Konten Media Partner

Gunungkidul Satu-satunya Kabupaten di DIY yang Tak Pernah Alami Bonus Demografi

19 Desember 2023 11:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Papan nama Kabupaten Gunungkidul. Foto: Pemkab Gunungkidul
zoom-in-whitePerbesar
Papan nama Kabupaten Gunungkidul. Foto: Pemkab Gunungkidul
ADVERTISEMENT
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Tri Saktiyana, mengungkapkan bahwa Gunungkidul menjadi satu-satunya kabupaten/kota di DIY yang tidak pernah menikmati bonus demografi.
ADVERTISEMENT
Sebagai informasi, bonus demografi merupakan situasi di mana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak ketimbang penduduk usia tidak produktif.
“Ada satu kabupaten di DIY yang tidak pernah mengalami bonus demografi, Kabupaten Gunungkidul, itu tidak pernah menikmati bonus demografi,” kata Tri Saktiyana dalam acara sarasehan Yogya Semesta di Pendapa Wiyatapraja di Kompleks Kepatihan Yogyakarta pada akhir pekan kemarin.
Hal ini disebabkan karena sebagian besar generasi muda di Gunungkidul memilih pergi dari kampung halamannya setelah lulus sekolah.
“Karena begitu lulus sekolah menengah, pikirannya pergi. Walaupun mengirimi tiap lebaran dan sebagainya, tapi pergi,” lanjutnya.
Plt Kepala Bappeda DIY, Tri Saktiyana, saat menjadi narasumber dalam acara Yogya Semesta. Foto: Dok. Istimewa
Di DIY secara umum, bonus demografi juga akan berakhir lebih cepat daripada provinsi lain di Indonesia. Jika di provinsi lain bonus demografi rata-rata bisa dinikmati sampai tahun 2043, di DIY bonus demografi hanya akan terjadi sampai tahun 2033 atau 10 tahun lebih cepat.
ADVERTISEMENT
“Kalau provinsi yang lain (bonus demografi) bisa dinikmati sampai tahun 2043, DIY hanya sampai 2033, paling cepat berakhir bonus demografinya,” kata dia.
Hal ini terjadi karena komposisi penduduk Yogya semakin lama semakin banyak yang berusia tua, di sisi lain pertumbuhan penduduknya hanya 1,8 atau lebih kecil dari yang dicanangkan program keluarga berencana.
Melihat situasi tersebut, maka perekonomian DIY mesti diarahkan kepada silver economy, yakni perekonomian yang didedikasikan kepada penduduk senior. Hal ini menurutnya adalah bentuk dari industri ekonomi kreatif baru.
“Selera dari senior citizen itu beda dari yang umum. Kalau senior citizen banyak duitnya kan harus kita ladeni. Ini senior citizen, ekonomi kreatif baru yang harus kita pikirkan di tahun 2024,” kata Tri Saktiyana.
ADVERTISEMENT