Gelar Pameran Narawandira, Keraton Yogya Pamerkan Ragam Tanaman di Dalam Keraton

Konten Media Partner
6 Maret 2023 20:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah vegetasi yang dipamerkan dalam Pameran Narawandira Keraton Yogyakarta. Foto: Kraton Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah vegetasi yang dipamerkan dalam Pameran Narawandira Keraton Yogyakarta. Foto: Kraton Jogja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Keraton Yogyakarta menggelar Pameran Narawandira: Keraton, Alam, dan Kontinuitas yang akan menampilkan berbagai jenis vegetasi atau tanaman yang memiliki hubungan erat dengan Keraton Yogyakarta. Pameran tersebut akan digelar di area Kedhaton Keraton Yogyakarta sejak 5 Maret sampai 29 Agustus 2023 mendatang.
ADVERTISEMENT
Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, saat membuka pameran tersebut pada Sabtu (4/3), mengatakan bahwa berbagai jenis tanaman memiliki aspek historis dan vegetasi dalam perjalanan Kasultanan Yogyakarta. Misalnya tanaman asem, tanjung, gayam, beringin, kepel, hingga belimbing wuluh yang sangat dekat dengan kosmis masyarakat Jawa.
“Bentang sumbu filosofi yang menjadi jalan-jalan protokol bagi semua masyarakat seyogyanya perlu dijaga vegetasinya,” kata Sri Sultan HB X, Sabtu (4/3).
Dia juga mengatakan bahwa berbagai jenis tanaman yang tumbuh di Bumi Pertiwi mestinya tidak hanya dimanfaatkan dan dieksploitasi terus-menerus. Tapi juga harus diimbangi dengan upaya-upaya pelestarian dengan cara-cara yang adiluhung.
“Vegetasi hari ini tidak sekadar padi, tebu, atau pohon, batang, bunga, daun dan hutan yang membentang, melainkan berbagai kearifan dari alam yang memenuhi ruang sakral dan profan dalam waktu yang bersamaan,” ujarnya.
Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, saat memberikan sambutan pembukaan pameran Narawandira: Keraton, Alam, dan Kontinuitas’ di Keraton Yogyakarta pada Sabtu (4/3). Foto: Kraton Jogja
Sultan HB X juga menyampaikan bahwa pameran ini merupakan bagian dari peringatan 34 tahun jumenengan. Tema Narawandira secara harfiah menurutnya berarti manusia dan kontinuitas alam.
ADVERTISEMENT
Budaya Jawa menurut dia kerap merefleksikan hubungan antara alam sebagai kausalitas. Alam menjadi jawaban dari kebutuhan manusia yang wruh lan wanuh marang pertiwi. Di sisi lain, alam juga sebagai bagian dari makro-kosmos yang kerap memberi kejutan bagi mereka yang tak acuh dan tak pernah asuh terhadap buminya.
“Jika ditelaah lebih mendalam, alam dan manusia memiliki hubungan integral yang saling mengikat dan tarik-menarik. Pada titik ini, falsafah Hamemayu Hayuning Bawana dari Pangeran Mangkubumi begitu selaras untuk diejawantahkan. Menjaga dan merawat keserasian dunia menjadi tugas yang semestinya diemban manusia seutuhnya, seperti halnya judul pameran Narawandira, manusia yang menjadi agen kontinuitas alam,” imbuhnya.
Berbagai tanaman yang ditanam di kawasan Keraton Yogyakarta. Foto: Kraton Jogja
Kedekatan Keraton Yogyakarta dengan alam menurut dia juga telah termaktub dalam babad maupun arsip-arsip lokal. Pangeran Mangkubumi dengan prinsip Salumahing bumi lan sakurebing langit kagunganing nata lebih dahulu membuka hutan beringin untuk dijadikan pusat pemerintahan baru dari Mataram di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Kawasan hutan beringin pun diubah menjadi lahan-lahan pertanian, perkebunan, hingga taman dan pesanggrahan untuk memenuhi ruang hidup. Masing-masing kawasan kemudian berkembang ada pesat hingga Yogyakarta menjadi daerah yang kaya akan sumber daya alam agraris.
“Pameran yang bertepatan dengan Perayaan Hari Penegakan Kedaulatan Negara ini menandai keterbukaan Keraton, agar khususnya bisa mencapai sasaran pengunjung generasi digital yang dituju,” ujar Sri Sultan HB X.
Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Nityabudaya GKR Bendara sekaligus Ketua Pelaksana dan Penanggung Jawab Pameran Narawandira mengatakan bahwa lebih dari 10 dekade setelah peradaban hutan beringin dibangun Pangeran Mangkubumi, Yogyakarta menjelma menjadi kota kerajaan yang subur. Kedekatan keraton dengan alam pun secara kontekstual dimanifestasikan dalam falsafah Hamemayu Hayuning Bawana.
Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Nityabudaya GKR Bendara. Foto: Kraton Jogja
Kontinuitas dari keraton dan alam selanjutnya mewujud pada pemanfaatan vegetasi tepat guna dalam berbagai kepentingan, baik sakral maupun profan. Pameran ini menjadi potret dari keberlangsungan keraton dalam menjaga alam dan merawat kontinuitas dari narasi historis Yogyakarta sebagai kota peradaban di antara bentang alam Merapi dan Laut Selatan.
ADVERTISEMENT
“Oleh sebab itu, kami melalui Kawedanan Radya Kartiyasa menggelar pameran Narawandira. Nara berarti manusia, wandira berarti beringin. Beringin sering menjadi representasi dari seorang pemimpin, sebab memiliki keistimewaan yaitu kuat dan kokoh, mudah beradaptasi, menjadi pengayom dan penopang, dapat memberi manfaat dan terus bertumbuh. Kami ingin memberi potret dari peran manusia sebagai tokoh utama dalam pelestarian alam,” ujar GKR Bendara.