Konten Media Partner

Jalan Rusak-Debu Akibat Tambang Ilegal Ancam Keselamatan 300-an Siswa di Sleman

24 Februari 2024 10:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para siswa di SMP Negeri 2 Prambanan, Sleman, saat pulang sekolah dan melewati jalan yang rusak akibat tambang ilegal. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Para siswa di SMP Negeri 2 Prambanan, Sleman, saat pulang sekolah dan melewati jalan yang rusak akibat tambang ilegal. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jalan rusak dan debu yang pekat akibat aktivitas tambang ilegal di Kalurahan Sumberharjo, Prambanan, Sleman, mengancam keselamatan 300-an siswa di SMP Negeri 2 Prambanan.
ADVERTISEMENT
Jalan yang rusak itu tepat berada di depan sekolah, dan lokasi penambangan hanya ada beberapa ratus meter di belakang sekolah. Akibat dilalui ratusan truk pengangkut tanah dari tambang ilegal tersebut tiap hari selama sebulan lebih, Jalan Pereng yang berada di depan sekolah pun hancur.
Jalan yang sebelumnya berupa aspal, kini hampir tak terlihat aspalnya sama sekali. Jalan itu kini terlihat sebagai jalan tanah yang bergelombang dan membuat debu-debu berterbangan setiap kali dilalui kendaraan.
Jalan rusak akibat dilalui truk pengangkut tanah dari tambang ilegal di Prambanan, Sleman. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Wakil Kepala SMP Negeri 2 Prambanan, Nunun Khotimah, mengatakan kondisi itu sangat mengganggu para siswa, terutama saat jam berangkat dan pulang sekolah. Sebab, selain jalan yang rusak, para siswa juga mesti berbagi jalan dengan truk-truk besar pengangkut tanah dari tambang ilegal tersebut.
ADVERTISEMENT
“Anak-anak juga mengeluh terutama yang naik sepeda, mereka mau cari jalan karena kalah dengan truk harus minggir-minggir, harus ekstra hati-hati. Kemarin juga ada yang jatuh juga karena jalan licin kalau habis hujan, tapi bukan siswa sini,” kata Nunun saat ditemui Pandangan Jogja pada Jumat (23/2) siang.
Belum lagi jalan yang bergelombang membuat truk-truk tersebut bergoyang saat berjalan. Dalam sebulan ini, sudah ada dua truk yang oleng dan jatuh ke samping.
“Takutnya kan pas ada siswa di sampingnya terus tertimpa. Jadi saya setiap hari itu was-was, gimana ini anak-anak saya,” kata dia.
Siswa SMP Negeri 2 Prambanan saat pulang sekolah, Jumat (23/2). Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Tak cuma itu, debu-debu yang sangat pekat saat dilalui kendaraan juga sampai masuk ke dalam kelas. Hal itu tentu sangat mengganggu proses pembelajaran.
ADVERTISEMENT
“Takutnya kan nanti bikin anak itu kena ispa atau apa karena setiap hari kena debu yang sangat tebal,” ujar Nunun.
Untungnya dua hari ini tambang tersebut tak beroperasi setelah diviralkan oleh salah satu orang tua murid di media sosial. Dua hari lalu, jalan yang rusak itu juga telah diurug menggunakan tanah dan dipadatkan. Meski begitu, jalanan tersebut masih bergelombang dan tetap berdebu ketika dilalui kendaraan.
Pantauan Pandangan Jogja pada Jumat (23/2), di lokasi tambang juga masih terlihat ada dua kendaraan berat namun sedang tidak beroperasi.
Kondisi tambang ilegal di Prambanan, Sleman, pada Jumat (23/2). Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral (PUP ESDM) Daerah Istimewa Yogyakarta, Anna Rina Herbranti, menegaskan bahwa tambang yang beroperasi tersebut adalah tambang ilegal. Kemarin, Dinas PUP ESDM DIY bersama sejumlah OPD lain juga telah mendatangi tambang tersebut. Namun, belum diketahui siapa pemilik perusahaan yang melakukan penambangan ilegal itu.
ADVERTISEMENT
Terkait jalan yang rusak, karena ruas jalan tersebut berada di bawah kewenangan Pemerintah Kabupaten, maka penanganannya akan dilakukan oleh Pemkab Sleman.
“Tentunya diharapkan pihak desa atau kalurahan juga menjaga agar tidak ada truk-truk tambang ilegal tersebut lewat jalan tersebut, karena kalau tetap dilewati oleh truk-truk tersebut tetap saja jalan tersebut akan rusak atau semakin rusak karena tidak kuat menerima beban truk,” kata Anna saat dihubungi Pandangan Jogja, Jumat (23/2).