Infeksi Parasit Cacing Ditemukan pada Burung Kuntul yang Mati Massal di Bantul

Konten Media Partner
25 Februari 2021 19:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penampakan puluhan burung kuntul kerbau yang mati masal secara mendadak di hutan mangrove, Bantul. Foto: Dokumen Karang Taruna Unit Keluarga Pemuda/Pemudi Baros (KP2B) Tirtohargo.
zoom-in-whitePerbesar
Penampakan puluhan burung kuntul kerbau yang mati masal secara mendadak di hutan mangrove, Bantul. Foto: Dokumen Karang Taruna Unit Keluarga Pemuda/Pemudi Baros (KP2B) Tirtohargo.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DIY telah melakukan pengujian sampel burung kuntul kerbau yang mati secara massal di kawasan hutan mangrove pantai Baros, Tirtohargo, Kretek, Bantul. Diagnosa sementara, kematian mendadak puluhan anakan kuntul disebabkan karena infeksi parasit cacing yang parah serta dehidrasi berat.
ADVERTISEMENT
Diagnosa ini didasarkan pada hasil uji sampel di Balai Besar Veteriner (BBVET) Wates. Ada beberapa pengujian yang dilakukan, di antaranya nekropsi, uji histopatologi, serta PCR flu burung atau avian influenza.
“Dari hasil nekropsi, ditemukan bahwa terdapat banyak parasit cacing di saluran pencernaannya,” kata Kepala Balai KSDA DIY, Muhammad Wahyudi di Jogja, Kamis (25/2) petang.
Selain itu, hasil pengujian juga menunjukkan bahwa kuntul dalam kondisi dehidrasi berat. Diperkirakan, kondisi dehidrasi ini disebabkan karena anakan kuntul yang jatuh dari sarang tidak mendapatkan asupan makanan selama beberapa hari.
“Karena itu dia mengalami dehidrasi berat hingga akhirnya mati,” lanjutnya.
Kepala Balai KSDA DIY, Muhammad Wahyudi, dalam sebuah jumpa pers di Jogja. Foto: Istimewa.
Sementara itu, hasil rapid tes flu burung menunjukkan hasil negatif. Namun untuk menguatkan hasil rapid rapid tersebut, dilakukan pengujian lanjutan melalui PCR flu burung. “Kita masih menunggu hasil PCR flu burung ini,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Selain menunggu hasil PCR flu burung, dokter hewan Balai KSDA DIY, drh Yuni Tita Sari juga mengatakan bahwa sampai sekarang mereka masih menunggu hasil identifikasi parasit cacing yang ada dalam saluran pencernaan kuntul kerbau.
“Jadi kami lanjutkan dengan uji identifikasi jenis cacingnya, tapi hasilnya belum keluar,” kata Yuni Tita Sari.
Adapun dehidrasi yang dialami anakan kuntul kerbau disebabkan karena mereka terjatuh dari sarangnya ketika terjadi hujan deras dan angin kencang. Mereka yang terjatuh kemudian tidak bisa naik lagi ke sarang, sehingga mati karena tidak mendapatkan asupan makanan dan minuman. “Kalau untuk PCR flu burung semoga hasilnya baik,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, puluhan burung kuntul kerbau di kawasan hutan mangrove pantai Baros, Bantul, mengalami kematian secara massal. Kematian itu sudah terjadi selama sekitar sepekan terakhir.
ADVERTISEMENT
Untuk mencegah semakin banyak kuntul kerbau yang mati, sembari menunggu langkah dari pemerintah, pengelola kawasan hutan mangrove pantai Baros mencoba menyelamatkan kuntul-kuntul yang jatuh dengan memberinya makan dan minum.
“Yang bisa kami lakukan ya selamatkan yang masih hidup, kita kasih makan biar enggak mati,” kata Ketua Seksi Konservasi Karang Taruna Unit Keluarga Pemuda/Pemudi Baros (KP2B) Tirtohargo, Wawan Widia Ardi Susanto, Rabu (24/2) siang di Jogja. (Widi Erha Pradana / YK-1)