Jurassic Park versus Komodo Bercermin pada Kasus Serigala Liar di Colorado, AS

Konten dari Pengguna
27 Oktober 2020 9:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Truk yang memasuki Pulau Rinca Taman Nasional Komodo, dihadang hewan komodo. Foto: istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Truk yang memasuki Pulau Rinca Taman Nasional Komodo, dihadang hewan komodo. Foto: istimewa.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini ramai di media sosial bagaimana seekor komodo mengadang truk di kawasan pembangunan Jurassic Park di Pulau Rinca. Sebuah artikel di Theconversation, belum lama ini mengulas bagaimana masalah serigala di Colorado coba dipecahkan dengan pemungutan suara. Sepertinya, hal itu bisa menjadi cermin bagi masalah komodo dan tentu saja masalah penanganan satwa liar lainnya. Sebab sejatinya, perihal satwa liar bukanlah masalah manusia versus hewan melainkan masalah manusia versus manusia.
ADVERTISEMENT
Menciptakan lingkungan yang memungkinkan manusia dan hewan karnivora hidup berkembang di wilayah yang sama dengan konflik sosial yang minim (karena mustahil memang hidup tanpa konflik) merupakan tantangan global.
Meluasnya pemukiman dan daerah perkebunan manusia yang mendekat ke atau bahkan berada dalam kawasan kekuasaan satwa predator besar terjadi dimana-mana di belahan dunia ini. Salah satunya terjadi di Colorado AS.
Beberapa penelitian ilmiah telah menyimpulkan bahwa negara bagian Colorado masih mampu mendukung kehidupan populasi Serigala Abu-abu (Canis Lupus) yang mandiri dan layak. Serigala sebenarnya dapat hidup dengan sukses di berbagai jenis habitat, dengan syarat ada jumlah mangsa yang cukup dan tentu saja manusia-manusia yang menerima keberadaannya.
Di Colorado, serigala abu-abu dilindungi sebagai spesies yang terancam punah. Namun, hewan yang berburu secara berkelompok ini tidak memiliki perlindungan hukum di sebagian besar Wyoming, yang berarti mereka bisa dibunuh begitu saja oleh manusia. Inilah yang membuat perjalanan migrasi Serigala dari wilayah Taman Nasional Yellowstone –tempat mereka diperkenalkan kembali pada pertengahan 1990-an— menjadi begitu menantang. Ya, daerah perbatasan Colorado-Wyoming adalah tempat yang menyeramkan bagi Serigala.
ADVERTISEMENT
Invasi Manusia
Ilustrasi serigala liar. Foto: Pixabay
Ribuan tahun sebelum pemukim kulit putih bergerak ke barat, serigala abu-abu berkeliaran di seluruh wilayah yang sekarang menjadi Colorado, dari Lereng Barat dan Barisan Depan Pegunungan Rocky hingga Dataran Timur. Saat wilayah itu mulai dihuni banyak manusia, pemerintah memberikan stimulus hadiah untuk setiap perburuan serigala dan hewan predator lainnya yang dirasa menjadi ancaman bagi hewan ternak dan hewan buruan manusia. Pada 1940-an, penembakan, perangkap, dan peracunan telah secara masif dan sistematis berhasil membasmi serigala dari Colorado.
Kini, 80 tahun setelah menghilang, mulai ada usaha untuk mengembalikan Serigala Abu-abu ke habitatnya di Colorado. Pada 3 November nanti, warga Colorado akan melakukan pemungutan suara untuk memutuskan apakah mereka mendukung rencana pemulihan kembali habitat Serigala abu-abu di wilayah mereka.
ADVERTISEMENT
Jika disetujui, apa yang di sana disebut sebagai Proposi Pemungutan Suara 114 itu mengharuskan negara bagian ini untuk mengembangkan dan mengawasi rencana berbasis sains untuk memulihkan kembali Serigala. Proyek ini sendiri rencananya akan dimulai pada akhir tahun 2023 dan difokuskan di wilayah Colorado Barat.
Proposisi 114 ditempatkan pada surat suara melalui inisiatif warga yang dipimpin oleh Rocky Mountain Wolf Action Fund. Pemilihan ini adalah kali pertama pemerintah di AS memberi kesempatan kepada para pemilih untuk mempertimbangkan membawa kembali spesies ke habitat aslinya.
Tentu saja ada dua kubu, yang mendukung kembalinya Serigala di alam liar Colorado dan kubu yang menolaknya. Proposisi 114 berhasil menghadirkan diskursus di ruang publik dan media.
ADVERTISEMENT
Satwa Liar untuk Siapa?
Ilustrasi Proposisi 114.
Dalam debat public, para pendukung Proposisi 114 menyebut cara ini sebagai cara yang demokratis untuk memastikan bahwa nilai-nilai publik diakui. Mereka juga berpendapat bahwa para pemilih hanya memutuskan apakah serigala harus diperkenalkan kembali, mengenai mekanismenya akan diserahkan kepada para ahli di badan satwa liar negara bagian berdasarkan ilmu pengetahuan terbaik yang tersedia saat ini.
Sedangkan kubu yang menolak menegaskan bahwa keputusan pengelolaan satwa liar harus diserahkan kepada para ahli negara bagian. Tercatat bahwa Komisi Taman dan Margasatwa Colorado pernah mengeluarkan keputusan yang melarang pelepasliaran serigala sebanyak empat kali, paling baru adalah pada tahun 2016. Komisi tersebut terdiri dewan warga yang ditunjuk oleh gubernur dan terdiri dari olahragawan, produsen pertanian, rekreasi dan organisasi satwa liar nonkonsumtif. Para penentang juga menunjukkan bahwa orang yang tidak mendukung pelepasliaran serigala, seperti kelompok peternak yang rentan akan risiko besar.
ADVERTISEMENT
Argumen ini mencerminkan dinamika kekuatan yang lebih dalam yang memengaruhi pengelolaan satwa liar di seluruh A.S. Banyak badan satwa liar cenderung mewakili orang dan organisasi yang percaya bahwa satwa liar harus dikelola untuk keuntungan manusia, terutama untuk perburuan dan penggunaan konsumtif lainnya.
Badan-badan ini menerima sebagian besar dana mereka dari biaya izin berburu dan menangkap ikan. Dan orang-orang yang percaya bahwa satwa liar harus dikelola agar menguntungkan manusia cenderung mendukung penggunaan metode mematikan untuk mengendalikan predator seperti Serigala. Mereka juga lebih cenderung menentang pengenalan kembali mereka di tempat mereka telah dibasmi.
Namun, dukungan untuk pandangan ini menurun. Semakin banyak orang Amerika yang percaya bahwa manusia harus hidup berdampingan dengan karnivora dan menentang pengelolaannya terutama untuk keuntungan manusia. Studi menunjukkan bahwa inisiatif pemungutan suara seperti 114 akan menjadi lebih umum karena nilai-nilai publik terhadap perubahan satwa liar dan kelompok yang lebih beragam berusaha mempengaruhi pengelolaan satwa liar.
ADVERTISEMENT
Serigala adalah predator di puncak rantai makanan. Studi dari taman nasional menunjukkan bahwa kehadiran serigala dapat menghasilkan efek ekologis yang mengalir melalui ekosistem. Tetapi sampai saat ini, sains juga memberi tahu kita bahwa di luar taman nasional, dampak semacam itu sulit diprediksi, termasuk di Colorado.
Proses pengambilan keputusan bersama yang partisipatif semacam ini sangatlah penting. Membina dialog antara kelompok-kelompok yang berkepentingan secara efektif mampu membangun empati dan kompromi. Memperluas percakapan dengan cara ini penting untuk hidup berdampingan dengan karnivora dengan dampak minimal pada sang predator dan manusia. (Anasiyah Kiblatovski / YK-1)