Gas Langsung Praktik di Pelatihan E-Business bagi UMKM di Ponjong, Gunungkidul

Konten Media Partner
18 September 2023 13:52 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika DIY, Hari Wahyu Nugroho, saat membuka pelatihan. Foto: Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika DIY, Hari Wahyu Nugroho, saat membuka pelatihan. Foto: Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di era digital, nyaris segala aspek kehidupan saat ini tak terlepas dari internet. Termasuk juga pelaku Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang mau tak mau harus mengikuti perkembangan zaman. Untuk meluaskan jaringan pasar, pelaku UMKM diharuskan mulai melirik pemasaran melalui dunia digital yang didalamnya terdapat beragam platform.
ADVERTISEMENT
Melihat kebutuhan tersebut, Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) DIY melaksanakan pelatihan E-Business bagi puluhan pelaku UMKM di Kalurahan Sidorejo, Kapanewon Ponjong.
Pelatihan dilaksakan di Balai Kalurahan Sidorejo, Kapanewon Ponjong, Gunungkidul pada Kamis (14/09) pagi hingga sore hari. Terbagi menjadi dua sesi pagi dan sore, pelatihan tersebut menggaris bawahi pentingnya pelaku UMKM mulai memasarkan produknya secara online. Selain itu, pelaku UMKM yang didominasi ibu rumah tangga tersebut juga dibekali skill-skill untuk meningkatkan performa penjualan melalui media sosial.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika DIY, Hari Wahyu Nugroho, mengatakan kemajuan arus teknologi saat ini cukup pesat. Hal tersebut menurutnya sangat berpengaruh terhadap segala lini kehidupan yang saat ini banyak bergantung pada jaringan internet. Terlebih, beragam media sosial dan platform-platform untuk mengembangkan usaha juga sudah siap pakai bagi pelaku UMKM. Maka dari itu, pelaku UMKM dituntut untuk beradaptasi dengan transformasi digital untuk mengembangkan usahanya.
ADVERTISEMENT
"Pelatihan ini tentu untuk menambah wawasan dan skill bagi pelaku UMKM untuk memanfaatkan teknologi," jelasnya kepada wartawan di acara pelatihan, Kamis (14/9) pekan kemarin.
Praktek memotret produk diadakan sesuai paparan teori. Foto: Pandangan Jogja
Atas terselenggaranya pelatihan tersebut ia mengaku cukup puas, puluhan pelaku UMKM cukup antusias dalam menjalani pelatihan. Setiap peserta yang datang pun sudah memiliki produknya seperti batagor, kupat tahu, aneka peyek, baju, loundry, hingga penjualan sparepart.
Menurutnya, tinggal bagaimana mereka didorong untuk memanfaatkan teknologi yang sudah tersedia. Salah satu materi pelatihan yang utama ialah pemanfaatan media sosial dan keterampilan mengambil foto produk dalam strategi pemasaran. Para peserta dibekali pemahaman terkait pengoptimalan penggunaan media sosial dan teknik fotografi guna menciptakan foto yang lebih hidup.
"Jadi disini juga langsung dipraktikan, setelah selesai diharapkan mereka bisa mengaplikasikannya untuk pemasaran produk mereka," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Pelaku UMKM Perlu diberi Wadah
Pendiri Alterasi Indonesia sekaligus Peneliti Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, Sunaji Zamroni saat memberi materi. Foto: Pandangan Jogja
Pendiri Alterasi Indonesia sekaligus Peneliti Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, Sunaji Zamroni, menjadi salah satu narasumber yang membuka materinya dengan video animasi pendek. Video tersebut menceritakan perjuangan dua orang yang bertekad mengembangkan produk UMKM. Menurutnya, video berdurasi 7 menit itu memiliki nilai inspirasi yang harus diterapkan pelaku UMKM jika ingin berkembang. Di antaranya ialah kualitas produk, ekspansi produk, pemasaran produk, dan kolaborasi.
"Nah ini, di sini bagaimana? Apa pelaku usaha sudah berkolaborasi atau belum?" tanyanya ke peserta.
Puluhan peserta mengikuti pelatihan. Foto: Pandangan Jogja
Menurutnya, sesama pelaku UMKM seharusnya bisa saling berkolaborasi dengan membentuk paguyuban untuk memperkuat posisinya. Setelah itu, paguyuban pelaku UMKM bisa mengajak pihak lain termasuk Pemerintah Kalurahan untuk berkolaborasi memasarkan produknya.
ADVERTISEMENT
Salah satu wadah yang sangat strategia menurutnya ialah Badan Usaha Milik Desa (BumDes) yang bisa menjadi mitra pelaku UMKM. Melalui BumDes yang setiap tahunnya disertai modal oleh Pemerintah Kalurahan, seharusnya mampu menemukan potensi dan mengembangkannya yang bermuara pada pemberdayaan masyarakat.
"Perlu ada wadah bagi pelaku UMKM ini, gotong royong dalam usaha itu penting. Misalnya melalui BumDes yang membuat produk-produk unggulan desa," paparnya.
Fotografi Produk: Kenali Mode Kamera di Handphone
Owner 6miles Coffee, Wisnu Nugroho. Foto: Pandangan JOgja
Owner 6miles Coffee, Wisnu Nugroho, yang menjadi pembicara kedua menekankan pelaku UMKM mengenali mode kamera di handphone yang digunakan. Tak jarang dalam memfoto produknya, pelaku UMKM langsung jepret tanpa memperhatikan mode kamera yang sesuai. Padahal, di dalam kamera, ada sejumlah mode yang bisa disesuaikan dengan kebutuhannya.
ADVERTISEMENT
"Ya misal ada mode panorama buat foto produk," guyonnya.
Selain itu, faktor penting lainnya dalam fotografi produk ialah pencahayaan. Kurang baiknya pencahayaan, membuat produk yang difoto menjadi kurang hidup. Terlebih ketika produk yang dijual adalah makanan atau pakaian maka detailnya akan kurang terlihat.
Kelas praktik foto produk. Foto: Pandangan Jogja
Dari pengalamannya, cahaya matahari sebelum pukul 09.00 WIB dan setelah 15.00 WIB cukup ideal sebagai sumber cahaya untuk foto produk.
"Tapi nganmbil fotonya di luar ruangan, jadi pencahayaan bisa langsung. Kemudian motretnya lebih bagus di samping cahaya, jangan justru melawan," ujarnya.
Diakuinya, peserta pelatihan E-Business yang datang sudah memiliki produk jualannya. Namun belum bisa melakukan fotografi produk yang mampu menonjolkan ciri khasnya supaya lebih menarik. Diharapkan ke depannya wawasan tersebut dapat diaplikasikan oleh peserta dan bisa mengangkat produk jualannya.
ADVERTISEMENT
Media Sosial, Pasar Baru Pelaku UMKM
Konten Kreatif Infotekno, Nova Ardianto. Foto: Pandangan Jogja
Mayoritas pelaku UMKM yang datang dalam pelatihan E-Busines di Balai Kalurahan Sidorejo, Kapanewon Ponjong, Gunungkidul pada Kamis (14/09) pagi hingga sore hari, memang belum begitu menguasai pemasaran melalui media sosial. Selama ini, mereka lakukan penjualan secara offline dan hanya sesekali melalui status whatsapp ataupun facebook.
Pembicara ketiga yang juga Konten Kreatif Infotekno, Nova Ardianto, menungkapkan saat ini media sosial menjadi pilihan yang wajib untuk memasarkan produk jualan guna memperluas pasar. Setiap waktunya, pengguna media sosial khusunya yang berasal dari Indonesia terus meningkat. Sehingga pelaku UMKM didorong untuk membuat akun media sosial yang khusus untuk berjualan.
"Beberapa barang yang kadang dianggap remeh justru laku keras di media sosial, dipasarkan melalui fitur live dan banyak juga yang beli. Ini kan menunjukkan potensi pasar yang sangat luas," beber Nova.
Konten Kreatif Infotekno, Nova Ardianto. Foto: Pandangan Jogja
Hal pertama yang harus dilakukan bagi pelaku UMKM ialah membuat akun jualan terlebih dahulu. Akun ini berfungsi untuk memposting barang-barang jualan yang akan dipasarkan. Terlebih setelah mendapatkan pelatihan fotografi produk seharusnya pelaku UMKM mulai lihai mengambil foto yang menarik.
ADVERTISEMENT
"Setelah itu akunnya dikembangkan, ada cara organik dan berbayar. Tapi saya ada cara yang efektif untuk menambah pengikut," imbuhnya.
Dalam memasarkan produk melalui media sosial, ia menekankan pelaku UMKM harus konsisten dalam mengunggah konten baik foto ataupun video. Keaktifan tersebut menurutnya akan berpengaruh terhadap jangkaun akun yang diharapkan semakin luas jangkauan maka semakin banyak orang yang tahu.
"Sekarang banyak juga platform yang menyediakan fitur live untuk berjualan, nah ini bisa dimanfaatkan," ulasnya.
Gas, Langsung Praktik
Pak Rukino. Foto: Pandangan Jogja
Pak Rukino yang menjual aneka macam kuliner mulai dari kupat tahu, bakso, mi ayam, ketoprak, es buah, hingga es degan, mengaku sangat senang bisa mengikuti pelatihan E-Business karena menambah wawasan dan diberikan tips dalam memasarkan produk. Selama ini, ia belum sempat mengenalkan produknya melalui online. Padahal selain kuliner, tempatnya berjualan juga menyuguhkan pemandangan sawah dan gunung nan menyejukkan mata.
ADVERTISEMENT
"Jualan di daerah sawah kerjo sana, tempatnya bagus. Coba besok memasarkan lewat online dibantu anak saya," ungkapnya.
Pak Rukino Praktek memotret kupat tahu. Foto: Pandangan Jogja
Hal senada juga disampaikan Endang Sundari. Perempuan berusia 24 tahun tersebut selama dua tahun terakhir mencoba menjadi reseller pakaian. Dalam praktiknya, ia mengakui masih kesulitan dalam meluaskan jaringan pasarnya. Dengan adanya pelatihan ini, ia mengaku sangat terbantu karena menjawab kendala yang ia hadapi dalam berjualan pakaian.
"Belum ada instagram, kebetulan tadi juga ada materi itu. Ada ilmu baru bisa diterapkan ke online shop, seperti foto produk dan menambah pengikut media sosial bisa diterapkan nantinya," tutup Endang.