Konten Media Partner

Imbas Kasus Fraud, Pelaku Startup Jogja Mengaku Sulit Dapat Investor

21 Januari 2025 17:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi startup. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi startup. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Sejumlah pelaku startup di Jogja mengeluhkan sejumlah fraud yang terjadi di dalam ekosistem startup Indonesia. Salah satu dugaan fraud yang paling menjadi perhatian adalah kasus di eFishery.
ADVERTISEMENT
Kasus-kasus fraud yang terjadi dinilai membuat pelaku startup, termasuk di Jogja kesulitan untuk mendapatkan pendanaan.
“Dampaknya sangat signifikan pada kepercayaan investor, baik itu venture capital maupun angel investor. Karena dengan fraud tersebut investor berpikir ulang untuk melakukan investment ke startup,” kata salah satu pelaku startup di Jogja, Rika Anggoro, saat ditemui Pandangan Jogja, pekan kemarin.
Kasus fraud yang terjadi menurut Anggoro secara umum adalah terkait manipulasi laporan keuangan.
Sepanjang 2024 kemarin, jumlah startup di Jogja yang berhasil mendapatkan pendanaan menurutnya juga sangat menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kasus-kasus fraud yang terjadi kata dia telah memperburuk situasi di tengah fenomena tech winter.
“Di Jogja bisa dihitung jari startup yang mendapatkan pendanaan sepanjang tahun kemarin,” ujarnya.
Salah seorang pelaku startup di Jogja, Rika Anggoro. Foto: Iqbaltwq/Pandangan Jogja
Hal sama disampaikan Ketua Bidang Startup & Inkubasi Asosiasi Himpunan Pengembangan Ekosistem Alkes Indonesia (HIPELKI), Azmiansyah. Ia juga menyebut kasus-kasus fraud yang terjadi di ekosistem startup telah berdampak pada menurunnya kepercayaan investor kepada pelaku startup di Indonesia, termasuk Jogja.
ADVERTISEMENT
Terlebih dengan adanya pemerintahan baru dengan berbagai regulasi yang baru juga sehingga membuat para investor semakin berhati-hati dalam berinvestasi.
“Tingkat kepercayaan semua investor menjadi menurun, tidak terkecuali dari angel Investor sampai Capital Venture. Didukung lagi adanya perpindahan pimpinan negara yang baru, membuat banyak regulasi yang berubah menjadi semua sangat hati hati dalam berinvestasi,” kata Azmiansyah.
Pendidikan etika bisnis dan profesional di dalam ekosistem startup di Indonesia kata dia juga masih sangat minim. Semua pihak kata dia masih fokus pada akuisisi startup oleh venture capital, naik level, dan seterusnya.
“Hal ini membuat banyak founder dan co-founder lupa bagaimana menjaga konsistensi startup dan menjaga komitmen dasar kepercayaan itu hilang. Dibutuhkan Edukasi Ethical Startup untuk menjaga komitmen startup,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
VP Investment & Founding Team Maven Asia Capital, Erwin Arifin, menilai bahwa kasus-kasus ini menjadi ujian besar bagi ekosistem startup di Indonesia. Jika ekosistem startup Indonesia mampu melewati masa-masa ini, maka ia yakin akan berkembang ke arah yang lebih kuat.
“Dengan memperkuat tata kelola, meningkatkan transparansi, dan mengedepankan etika bisnis, ekosistem ini dapat menjadi lebih solid,” ujarnya.
Sebagai investor, Erwin juga menyebut bahwa kualitas dan tingkat kerincian dari due diligence atau pemeriksaan menyeluruh menjadi salah satu faktor penting untuk membangun ekosistem yang sehat.
“Tim kami di Maven selalu mengedepankan proses due diligence yang detail untuk menjaga kepentingan dari investor kami. Kami percaya bahwa proses due diligence yang baik juga akan berdampak positif bagi perusahaan yang kami investasikan,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
“Sejak tahun 2020, tim kami selalu menerapkan fondasi transparansi dan monitoring operasional dengan perusahaan portfolio. SOP ini sudah kami terapkan dari awal, bahkan dari sebelum kami melakukan investasi ke dalam suatu perusahaan,” kata Erwin.