Konten Media Partner

Jogja-Kyoto, Sister Province yang Berakar pada Persahabatan Dua Pemimpin

20 November 2024 14:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kolase foto mantan Gubernur DIY, Sri Sultan HB IX (kiri) dan mantan Gubernur Profektur Kyoto, Yukio Hayashida (kanan). Foto: wikipedia dan city.ayabe.lg.jp
zoom-in-whitePerbesar
Kolase foto mantan Gubernur DIY, Sri Sultan HB IX (kiri) dan mantan Gubernur Profektur Kyoto, Yukio Hayashida (kanan). Foto: wikipedia dan city.ayabe.lg.jp
ADVERTISEMENT
Hubungan kerja sama Sister Province antara Jogja dan Prefektur Kyoto menjadi Sister Province tertua yang ada di Indonesia. Tahun depan, hubungan kerja sama keduanya akan genap berusia 40 tahun.
ADVERTISEMENT
Mengutip penelitian Az-Zahra Firdausa Cahyani berjudul ‘Paradiplomasi Yogyakarta dengan Kyoto Melalui Sister Province’, kerja sama Jogja-Kyoto berawal dari persahabatan kedua pemimpin dua wilayah tersebut, yakni Sultan Hamengku Buwono IX dan Yukio Hayashida.
Hubungan keduanya bermula saat Yukio ditugaskan sebagai manajer Angkatan Udara Jepang di Yogya pada masa Perang Dunia II. Saat itu, Sultan HB IX adalah pemimpin sekaligus Raja di Yogyakarta.
Gubernur Kyoto, Takatoshi Nishiwaki dan Gubernur DIY, Sri Sultan HB X. Foto: Humas Pemda DIY
Hubungan keduanya berlanjut sampai saat Yukio diangkat menjadi Gubernur Kyoto pada periode 1978-1986. Saat itu, ketika Sultan HB IX menjadi Gubernur DIY, keduanya sepakat untuk menjalin kerja sama Sister City pada 16 Juli 1985.
Selain persahabatan dua pemimpin itu, Sister Province Jogja-Kyoto juga diperkuat oleh kesamaan historis, bahwa keduanya pernah menjadi ibu kota negaranya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Jogja pernah menjadi ibu kota Indonesia dari 4 Januari 1946 hingga 27 Desember 1949, sedangkan Kyoto adalah ibu kota Jepang selama lebih dari seribu tahun, dari 794 hingga 1868.
Sampai saat ini, kerja sama Sister Province Jogja-Kyoto terus diperbarui setiap 5 tahun sekali dengan cakupan kerja sama pada berbagai bidang, utamanya pendidikan, budaya, pariwisata, dan teknologi.