Konten Media Partner

Jadilah Badak Jawa, Sosok yang Tenang dan Tidak Punya Musuh

22 September 2021 12:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Karena tanggal 22 September merupakan Hari Badak Sedunia (World Rhino Day), maka marilah mencontoh perilaku baik badak jawa.
Ilustrasi badak jawa. Foto: KemenLHK
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi badak jawa. Foto: KemenLHK
Jika ada hewan yang perlu dicontoh perilakunya oleh manusia, badak jawa adalah salah satunya. Badak jawa atau Rhinoceros sondaicus memiliki sifat-sifat unik yang tak dimiliki satwa lain. Sejumlah sifat yang dimiliki badak jawa bahkan bisa jadi contoh untuk manusia. Ya, meski binatang, tak ada salahnya kita belajar pada badak jawa atau sering disebut juga badak bercula satu.
ADVERTISEMENT
Mengutip artikel dalam badak.or.id, badak jawa memiliki sifat yang tenang, tentunya jika tidak dalam kondisi merasa terancam. Biasanya, badak jawa akan lebih agresif ketika sedang mengasuh anaknya, layaknya orangtua mereka akan sangat protektif jika ada sesuatu yang mengancam anak mereka. Tapi dalam kondisi normal, badak jawa akan bersikap tenang dan sangat bersahabat dengan hewan lain.
Jadi jangan salah, meskipun badak jawa punya tubuh yang besar serta cula yang menyeramkan, tapi dia bukanlah tipe hewan yang suka bikin keributan. Badak jawa (juga jenis badak lain) justru lebih suka bersantai dengan berendam di dalam kubangan lumpur yang ada di dalam hutan. Hal ini bertujuan untuk menjaga suhu tubuh badak jawa dan mencegah terjadinya serangan parasit yang dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit di kulitnya.
Ilustrasi badak jawa. Foto: Istimewa
Dalam penelitian Santiapillai C pada 1992 juga menyebutkan bahwa badak jawa cenderung lebih pendiam dibandingkan jenis badak lain, misalnya yang ada di Indonesia adalah badak sumatra. Dibandingkan badak sumatra, badak jawa jauh lebih sedikit mengeluarkan suara. Jadi, ibarat manusia badak jawa bukanlah tipe orang yang cerewet atau banyak omong. Tapi jangan sekali-sekali usil dengan mereka, karena sekali injak tulang punggumu akan langsung remuk, dan ketika kena seruduk culanya, sulit membayangkan nyawa kita bisa selamat.
ADVERTISEMENT
Satu lagi fakta menarik tentang badak jawa adalah, mereka tidak memiliki musuh. Artinya, badak jawa tidak memiliki predator di dalam hutan. Karena termasuk herbivora, mereka juga tidak memangsa hewan lain. Satu-satunya musuh alami badak jawa adalah manusia, yang juga menjadi penyebab kritisnya populasi badak saat ini karena melakukan perburuan badak besar-besaran untuk diambil culanya.
Perburuan besar-besaran itu misalnya terjadi di Indonesia, yang saat itu masih dijajah oleh Belanda. Pada sekitar abad ke-18, badak jawa masih sangat mudah ditemui di sekitar pemukiman penduduk. Bahkan, hewan satu ini sempat dianggap sebagai hama karena kerap merusak tanaman pertanian warga.
Badak jawa di Ujung Kulon. Foto: Istimewa
Sudarsono Djuri dalam Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus) Salah Satu Ttipan Tuhan bagi Bangsa Indonesia menyebutkan saat itu pemerintah kolonial Belanda yang kala itu masih berkuasa di Indonesia sampai mengadakan sayembara dengan total hadiah sebesar 10 gulden bagi siapa saja yang berhasil membunuh badak jawa.
ADVERTISEMENT
Sekitar 200 sampai 300 tahun silam, badak jawa masih banyak ditemukan di hutan-hutan tropis dataran rendah di Myanmar, Thailand, Malaysia, Kamboja, Vietnam, dan tentunya di Indonesia. Namun perburuan besar-besaran tersebut, membuat badak jawa dinyatakan punah di banyak negara dan kini hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Saat ini, populasinya hanya tersisa 75 ekor dan dilindungi secara ketat di dalam taman nasional.
Selain badak jawa, sebenarnya ada empat spesies badak lain yang ada di dunia, di antaranya badak sumatra, badak india, badak hitam serta badak putih yang tinggal di Afrika. Dari semua spesies, badak jawalah yang populasinya paling langka sehingga tidak heran jika sampai menjadi perhatian khusus lembaga konservasi internasional. Kendati demikian, bukan berarti populasi badak yang lain aman, semuanya termasuk satwa dilindungi yang statusnya terancam punah.
Ilustrasi badak sumatera. Foto: Istimewa
Sayangnya, meningkatkan populasi badak jawa tidak semudah membalikan telapak tangan. Badak jawa merupakan satwa penyendiri yang sangat pemalu, sehingga membuatnya sulit untuk mendapatkan pasangan untuk melakukan reproduksi. Sifat ini juga yang membuat para peneliti kesulitan untuk meneliti badak jawa, sehingga aktivitasnya selama ini hanya dipantau melalui camera trap.
ADVERTISEMENT
Belum lagi jika sudah berbicara degradasi habitat dan semakin sedikitnya sumber makanannya di habitat alaminya, permasalahan akan lebih kompleks. Dalam Jurnal Konservasi (Conservation Letter), para pakar juga menyebutkan salah satu ancaman populasi badak jawa adalah aktivitas vulkanis gunung Anak Krakatau yang ada di dekat TNUK, habitat para badak jawa.
Dalam studi tersebut, pakar memproyeksikan akan terjadi bencana tsunami setinggi 10 meter dalam 100 tahun ke depan sehingga akan mengancam 80 persen area TNUK. Karena alasan itu, para peneliti kemudian menyarankan untuk segera membangun habitat baru untuk badak jawa, seperti di Hutan Baduy, Taman Nasional Halimun-Salak, Cagar Alam Sancang, serta Cikepuh.
22 September, yang diperingati sebagai Hari Badak Sedunia (World Rhino Day), merupakan momen penting untuk mengingatkan lagi pentingnya pelestarian badak jawa, juga spesies badak lainnya. Mengutip rhinos.org, Hari Badak Sedunia sudah diperingati sejak 2011 silam. Dan pada tahun ini, Hari Badak Sedunia mengusung tema Keep the Five Alive, atau Menjaga Kelimanya Tetap Hidup yang tentu merusuk pada lima spesies badak yang tersisa di dunia ini: badak jawa, badak sumatra, badak india, badak hitam, serta badak putih.
ADVERTISEMENT