Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Kalau Semua Kendaraan Pakai Tenaga Listrik, Bagaimana Nasib Pertamina?
24 Februari 2023 19:53 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Pemerintah tengah mendorong pertumbuhan kendaraan listrik di Indonesia. Bahkan, pemerintah memberikan diskon besar-besaran pembelian kendaraan listrik demi meningkatkan penjualan kendaraan listrik tersebut.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT Pertamina EP Cepu, Endro Hartanto, mengatakan bahwa transformasi energi dari BBM ke listrik tak menjadi masalah bagi Pertamina. Pasalnya, minyak dan gas yang diproduksi Pertamina tak hanya dipakai untuk bahan bakar kendaraan.
Minyak dan gas bumi menurut dia juga menjadi bahan baku utama di industri petrokimia yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari manusia.
“Bahan baku utama dari plastik, tekstil, petrochemical dan segala macam kan dari migas, dari minyak, itu masih sangat berperan,” kata Endro Hartanto setelah acara penandatanganan MoU antara PT Pertamina EP Cepu dengan UPN Veteran Yogyakarta, Jumat (24/2).
Meski ada sumber daya lain yang bisa digunakan sebagai bahan baku petrokimia, namun sampai sekarang belum ada yang seefektif dan efisien migas karena teknologi yang ada belum memadai.
ADVERTISEMENT
“Jadi harganya masih sangat mahal dan belum bisa diproduksi secara massal,” kata dia.
Sampai saat ini, kontribusi energi listrik untuk bahan bakar transportasi menurut dia juga masih sangat kecil, baru sekitar 5 sampai 7 persen dari bauran energi. Artinya, sampai sekarang energi fosil dalam hal ini migas masih jadi tulang punggung energi di Indonesia.
“Porsi minyak belum akan digantikan oleh energi terbarukan karena sepertinya sampai 2050-2060 itu peran minyak masih cukup tinggi,” ujarnya.
Sampai sekarang, terus bertambahnya kendaraan listrik yang masuk ke Indonesia juga belum memberikan dampak yang signifikan terhadap penurunan permintaan bahan bakar minyak (BBM). Bahkan sampai sekarang pemerintah terus mendorong Pertamina untuk meningkatkan produksinya di sisi hulu.
Karena itu, Pertamina juga telah menargetkan produksi BBM hingga 1 juta barel per hari pada 2030 mendatang, sedangkan produksi saat ini baru sekitar 700 ribu barel per hari.
ADVERTISEMENT
“Faktanya kami di sisi hulunya itu disuruh meningkatkan produksi terus. Jadi saya pikir industri migas masih akan sunrise, belum sunset. Kuncinya kreatif dan terus berinovasi,” kata Endro Hartanto.