Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Jadul tapi Bisa Hits Banget, Ini Kisah Pionir Roti Gembong Membangun Brand
1 Juli 2021 18:20 WIB
·
waktu baca 5 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:52 WIB
ADVERTISEMENT
Sudah tahu kan Roti Gembong Gedhe? Itu adalah merek atau brand pionir roti gembong yang sedang hits-hitsnya di Yogya dan Jateng. Roti jadul khas Kutai Kartanegara itu sukses diadopsi di Yogya dan Jawa pada umumnya hingga hanya dalam 2 tahunan bisa ngebut membuka 69 cabang.
ADVERTISEMENT
Meski para pendiri tak menyangka bisnis roti gembong dengan Brand Roti Gembong Gedhe bisa cepat sekali tumbuh, tapi sejatinya, semuanya disiapkan dengan sangat cermat dan inovatif. Termasuk untuk urusan visi brand.
“Brand-nya sejak awal dibangun sebagai produk roti atau bakery lawasan, kuno, jadul. Makanya kita pakai warna-warna coklat, kuning, merah untuk branding. Trus logo, kemasan, instagram, pakai tukang bakery kuno, dan nantikan terus kejutan produk-produk terbaru Roti Gembong Gedhe yang semuanya adalah roti jadul tapi dijamin lezat dan kekinian,” terang Kepala Divisi Brand Building Roti Gembong Gedhe, Gus Patub, di Yogya, pertengahan Juni ini.
Bukan tanpa alasan Gembong Gedhe membangun mereknya dengan visi jadul tapi relevan bagi khalayak luas hari ini. Roti gembong banyak dipercaya sebagai roti kuno khas Kartanegara bahkan konon sudah ada sejak zaman Kerajaan Kutai Kartanegara tahun 1575.
ADVERTISEMENT
Tak ada catatan pasti kala itu menggunakan jenis tepung apa, tapi awalnya, roti dengan bentuk persegi panjang dan tekstur menggembung ini merupakan hidangan bagi kaum bangsawan kerajaan Kutai saat sarapan maupun pada hari-hari besar. Roti gembong juga jadi hidangan wajib untuk menyambut tamu-tamu penting kerajaan.
Gus Patub mengatakan, jika di masanya roti gembong adalah hidangan istimewa, maka kalau ingin menghadirkan untuk generasi hari ini, itu juga harus menjadi sesuatu yang istimewa.
“Jadi bukan asal bikin lawas-lawasan atau jadul-jadulan di desain kemasan saja enggak. Justru kita memiliki visi untuk bisa menghadirkan semua hidangan jadul ke generasi hari ini, tentu dengan sentuhan baru dan teknologi adonan bakery yang relevan dengan cita rasa hari ini,” kata Gus Patub, seraya menambahkan dengan senyum mengembang, “nanti Pak Direktur biar bocorkan kejutan produk baru kita. Sebentar lagi sudah akan ada di semua outlet kita.”
ADVERTISEMENT
Sang Direktur, Rifawan Pradipta Kusuma atau yang biasa dipanggil Adip, yang duduk di dekat Gus Patub langsung saja menimpali dengan tertawa lebar,” sudah bilang saja Gus, ini kita mau hadirkan namanya Roti Budhe yang terinspirasi dari roti jadul juga. Itu Gus Patub yang bikin namanya. Bulan depan sudah ada di semua outlet Roti Gembong Gedhe.”
Oh ya, Roti Gembong Gedhe sebenarnya juga sudah punya produk baru bernama Spongde yang dibuat dengan adonan tepung yang menghadilkan tekstur jauh lebih lembut lagi. Manajemen menjanjikan Roti Budhe akan menjadi pilihan berikutnya yang akan mengingatkan pada roti yang pernah hits di masa lalu.
"Kita mengambil inspirasi tapi dieksekusi dengan cara baru. Berbeda dengan roti kuno itu tapi inspirasinya dari sana. Konsumen hari ini pasti bakal menyukai dan tak banyak yang akan mengerti bahwa itu sebenarnya roti yang sudah lawas banget," kata Gus Patub.
ADVERTISEMENT
Hhmmm, baiklah, kita tunggu Gus!
Asal-usul Nama Gembong Gedhe
Sebelum Adip membuka Roti Gembong Gedhe (dulu masih bernama Roti Gembong Mokoh) pertama di Jalan Gejayan, Yogya pada awal 2019, roti gembong sama sekali tak ada dalam daftar pilihan roti orang-orang Yogya dan Jateng. Itu, roti apaan sih?
“Itu masa berat banget, mengenalkan pertama kali Roti Gembong Gedhe, rasanya lembut, lezat, itu sulit. Saya produksi 80 potong doank sehari selalu nyisa, susah banget jualnya,” kata Adip.
Menurut Adip, kenapa masih sulit laku di awal, karena konsumen sama sekali tidak kenal apa itu roti gembong. Nama roti gembong yang berasal dari tekstur rotinya yang menggembung atau mengambang hasil dari adonan terigu dan olahan terbaik ini, belum pernah dirasakan oleh konsumen di Yogya. Adip pernah hampir menyerah.
ADVERTISEMENT
Tapi pandemi membawa takdir lain. Afan Syahdana, adiknya, yang kala itu masih kuliah di Singapura, pada awal Februari harus balik kampung sebab kampusnya memberlakukan lockdown. Sampai di Yogya, melihat kakaknya sedang merintis bisnis roti, tanpa pikir panjang Afan ingin ikut berbisnis.
“Karena yakin ini bakal laku. Karena teksturnya yang lembut, dan lezat sekali bahkan saat dalam kondisi tawar belum dikasih toping apa-apapun. Tapi kenapa toko kakak belum laku kan perlu proses pengenalan,” jelas Afan.
Keyakinan akan rahasia adonan terigu di dapur kakaknya inilah yang membuat Afan berani membuka gerai yang sama dengan sang kakak, tapi ia memilih di barat Jogja, di Jalan Godean KM, 6,5. Pertimbangannya saat itu, base customernya berbeda dengan kakaknya yang di Jalan Gejayan yang mayoritas mahasiswa, sementara di Godean, rumah tangga.
ADVERTISEMENT
“Jadi kakak bagian ngenalin ke market mahasiswa, saya ke market keluarga. Kami anggap ini akan saling melengkapi dan jadi jalan keluar efisien untuk mengenalkan roti gembong ke khalayak Yogya,” katanya.
Soal penamaaan, Afan tak mau sembarangan. Ia meminta pertimbangan sang bapak yang ternyata, sangat kebetulan, sejak lama sudah memiliki sebuah merek yang menurut ayahnya sangat bagus dan mudah diingat konsumen.
“Gedhe, bapak sudah lama terngiang-ngiang nama itu. Tapi enggak tau mau dipakai buat jualan apa. Ya sudah saya minta saja, pertimbangannya namanya sederhana dan berkorelasi dengan produk rotinya yang mengembang sampai besar. Jadi konsumen lebih jelas dan lebih mudah mengingat roti saya, gitu saja harapan awalnya,” papar Afan.
Keterlibatan Afan membawa peruntungan, rencana-rencana marketingnya mampu dieksekusi dengan baik. Dengan bantuan Gus Patub, pelan-pelan Roti Gembong Gedhe menemukan pola pemasarannya hingga tumbuh pesat seperti sekarang.
ADVERTISEMENT
Gus Patub bilang, yang paling penting dari mengelola brand bakeri adalah detil, disiplin, dan terus inovasi. Semua produk kuliner membutuhkan ketelatenan, ”tingkat dewa,” kata Gus Patub.
Karena itulah, sebagai penanggungjawab brand, Gus Patub menyandarkan visi Roti Gembong Gedhe pada produk-produk yang tak lekang zaman atau timeless. Klasik atau lawasan sebagai visi brand dinilai akan lebih tahan lama dan membuat orang tak gampang bosan.
“Kayak motor sport, dua tiga tahun masih keren, tapi setelah itu kan bosen. Kalau motor klasik semakin lama malah semakin keren,” kata Gus Patub.
Dengan visi dan ketekunan mengeksekusi detil kerja sehari-hari, majamen tak ingin Roti Gembong Gedhe hanya jadi euforia sesaat yang kemudian dilupakan masyarakat dalam dua atau tiga tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
“Saya dan Mas Adip, Mas Afan, dan semua tim berharap, Roti Gembong Gedhe akan bertahan untuk jangka panjang, semakin lama semakin tumbuh dan keren sehingga tetap relevan dengan perkembangan zaman,” kata Gus Patub. (Adv/YIA-1)
Baca Juga: