GKR Mangkubumi: Saya Ingin Yogya Jadi Seperti Edinburgh, Kazan, dan Kyoto

Konten Media Partner
15 Oktober 2022 13:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
GKR Mangkubumi saat menjadi pembicara di 'Dialog Jogja Masa Depan' di Kompleks Kepatihan, Jumat (14/10). Foto: Humas Pemda DIY
zoom-in-whitePerbesar
GKR Mangkubumi saat menjadi pembicara di 'Dialog Jogja Masa Depan' di Kompleks Kepatihan, Jumat (14/10). Foto: Humas Pemda DIY
ADVERTISEMENT
Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Datu Dana Suyasa yang memiliki kewenangan di dalam pengelolaan pertanahan di lingkungan Keraton Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi mengungkapkan keinginannya untuk menjadikan Yogyakarta sebagai salah satu warisan budaya dunia. Hal itu menurut dia telah menjadi salah satu prioritas pembangunan Yogyakarta ke depan.
ADVERTISEMENT
Dengan warisan budaya yang dimiliki oleh Yogyakarta, GKR Mangkubumi ingin Yogyakarta menjadi seperti Edinburgh di Skotlandia, Kazan di Rusia, atau Kyoto di Jepang, yang sudah lebih dulu ditetapkan sebagai warisan dunia.
“(Saya ingin) kita tidak kalah dengan edinburgh, kita tidak kalah dengan Kyoto, kita tidak kalah dengan Kazan yang ada di Rusia,” kata GKR Mangkubumi saat menjadi pembicara dalam Dialog Jogja Masa Depan di Kompleks Kepatihan, Jumat (14/10).
Untuk menjadikan Yogyakarta seperti Edinburgh, Kazan, maupun Kyoto, menurut dia kuncinya terletak pada pengendalian pembangunan. Dia optimis, pengendalian pembangunan ini bisa dilakukan jika semua stakeholder bekerja sama dengan baik, mulai dari tingkat paling bawah sampai di tingkat provinsi.
Para lurah menurutnya memegang peran yang sangat penting dalam upaya pengendalian pembangunan ini. Sebab, mereka adalah garda terdepan yang bersinggungan langsung dengan masyarakat di level kalurahan. Dia berharap, para lurah dan masyarakat di kalurahannya bisa ikut berperan aktif dalam menjaga keistimewaan Yogyakarta sekaligus melakukan pengendalian terhadap pembangunan yang ada.
ADVERTISEMENT
“Kita ini yang punya rumah. Jadi, jangan sampai orang yang bertamu itu justru yang merusak wilayah kita,” ujarnya.
Dia berharap, para lurah bisa menjaga wilayah mereka dari investor-investor tak bertanggung jawab yang akhirnya justru akan menyebabkan kerusakan.
“Kita enggak butuh investor yang besar-besar, yang kemudian booking-nya 100 hektar, tapi akhirnya cuma ngerusak. Nah kita yang punya rumah cuma nonton,” tegasnya.
Pemandangan Kota Edinburgh di Skotlandia. Foto: Pixabay
Terkait dengan penggunaan tanah kasultanan atau Sultan Ground (SG), dia mempersilakan pemanfaatan tanah tersebut oleh masyarakat. Sebab, saat ini juga masih banyak tanah-tanah SG yang menganggur dan belum dimanfaatkan.
Namun yang perlu digaris bawahi adalah, penggunaan tanah tersebut menurut dia harus sesuai dengan tata ruang dan budaya di sekitarnya.
“Kalau kita bicara tanah, monggo, tanah SG itu bisa dipakai. Yang penting sesuai dengan tata ruang, sesuai dengan budaya di sekitar. Jadi, saya dikasih tahu saja, mau untuk apa. Kalau sesuai ya saya ndak masalah, wong tanah e yo akeh sing nganggur (tanahnya juga banyak yang menganggur),” kata GKR Mangkubumi.
ADVERTISEMENT
Acara tersebut juga dihadiri oleh sejumlah tokoh lain, di antaranya Sekretaris Daerah DIY, Kadarmanta Baskara Aji; Kepala Bappeda DIY, Beny Suharsono; Panuradya Pati Kaistimewaan, Aris Eko Nugroho; serta Penghageng Pambudidaya Kadipaten Pakualaman, KHP Kusumoprasastho.