Konten Media Partner

Joko Anwar Jelaskan Kenapa Hantu di Film Horor Indonesia Kebanyakan Perempuan

29 November 2022 16:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Joko Anwar saat mengisi diskusi di JAFF 2022 di Yogyakarta. Foto: Arif UT
zoom-in-whitePerbesar
Joko Anwar saat mengisi diskusi di JAFF 2022 di Yogyakarta. Foto: Arif UT
ADVERTISEMENT
Sebagian besar hantu yang ada di dalam film horor Indonesia adalah hantu-hantu perempuan. Sebut saja kuntilanak, sundel bolong, suster ngesot, wewe gombel, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Sutradara ternama Joko Anwar, yang banyak menggarap film-film horor mengakui hal itu. Dia juga menyadari bahwa hampir semua film horor yang dia buat, hantunya adalah sosok perempuan. Sebut saja Perempuan Tanah Jahanam dan Pengabdi Setan, dimana sosok ibu menjelma menjadi hantu di film tersebut.
Joko mengatakan, film-film horor yang menjadikan perempuan sebagai objek hantu di film horor sudah terjadi sejak lama, bukan hanya di perfilman Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Film-film horor yang menjadikan perempuan sebagai objek hantu menurut dia berkaitan dengan masa gothic.
“Gothic horror adalah horor yang terinspirasi dari feeling yang diakibatkan oleh masa-masa gothic, di pertengahan abad 12 sampai abad 16,” kata Joko Anwar di dalam diskusi yang diadakan Jogja-netpac Asian Film Festival (JAFF) 2022, Senin (28/11).
ADVERTISEMENT
Banyaknya perempuan yang menjadi hantu di film horor menurut dia disebabkan oleh dua hal, pertama karena perempuan merasa mereka ingin lebih powerful karena ada perasaan tertindas. Seringkali mereka dari zaman dulu, ketika tidak bisa membalas ketertindasan kepada diri mereka saat hidup maka mereka harus menjadi hantu dulu.
“Dan ini di film Indonesia banyak sekali yang seperti ini. Sundel bolong, disiksa ketika hidup, ketika jadi hantu mereka balas dendam. Begitu juga dengan banyak sinema horor di Amerika,” lanjutnya.
Alasan kedua karena ada persepsi dari laki-laki, jika ada pemberdayaan atau empower perempuan, hal itu menjadi sesuatu yang menyeramkan bagi laki-laki. Karena itu, kebanyakan hantu di dalam film horor adalah perempuan.
“Karena bagi perempuan, perempuan akan merasa empower, bagi laki-laki seram karena perempuan empower. Jadi kedua pihak merasa ada kebutuhan perempuan menjadi hantu di film horor, dan ini bukan cuma di Indonesia, bukan cuma saat ini tapi ini adalah warisan dari zaman dulu,” kata Joko Anwar.
Joko Anwar saat mengisi diskusi di JAFF 2022 di Yogya, Senin (28/11). Foto: Arif UT
Namun, sesering apapun perempuan menjadi film hantu di film horor, kebanyakan karakter protagonis atau pahlawannya juga perempuan.
ADVERTISEMENT
“Ada istilah final girl. Ini adalah istilah kehormatan yang diberikan kepada para survivor dari film horor,” kata dia.
Hal itu menurut dia justru menunjukkan bahwa film horor sebenarnya bukan hanya sedang mengobjektifikasi perempuan menjadi hantu. Dilihat dari alasan tersebut, hantu-hantu di film horor justru juga untuk menunjukkan kekuatan sosok perempuan.
Namun hal berbeda diungkapkan oleh penulis buku Maternal Horror: Memaksa Ibu Jadi Hantu, Annissa Winda Larasati. Dia mengatakan, banyaknya film horor yang menjadikan perempuan sebagai objek hantu justru merupakan bentuk pendisiplinan terhadap perempuan.
“Jika kamu tidak berlaku seperti norma yang sudah diterapkan, maka kamu akan berubah menjadi hantu,” kata Annissa Winda.
Dalam film-film horor, perempuan yang selamat sampai akhir juga selalu perempuan ‘baik-baik’.
ADVERTISEMENT
“Perempuan yang gila seks, yang alkoholik, pasti matinya awal. Sebaliknya yang virgin, yang baik-baik aja, itu yang selamat sampai akhir,” tegasnya.