Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Joki Kartu Prakerja: Bawa 200 Orang Lolos 87, Biaya per Lolos Rp 500 Ribu
26 Februari 2021 19:19 WIB
ADVERTISEMENT
Joki Kartu Prakerja berpotensi menjauhkan tujuan dari diselenggarakannya program subsidi ini oleh pemerintah. Di media sosial, jasa joki Kartu Prakerja marak ditawarkan.
ADVERTISEMENT
Di Facebook misalnya, sebuah akun dengan terang-terangan menggunakan nama akun ‘Joki Prakerja 2021’. Di dalam unggahannya, akun tersebut dengan gamblang menawarkan jasa joki Kartu Prakerja sekaligus sebuah kontak yang bisa dihubungi.
“Aku cuma joki buat ngerjain (soal) pelatihan dan webinar (pelatihan online),” jawab joki tersebut ketika dihubungi, kemarin.
Dia sebenarnya tidak bisa memastikan pengguna jasanya lolos atau tidak, terutama untuk pengguna baru. Sebab, lolos tidaknya peserta tetap bergantung pada sistem di pusat.
Pertama, pelanggannya akan diminta untuk mengirimkan data pribadi seperti nama, nomor KTP, nomor KK, nomor telepon, alamat lengkap, pendidikan terakhir, serta foto KTP. Jika kliennya belum lolos, maka akan dicoba terus pada gelombang prakerja berikutnya sampai lolos.
Tapi tidak ada makan siang yang gratis. Bagi setiap klien yang berhasil lolos, maka uang yang dia dapatkan dari pemerintah melalui program Kartu Prakerja akan dipotong Rp 550 ribu sebagai biaya jasa joki.
ADVERTISEMENT
“Tahun kemarin yang daftar 200, lolos 87 orang. Tahun ini aku sudah bawa 300 orang, jadi yang belum lolos tahun kemarin aku ikutin lagi di yang sekarang,” kata si Joki.
Desi (bukan nama sebenarnya) pernah menggunakan jasa joki seperti itu. Dia memberikan data-data pribadinya kepada seorang joki yang dia temui di Facebook hanya dengan modal percaya. Perjanjiannya, jika dia lolos maka uang insentif dari program tersebut akan dipotong sebesar Rp 800 ribu.
Singkat cerita, Oktober tahun lalu dia lolos. Pada tahap pencairan pertama, mestinya dia mendapatkan Rp 600 ribu, tapi dia hanya menerima Rp 100 ribu karena Rp 500 ribu dipotong untuk biaya jasa joki. Si joki menjanjikan sisanya akan dikirimkan pada tahap pencairan berikutnya. Tapi nyatanya sampai sekarang dia tak pernah mendapatkan uang yang mestinya jadi miliknya.
ADVERTISEMENT
“ID prakerja sama akunnya yang pegang jokinya, saya enggak pegang, jadi enggak bisa ngapa-ngapain,” kata Desi.
Perjokian Jauhkan Prakerja dari Tujuan
Pakar Pendidikan Vokasional Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Mochamad Bruri Triyono, sangat menyayangkan adanya praktik joki Kartu Prakerja ini. Pasalnya, maraknya praktik joki ini akan membuat program Kartu Prakerja semakin jauh dengan tujuannya: memberikan layanan pelatihan vokasi.
“Dari sisi vokasional enggak benar itu, mana ada pelatihan diwakilkan, pelatihan itu harus mengalami sendiri. Saya heran, kok bisa sampai ada perjokian kayak gini,” kata Bruri Triyono.
Sebenarnya program Kartu Prakerja yang ada selama ini menurutnya belum bisa disebut sebagai pelatihan vokasi, melainkan hanya sebatas jaring pengaman. Pelatihan vokasi menurut dia membutuhkan banyak komponen yang harus disiapkan.
ADVERTISEMENT
Pertama, harus dilakukan asesmen dulu, apa yang sebenarnya dibutuhkan di setiap daerah. Berikutnya adalah ditentukan secara jelas siapa penyelenggaranya, kemudian perangkat seleksi, serta terakhir adalah sertifikasi. Setelah peserta lulus, ada atau tidak sertifikasinya, dan siapa yang mengeluarkan sertifikasi tersebut.
“Apakah sertifikasinya itu legal dan dikeluarkan sesuai dengan model sertifikasi yang seharusnya? Kalau itu sudah lengkap semua baru bisa dibuka, tapi kalau ini kan tidak, open saja,” ujarnya.
Jika niatnya memang untuk memberikan pelatihan vokasi, menurut Bruri akan lebih efektif jika pemerintah memanfaatkan Balai Latihan Kerja (BLK) yang sudah ada atau menggandeng Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) yang sudah tersertifikasi. Jikapun ingin diswastakan seperti sekarang, penyelenggara harus benar-benar terdaftar sehingga mudah untuk dimonitor.
ADVERTISEMENT
Selain itu, platform-platform yang menyelenggarakan ini juga bisa bekerja sama dengan workshop atau balai yang sudah ada.
“Dengan begitu mungkin tidak akan terjadi perjokian lagi, karena masuk ke sana bukan sekadar iseng, tapi memang benar-benar ingin meningkatkan skill,” lanjutnya. (Tim Liputan Jogja Faktor)