Ini Cara Menghindari Pencurian Data dari Taktik Sebar Survei Google Form

Konten Media Partner
20 Februari 2021 13:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mengamankan data pribadi. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mengamankan data pribadi. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Pencurian data pribadi bisa dilakukan melalui banyak cara, salah satunya melalui survei Google Form. Dengan dalih tujuan tertentu seperti penelitian atau pendaftaran program tertentu, target akan diminta mengisi formulir digital berupa data-data pribadinya.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini beredar viral pengisian formulir vaksinasi untuk lansia yang menggunakan Google Form. Otoritas Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memastikan bahwa form tersebut asli dari otoritas. Namun beberapa pakar data menyayangkan penggunaan google form oleh otoritas karena rawan terjadi pencurian data.
Sementara bagi masyarakat, penting untuk mengerti bagaimana memastikan google form benar-benar berasal dari instansi resmi sehingga terhindar dari pencurian dan penyalahgunaan data pribadi.
Pakar data dari Ilmu Komputer UGM, Mardhani Riasetiawan menjelaskan bagaimana memahami ciri-ciri Google Form asli dan palsu sehingga kita bisa terhindar dari pencurian data.
Penipuan menggunakan Google Form menurut Mardhani sangat mudah dilakukan. Sebab, pada prinsipnya membuat formulir di Google Form dapat dilakukan oleh siapa saja asal dia memiliki akun Gmail.
ADVERTISEMENT
“Maka paling aman jika Google Form ini dilekatkan pada situs resmi instansi tersebut,” kata Mardhani ketika dihubungi, Jumat (19/2).
Untuk memastikan sebuah formulir pada Google Form asli atau benar, secara umum formulir tersebut mustilah dibuat dengan kriteria yang baik.
Adapun kriteria yang baik tersebut, pertama dibuat dengan akun Gmail dari organisasi resmi yang biasanya akan tercantum dan terkonfirmasi dalam laman resmi instansi tersebut.
Jika pembuat formulirnya adalah perorangan, maka perlu dicek apakah pemilik akun tersebut menggunakan nama akun yang benar atau serius. Sebab, terkadang oknum-oknum penipu ini akan menggunakan penamaan yang ambigu, jika ini terjadi maka perlu dicek lebih lanjut.
Pertanyaan yang Relevan dengan Tujuan
Setelah itu, konten yang ada di dalam formulir juga harus dicermati betul. Formulir dari instansi resmi tentu akan menyertakan informasi lengkap dari identitas resminya serta ketentuan dari penggunaan formulir dan datanya.
ADVERTISEMENT
“Semacam ada klausul yang disetujui oleh pihak pengisi yang memberikan privileges kepada pembuat form untuk menggunakan datanya,” ujar Mardhani.
Kita juga harus mengecek, seberapa sensitif informasi yang diminta melalui formulir tersebut. Jika meminta data yang tidak representatif atau menyasar informasi yang terlalu sensitif dan sebenarnya tidak diperlukan, maka perlu ditelusuri lebih lanjut.
Pada level ini, kita harus benar-benar berhati-hati. Kita harus memperhatikan apakah informasi yang ditanyakan relevan dengan tujuan pengisian formulir.
“Saran saya jika ada pertanyaan yang memang tidak relevan, amannya form jenis ini dihindari atau tidak perlu direspons,” kata dia.
Pembuat formulir melalui Google Form yang baik biasanya juga akan menyampaikan data yang diisi oleh pengguna ke pengolah data yang jelas. Sehingga, pengisi formulir mendapatkan umpan balik dan manfaat dari mengisi formulir tersebut.
ADVERTISEMENT
“Meskipun ini sangat menyesuaikan dari keperluan spesifik form-nya,” ujar Mardhani.
Jika masih ragu dengan keaslian formulir tersebut, maka jalan terakhir adalah langsung mengkonfirmasinya ke instansi yang tercantum dalam formulir tersebut.
Berhak Menolak untuk Mengisi Form
Di satu sisi, penggunaan Google Form memang sangat memudahkan, tapi sebenarnya untuk instansi resmi, sebaiknya membuat formulir yang lebih resmi dan diletakkan pada laman resmi instansi tersebut, sehingga tanggung jawabnya menjadi jelas.
“Jika hanya menyebar dari WhatsApp ke WhatsApp, maka ini menjadi satu poin ketidakjelasan asal muasal dan status resmi atau tidaknya,” kata Mardhani.
Meskipun, terkadang instansi resmi tetap melakukan hal tersebut dengan alasan untuk mempercepat proses pendataan. Namun edukasi mengaplikasikan Google Form dengan baik menurut Mardhani tetap perlu dilakukan, dan calon pengisi berhak untuk tidak merespons jika formulir tersebut tidak memenuhi standar kelayakan.
ADVERTISEMENT
“Jika memang cara penyampaian dan bentuk form tidak sesuai dengan catatan-catatan di atas, maka menjadi hak bagi calon pengisi untuk merespons atau tidak,” ujarnya.
Selain itu, pembuat formulir yang baik biasanya akan menyediakan tautan atau kontak baik telepon atau email pada formulirnya untuk menangani hal-hal bermasalah di kemudian hari.
Edukasi terkait pemanfaatan Google Form menurut Mardhani masih harus terus dilakukan. Pasalnya, belakangan pencurian data melalui Google Form menurut dia sedang merajalela.
“Modusnya koleksi data dulu, kemudian ditawarkan atau dijual ke instansi terkait. Jadi kayak broker atau mafia data,” kata Mardhani. (Widi Erha Pradana / YK-1)