salah satu film tari Indonesia yang menerima penghargaan IMAJITARI 2018. Foto: Pomp Films
Selama ini, pertumbuhan film di Indonesia menurut dia memang kurang mendapat tempat yang cukup untuk tumbuh. Di kancah global pun festival-festival film tari mengalami kemerosotan dalam beberapa tahun terakhir. Sementara di dalam negeri festival-festival film tari masih sangat minim.
Hal itu mengakibatkan pertumbuhan film tari di Indonesia masih kembang kempis dibandingkan dengan genre film lain seperti film pendek, film dokumenter, dan sebagainya.
“Kita juga belum bisa menemukan bentuk festival yang bisa membuat film tari ini dijangkau oleh banyak orang,” kata Garin Nugroho.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa hal yang menurut Garin membuat film tari di Indonesia selama ini tak mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pertama tentu karena dari segi penciptaan menurut dia masih sangat sedikit, kalah jauh jika dibandingkan dengan genre-genre film lain. Selain itu, film tari selama ini juga masih kurang mendapatkan ruang yang cukup dalam industri perfilman.
“Selain itu pengenalan atau sosialisasi pada film dance kepada pecinta tari, pecinta film, ataupun pecinta seni atau masyarakat tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan,” ujarnya.