Jalan Panjang Proses Pembekuan Sel Telur seperti yang Dilakukan Luna Maya

Konten Media Partner
20 Januari 2022 17:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Luna Maya. Foto: Instagram Luna Maya
zoom-in-whitePerbesar
Luna Maya. Foto: Instagram Luna Maya
ADVERTISEMENT
Proses pembekuan telur atau egg freezing seperti yang dilakukan Luna Maya tidak sesederhana mengambil sel telur lalu membekukannya. Ada proses panjang yang mesti dilewati seorang perempuan sebelum dia bisa mengambil dan membekukan telur dari dalam rahimnya.
ADVERTISEMENT
Embriolog di Sub Instalasi Rawat Jalan Kesehatan Reproduksi Klinik Permata Hati RSUP Dr Sardjito, Ita Fauzia Hanoum, menjelaskan bahwa sebelum seorang perempuan bisa diambil telurnya, dia harus menjalani serangkaian pemeriksaan awal seperti USG, pemeriksaan awal, dan sebagainya untuk memastikan apakah telurnya bisa disimpan atau tidak.
Setelah serangkaian pemeriksaan awal selesai, pasien masih harus menjalani screening apakah dia menderita penyakit tertentu yang dapat mempengaruhi kualitas telur atau tidak.
“Misalnya apakah dia menderita HIV, hepatitis, atau virus tertentu yang bisa menurunkan kualitas telur, karena yang dibutuhkan kan telur yang kualitasnya optimal,” kata Ita Fauzia ketika dihubungi, Rabu (19/1).
Setelah proses screening selesai, pasien kemudian diberi obat stimulan untuk merangsang proses produksi telur di dalam indung telurnya. Jika proses stimulasi ini berhasil, dan telur yang ada sudah cukup matang, barulah ditentukan waktu pengambilan telur.
ADVERTISEMENT
“Cara pengambilan telurnya pasiennya biasanya dibius, setelah itu diambil telurnya menggunakan jarum tertentu melalui vaginanya,” lanjutnya.
Telur yang didapatkan kemudian dipilih, mana yang bisa disimpan dan mana yang tidak. Telur yang kualitasnya baik, kemudian segera dibekukan. Jika nanti pasien sudah siap untuk mencoba program kehamilan, telur tersebut bisa dicairkan dan disuntik dengan sperma untuk mencapai pembuahan dan selanjutnya dipindahkan ke rahim sebagai embrio.
Secara teoritis, lama penyimpanan telur ini sebenarnya bisa mencapai 50 tahun. Di luar negeri, terutama yang regulasinya mengizinkan donor sel telur, juga mengizinkan proses penyimpanan telur selama itu. Namun di Indonesia, rata-rata penyimpanan telur maksimal 10 tahun. Dasarnya, karena biasanya proses egg freezing ini dilakukan oleh pasien kanker, dimana proses pengobatan yang dia jalani berpotensi merusak telur di dalam rahimnya.
ADVERTISEMENT
“Dengan waktu 10 tahun pengobatan kanker kan sudah ada hasilnya, apakah dia sudah sembuh atau tidak selamat kan sudah ada jawabannya kemudian telurnya mau diapakan,” ujarnya.
Total, satu kali proses pengambilan dan pembekuan telur dari mulai pemeriksaan awal bisa memakan waktu 12 sampai 14 hari. Prosedur simpan bekunya sendiri sebenarnya hanya memakan waktu sekitar satu jam, sedangkan screeningnya di laboratorium hanya memakan waktu sekitar 2 sampai 3 jam. Namun yang memakan waktu lama adalah proses pengobatan atau stimulasi ovarium, yang bisa memakan waktu 7 sampai 10 hari.
Namun, terkadang proses stimulasi ovarium tak cukup sekali. Terutama untuk pasien-pasien yang sudah berumur di atas 35 tahun, biasanya mesti melakukan proses ini 2 sampai 3 kali, bahkan lebih karena meski telah distimulasi namun indung telurnya belum menghasilkan telur dengan jumlah dan kualitas yang cukup baik.
ADVERTISEMENT
“Jadi tidak pasti sekali langsung berhasil, kadang harus mengulang dua sampai tiga kali baru diperoleh telur yang cukup baik,” kata Ita Fauzia Hanoum.